PART. 8 SEBUAH SANDIWARA

1266 Words
Rihanna melambatkan laju mobilnya, saat memasuki jalanan kota. Ia membawa mobilnya, langsung ke rumah Keanu yang ada di sana. "Jessy, kita sudah sampai," ujarnya. Tapi Jessy tidak bergerak dari duduknya. Rihanna menolehkan kepala. 'Hhhh dia tertidur, bagaimana bisa? Hmmm mungkin dia sangat lelah, tapi banyak hal yang harus dipelajarinya hari ini' "Jessy, bangunlah!" Rihanna menyentuh lengan Jessy lembut. Jessy tergeragap, ia membuka matanya. "Ooh maaf, aku tertidur." Jessy mengusap sudut bibirnya dengan wajah merah. "Kau pasti sangat lelah ya, tapi kita harus bekerja keras hari ini, ayolah!" Rihanna segera membuka pintu mobil, Jessy melepaskan safety belt, lalu mengikuti Rihanna turun dari dalam mobil. Hari ini benar-benar hari yang sangat sibuk bagi Jessy, dan Rihanna. Jessy harus belajar cara bersikap, dan etika saat berkumpul bersama orang-orang dari kelas atas. Bahkan ia harus belajar cara makan di meja makan. Dan, yang paling sulit bagi Jessy. Ia harus belajar berdansa secara kilat. Rihanna sangat optimis, Jessy akan mampu menyerap, dan bisa mempraktekan apa yang ia ajarkan dengan cepat, dan tepat. Feeling Rihanna tidak pernah salah dalam menilai seseorang, meskipun ia baru sekali melihat orang tersebut. Jessy juga sudah mencoba gaun yang akan dikenakannya malam ini. Gaun dengan potongan simple namun elegan. Dengan gaun itu, lekuk liku tubuh Jessy yang kecil namun berisi bisa terlihat jelas. "Kau hebat, Jessy, kau belajar dengan sangat cepat. Pak tua kita pasti akan sangat bangga melihatmu," puji Rihanna, Jessy tersenyum, entah mengapa ia merasa setiap Rihanna menyebut 'pak tua' untuk Keanu, itu terdengar spesial kedengarannya. Jessy jadi penasaran, hubungan seperti apa sebenarnya yang terjalin antara Keanu, dan Rihanna. "Jessy, apa yang kau lamunkan? Ini bukan saatnya untuk melamun, Sayang. Kita harus segera bersiap. Kudengar tadi Pak tua kita sudah pulang. Dia pasti sedang bersiap juga!" "Maaf, Nyonya." "Huuh, jangan panggil aku Nyonya, Jessy, panggil aku Mam saja. Aku rasa aku seusia ibumu, benarkan?" Mendengar ucapan Rihanna tentang ibunya, membuat air mata Jessy menggenangi matanya. Rihanna jadi merasa bersalah karenanya. "Maafkan aku, Sayang, aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Kau bisa menganggapku sebagai Ibumu, kalau kau mau, kau bisa menangis dalam pelukanku, dan bisa bercerita apa saja padaku. Kau paham?" Rihanna memeluk Jessy, diusapnya lembut gadis mungil itu. Ada desir halus dalam perasaannya, desiran yang membuat matanya berkaca-kaca. 'Aku akan bahagia jika kau mau menganggapku sebagai Ibumu, Jessy, karena aku ditakdirkan tidak bisa memiliki anak untuk seumur hidupku. Kangker rahim sudah membuatku kehilangan kesempatan untuk itu. Namun begitu, aku tetap bersyukur, karena Tuhan masih mengijinkan aku melanjutkan hidup. Untuk bertemu orang-orang yang istinewa seperti Keanu, dan dirimu' Rihanna menghapus air matanya sendiri. Lalu merenggangkan pelukan. "Jangan bersedih lagi ya, kita harus bergembira malam ini. Hanna, dan Flo, akan membantumu mempersiapkan diri, oke, Sayang " Rihanna menyeka air mata di pipi Jessy. "Oke, Nyo ... ehmm oke, Mam!" Jessy tersenyum pada Rihanna, Rihanna membalas senyuman Jessy. Jessy merasa senyuman Rihanna seperti memberi semangat baru dalam hidupnya. *** Keanu melangkah diapit dua orang bidadari, di kiri, dan kanannya. Rihanna dengan gaun malamnya yang berwarna putih, melingkarkan tangannya di lengan kanan Keanu, yang juga mengenakan stelan putih. Seduai dress code yang dituliskan di undangan. Black or White. Lengan kiri Keanu dilingkari oleh tangan mungil Jessy, yang mengenakan gaun hitam nan elegan. Semua yang hadir di sana menatap iri pada Keanu. Tuan Bruce, dan istrinya, juga Bryan putranya, dan Brenda putri mereka, langsung menyambut kedatangan tamu istimewa mereka malam ini. "Bagaimana, Bryan, sudah siap untuk aksi kita malam ini?" Tanya Rihanna. "Siap!" Sahut Bryan mantap, siang tadi Bryan sempat menemui Jessy, dan Rihanna di rumah Keanu. Mereka membahas tentang rencana mereka untuk Kevin. "Jangan berkecil hati ya, Jessy. Suatu saat, Kevin pasti tidak akan bisa lepas darimu," ujar Nyonya Bruce. Jessy tersenyum, lalu menganggukan kepala, dan mengucapkan terimakasih. "Itu dia datang!" Tunjuk Rihanna pada Kevin, yang datang bersama seorang wanita bergaun putih. Kevin sendiri lebih memilih warna hitam untuk busananya. "Kita mulai permainannya, Bryan! Sudah siap membantu kami?" Tanya Rihanna pada Bryan. "Tentu, Aunty," sahut Bryan mantap. Pria 22 tahun itu tertawa. Bryan memanggil Rihanna Aunty, karena Rihanna, dan ibunya alias Nyonya Bruce masih saudara sepupu. "Semoga rencana kalian berhasil," bisik Nyonya Bruce. "Semoga." "Mari, Jessy, ikutlah bersamaku menemui para tamu. Akan kita buat Kevin merasa sangat gerah malam ini." Bryan mengulurkan lengannya pada Jessy. Jessy menyambut uluran tangan Bryan. "Semoga misi kalian berhasil! Oke, Keanu, Rihanna, kami harus menemui tamu yang lainnya. Kalian bersenang-senanglah," ucap Bruce. "Oke, Bruce!" sahut Keanu. Jujur, Keanu merasa iri pada sahabatnya itu, yang bisa selalu dekat dengan putra, dan putrinya, sedang ia harus melewati perjuangan panjang untuk itu. -- Kevin membawa Leah, ke pesta kali ini. Leah, profesinya adalah seorang Manager di sebuah Hotel bintang lima. Jessy mencuri pandang ke arah Kevin, yang tengah berbincang dengan tamu lainnya. Hatinya merasa tercubit, melihat Leah yang menggayuti lengan Kevin dengan mesra. "Jangan menatapnya, anggap dia tidak ada," bisik Bryan, di dekat telinga Jessy. Jessy mendongakan kepala menatap Bryan, Bryan tersenyum, dan mengedipkan sebelah matanya. Jessy tersenyum juga, dan menganggukan kepala. Sikap Bryan yang ceria, nembuatnya merasa cepat dekat dengan keponakan Rihanna itu. Jessy mengaitkan tangannya di lengan Bryan. Mereka melintasi tempat di mana Kevin sedang berdiri bersama teman-temannya. Kening Kevin berkerut dalam. Matanya tajam menatap ke arah Jessy. Ia menatap punggung Jessy yang terbuka sampai ke pinggangnya, punggung Jessy bernoda kecupan kepemilikannya. Kevin membuang pandangannya. 'Abaikan dia, Kevin, dia hanya wanita tempat penampungan benihmu. Dia bukan siapa-siapamu!' Batin Kevin berusaha untuk mengabaikan Jessy. Tapi matanya tak bisa lepas dari Jessy, apa lagi ia melihat Bryan menggandeng pinggang Jessy, saat dia berbicara dengan para tamu undangan lainnya. "Sayang, minumanmu." Leah menyerahkan segelas minuman berwarna merah pada Kevin. Kevin menenggak minuman itu hingga tandas. "Hay, ada apa denganmu, Kevin, wajahmu terlihat gusar?" Tanya Leah, yang merasa sikap, dan raut wajah Kevin mendadak berubah. "Aku tidak apa-apa, aku ingin ke luar sebentar untuk merokok," sahut Kevin. "Oke, aku akan menemanimu." "Tidak perlu, aku ingin sendirian, kau bisa mencari teman untuk mengobrol." "Ooh oke, cukup satu batang saja, Kevin, jangan terlalu banyak merokok." "Oke." Kevin melangkah pergi meninggalkan Leah, ia ke luar dari tempat pesta, yang diadakan di ruangan khusus di rumah Tuan Bruce. Ia tidak menyadari, jika dua pasang mata tengah mengamati gerak geriknya. Mata Jessy yang sedang bersama Bryan. Dan mata Rihanna yang masih bersama Keanu. 'Baru dimulai, kau sudah terbakar Kevin. Hmmm bagaimana kalau kau menyaksikan adegan selanjutnya? Kita akan lihat, masihkah kau bisa bersikap masa bodoh pada Jessy? Atau kau akan mencarinya saat matamu tak lagi melihatnya ada di sini. Kita tunggu scene berikutnya dari drama yang aku sutradarai ini Kevin.' Rihanna tersenyum puas, karena rencananya mulai berhasil. Ditatapnya Keanu dari samping, Keanu sedang berbicara dengan teman-temannya. 'Aku berjanji padamu, Pak Tua, akan mengembalikan cinta anak pongah itu padamu. Aku hanya ingin melihat senyum bahagia terukir di bibirmu, saat harapan terbesarmu menjadi kenyataan.' "Ada apa, Rihanna?" Keanu bertanya, karena melihat mata Rihanna yang berkaca-kaca. "Ooh, aku tidak apa-apa, mau berdansa denganku, Pak Tua. Sudah waktunya para tamu untuk berdansa," sahut Rihanna. Keanu menyambut uluran tangan Rihanna. Mereka turun untuk berdansa bersama pasangan yang lainnya. "Apa kau tidak merasa malu, berdansa dengan orang tua sepertiku?" Tanya Keanu, sembari berdansa dengan Rihanna. "Andai mereka tak mengenalmu dengan baik. Mungkin mereka tidak akan tahu jika usiamu 60 tahun, Pak Tua. Kau tahu, kau masih tampak seperti pria usia 40 tahun," bisik Rihanna. Keanu tersenyum mendengarnya. "Apakah itu sebuah pujian?" "Tentu saja, Pak Tua." "Dan kenapa kau selalu memanggilku Pak Tua, kalau aku terlihat awet muda?" "Karena sebentar lagi kau akan dipanggil kakek," sahut Rihanna. "Aamiin, semoga Tuhan memberiku umur panjang, untuk menyaksikan moment dipanggil kakek." "Aamiin." ***BERSAMBUNG*** target naik, 150 komen
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD