2 (Revisi)

1322 Words
Paginya, Ara pergi ke sekolah karena ia harus mengurus berkas-berkas pendaftaran sekolah baru nya karena memang baru di lakukan setelah MOS selesai. Sebenarnya ia sangat malas sekali untuk masuk, karena nantinya ia akan bertemu dengan Saga. Ia benar-benar ingin menghindari Saga dan ia juga tidak mau bertemu lagi dengan Saga. Ara berangkat diantar oleh Alex. Mereka pun hanya diam saja sepanjang jalan, dan saat ini Alex sudah sampai di depan SMA 45. Namun Ara masih saja diam disana. Alex pun langsung menyadarkan Ara akan lamunnya. "Udah sampe, Lo pulang jam berapa?" tanya Alex. "Nanti biar Ara pulang sama Nindy aja Bang. Ara mau main dulu sama Nindy." ujar Ara dan tidak ada jawaban dari Alex. Ara pun keluar dari mobil Alex tersebut. Meskipun sulit untuk masuk, tapi ia harus tetap masuk dan juga memperlihatkan senyuman bahagianya. Di depan gerbang ia bertemu dengan Nindy yang baru saja datang bersama dengan supirnya. Mereka berdua pun langsung berjalan bersama untuk masuk ke kelas mereka. Karena sebenarnya giliran mereka itu pada pukul 12 siang. Hanya saja ya mereka ingin main bersama dulu di sekolah. "Eh iya gua mau nanya sampe lupa anjir, Lo tadi malem kemana weh. Gua tungguin juga kok ga muncul-muncul lagi nih anak, gua juga udah ke toilet tapi Lo ga ada. Lo balik duluan ya?" tanya Nindy kepada Ara yang membuat Ara kembali mengingat kejadian tadi malam. Ia pun sedang berusaha untuk menutupi kekesalannya dan kekalutannya pada kejadian tadi malam di depan Nindy. "Hehehe iya nih lah gua tadi malem tiba-tiba perut sakit deh. Ya udah gua balik aja deh." ujar Ara yang berbohong kepada Nindy. "Pantes sih, eh iya btw tadi malem acaranya kurang seru. Masa Saga cuman ikut setengah acara aja. Abis itu dia tiba-tiba ngilang gitu aja, tinggal Zean sama Sultan aja yang ada." ujar Nindy bercerita. Lagi-lagi menyangkut tentang Saga. Ara ingin sekali rasanya bilang kepada Nindy supaya tidak lagi membawa-bawa Saga karena ia benar-benar muak mendengar namanya. Rasanya ia ingin menghajarnya habis-habisan. "Eh btw kita berarti masih jam 1 ya? Molor kan soalnya ini?" tanya Ara mengalihkan pembicaraan dan akhirnya Nindy berhasil ia alihkan pembicaraan nya. Saat ini mereka berdua pun membicarakan tentang berkas-berkas dan mereka juga menceritakan bahwa dulu mereka sempat ingin melanjutkan ke SMA mana yang akan mereka tuju. Mereka pun bercerita. "Sumpah ya gua rasanya pengen banget lanjut ke SMA 25. Cuman gua ga tau apa tesnya bakalan ketrima atau ga. Secara Lo tau kan otak gua gimana Ra. Kalo Lo mah gua yakin tanpa tes juga Lo diterima disana. Dengan segudang prestasi Lo itu mana mungkin yayasan 25 dengan bodohnya ngelepas lo. Tapi btw Lo kenapa deh ga ke SMA 25 aja?" ujar Nindy tersebut. "Hahaha dasar ya Lo, ya ga tau deh gua. Rasanya gua pingin aja gitu ganti suasana baru dan akhir nya kepilih di SMA 45 deh." ujar Ara pada saat ini. Tapi gua sekarang nyesel milih SMA ini, karena SMA ini yang buat gua jadi kayak gini. Semoga Tuhan masih berbaik hati. Aamiin. Batin Ara. "Hahaha gila ya kalo anak pinter kayak Lo mah gampang bener. Tinggal asal tunjuk aja juga semua SMA mau nampung Lo. Secara Lo gudang nya prestasi bener deh. But Lo kayak nya jodoh deh sama Saga. Hehehe." ujar Nindy sembari tersenyum. "Hahaha ga lah, masa iya semua nya pada mau gua. Jadi rebutan banget dong gua nih. Apa sih Lo bicara nya ngawur banget deh. Lo aja sana yang jodoh sama dia. Gua mah ga mau. Ga akan pernah mau. Lagian kan yang jadi fans nya dia itu Lo, bukan gua juga Nin." tanya Ara. "Ah iya juga ya Lo bukan fans nya dia. Tiap bahas tentang dia selalu aja Lo ga mau ikut. Ya kan udah jelas banget Ara dia kan anak yang punya yayasan. Gimana sih Lo tuh. Lagian juga nakal-nakal gitu dia pinter juga kan. Heran gua sama orang yang kayak Lo ini. Bisa-bisanya ga suka sama dia. Padahal dia tuh duhhh perfect banget sih sumpah Ra." ujar Nindy tersebut. Tapi di mata gua dia ga lebih kayak b******n aja Nin. b******n yang udah nyuri kehormatan gua, mahkota yang selama ini udah gua jaga. Batin Ara. "Ya biarin dong suka-suka gue dong. Lagi pula negara kita kan bebas memilih juga. Kalo gua ga suka sama dia ya ga papa dong jadinya." ujar Ara. "Iya deh iya. Tapi ya tetep aja menurut gua aneh heheh." ujar Nindy. Lo belum tau aja gimana dia Nin. Batin Ara. Mereka pun saat ini pergi ke kantin karena memang mereka sangat lapar. Lagi pula juga mereka masih punya waktu dua jam lagi untuk giliran mereka. Ara tahu, dengan ia pergi ke kantin akan menambahah prosentase untuk mereka akan bertemu lagi. Ara sangat tahu tentang hal tersebut. Namun ya bagaimana lagi kan, perutnya dan perut Nindy sudah meminta jatah makan. Mereka berdua sudah sampai di kantin dan sedang menunggu makanan mereka datang. Nindy melihat ke sekitar ternyata tidak ada gerombolan dari Saga, ia tampak kecewa. Sementara Ara, saat ini sangat lega karena ia tidak bertemu dengan Saga. Setidaknya sampai ke detik ini. Makanan mereka pun datang, Ara dengan bakso dan es teh sementara Nindy dengan cilok dan es jeruk. Mereka memakan makanannya tersebut dengan nikmat. "Eh Ra, btw beneran Lo kemarin masih bingung mau sekolah dimana?" tanya Nindy tersebut. "Iya, ya Lo tau lah gua pingin kemana-mana kan hahaah. Tapi selain itu gua juga pusing kalo banyak pilihan gitu." ujar Ara kepada Nindy itu. "Atau Lo kemarin emang mau satu sekolah sama Kak Alex ya? Di SMA 25? Ya tapi menurut gua mau Lo di SMA 25 kek atau SMA 45 kek. Gua tetep dukung sih. Lagian kalo pun kita ga satu sekolah kan yang penting kita masih bisa main bareng kan Ra. Lagi pula sekarang kita kan udah di satu sekolah yang sama juga hehhee. Sama Saga juga yang penting hihihi." ujar Nindy diangguki Ara. Mereka berdua pun kembali memakan makanan mereka lagi. Namun tak lama kemudian suara pengeras suara berdengung. "Perhatian-Perhatian. Bagi nama-nama yang saya panggil di bawah ini untuk segera pergi ke ruang guru untuk mengurus berkas-berkas yang di perlukan. Nindy Kumala, Adara Ayesha, Sagara Zidane Pradipta, Sultan Almas, Zean Verdic. Silahkan untuk segera pergi ke ruang guru." ujar guru tersebut. Mendengar namanya di panggil membuat Nindy dan Ara segera bersiap-siap. Namun Ara berhenti bersiap-siap ketika terdapat nama Sagara di belakang namanya. Kenapa Saga harus di satu waktu dengannya. "Ra, ayo dong udah di panggil." ujar Nindy dan Ara pun mengangguk ia berjalan ke arah Nindy tapi karena tidak melihat jalan, ia pun bertubrukan dengan badan cowok yang sedang membawa kuah bakso dan kuah bakso itu jatuh ke tangan Ara. Ara pun merasa kepanasan saat ini. "Lo ga papa kan? Sorry." ujar seseorang yang suaranya sangat ia hafal, suara yang sama seperti tadi malam. Suara yang mulai tadi malam menjadi suara paling tidak ia suka. Suara dari, Saga. Ia memegang tangan Ara. "Jangan dipegang." ujar Ara dengan dingin. Namun Saga tidak mengindahkan dan malah memegang dan mengelap kuah bakso di tangan Ara dengan tisu. "Gua bilang jangan dipegang." ujar Ara dengan berteriak sembari ia menghempaskan tangan Saga tersebut. Hal itu membuat beberapa orang terkejut. Termasuk dengan Nindy dan Saga sendiri. "Ra, Lo ga papa kan Ra?" ujar Nindy pada Ara. "Lo ada masalah apa sama gua?" tanya Saga kepada Ara tersebut sembari melihat nya. Sementara Ara tidak mau melihat ke arah Saga. Tak lama kemudian Sultan dan Zean datang. Mereka cukup terkejut ketika Ara bertemu dengan Saga. "Ayo Nin kita udah di panggil." ujar Ara. "Lo belum jawab pertanyaan gua. Ada masalah apa Lo sama gua." ujar Saga. "Udah ga Lo ga usah lah cari masalah sama cewek." ujar Sultan yang tida tahu semuanya bertambah runyam. Lagi pula disini ia juga tahu mengapa Ara sampai bersikap seperti itu. Ini semua pasti karena kejadian tadi malam. Jika Sultan menjadi Ara, pasti ia juga akan seperti ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD