SMA NUSATAMA.
Itulah palang nama yang Al lihat di hadapannya. Ia menatap penuh palang tersebut. Ia pasti akan bisa menyelesaikan misinya.
Dengan penuh semangat, Al masuk ke dalam dan langsung mencari parkiran. Dari parkiran menuju kantor guru, ia tak pernah lepas dari tatapan pada siswi. Seolah mereka ingin menerkam Al.
Al sudah terbiasa. Sungguh. Ini jujur.
Bukan karena membanggaakan diri, tapi karena ini fakta. Ia benci sekolah. Karena di sekolah, ia tak tenang sama sekali. Tantangannya sangat banyak selama di sekolah.
Apalagi para siswi yang dengan berani 'menembaknya' dengan sebuah coklat. Mengatakan kata-kata cinta yang membuat bulu kuduknya merinding.
Sungguh! Itu adalah hal gila.
Al tiba di ruang guru. Ia mengetuk pintu ruangan tersebut dan masuk.
Saat di dalam, Al langsung mendapat perhatian para guru perempuan.
"Permisi buk, pak. Saya Alvaro murid pindahan yang baru masuk hari ini." ucap Al memperkenalkan diri.
Risa, salah satu guru yang masih lajang dan juga cantik langsung menatap Al terpesona.
Ia berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Al. Al bukannya tak paham kemana arah tujuan guru tersebut.
Ia sudah kenyang dengan hal yang seperti ini.
Jika di pikir-pikir, ini lah salah satu alasan kenapa Al tak mau mengambil peran sebagai seorang siswa.
"Hai Al. Kenalin saya Risa. Kamu bisa panggil Buk Risa. Kalau mau manggil Mbak juga boleh, atau panggil Risa aja." Ucapnya dengan gerlingan centilnya.
Benar kan tebakannya. Selalu ada maunya.
"Saya Al Buk." jawab Al dengan wajah yang dibuat segan.
Risa yang mendengar Al memanggilnya Ibuk, membuatnya seketika cemberut. Ia kesal kenapa Al memanggilnya ibuk. Padahal ia secantik dan semanis ini.
Risa yang kepalang kesal, langsung beranjak pergi meninggalkan Al membuat para guru yang ada di kelas langsung geleng-geleng kepala.
"Al.!!"
Seseorang memanggil Alvaro. Ia melirik ke belakang dan mendapati seorang wanita paruh baya berjalan mendekatinya.
"Saya sudah baca data kamu. Kamu bisa panggil saya Buk Herti. Saya wali kelas kamu mulai hari ini. Saat ini kelas 2 IPS 1 sedang ulangan harian. Kamu bisa tunggu dulu di sini, sampai UH para siswa selesai dan kamu akan saya bawa ke kelas."
Al mengangguk mendengar penjelasan dari Hesti.
Ia melihat ke sekeliling dan menemukan sofa panjang yang terletak di sudut ruangan.
Setelah meminta izin, Al langsung berjalan menuju kursi tersebut dan menunggu sampai waktunya ia masuk ke dalam kelas.
Jujur selama menunggu, Al sangat bosan. Karena nyaris satu jam ia menunggu sampai suara Buk Hesti kembali mengintruksi pendengarannya.
"Kita ke kelas.!!" perintah guru tersebut.
Al mengangguk dan berdiri dari duduknya. Ia berjalan mengikuti Hesti yang sudah jalan lebih dulu.
Selama di perjalanan menuju kelas, Banyak mata yang memandang ke arah Al. Dan tentu saja mata itu milik para siswi.
"Ini kelasnya." ucap Buk Hesti.
Al lagi-lagi mengangguk. Ia masuk ke dalam kelas mengikuti Hesti.
Al melihat Buk Hesti yang sedang berbisik pada guru laki-laki yang tadi di dalam kelas.
"Saya tinggal Al. selebihnya kamu dengan Pak Umar."
"Terima kasih buk.." jawab Al singkat.
Kelas yang awalnya sepi karena kesuraman akibat UH ,mendadak ramai karena bisikan para siswi. Semua itu tak lepas dari peran Al.
"Anak-anak. Bapak minta waktunya sebentar." Kelas kembali sepi.
"Kenalkan, Ini Alvaro. Siswa pindahan dari Bogor."
"Nak Al. Perkenalkan dirimu.!"
Al mengangguk, "Perkenalkan, Saya Al. Mulai hari ini saya mohon bantuan semuanya."
Sorakan heboh terdengar dari semua gadis di dalam kelas. Namun ada suara gadis paling keras yang menarik perhatian Al, gadis itu berambut ikal sepunggung, dengan poni kuda plus bando warna pink di kepalanya.
Cia.
Adacia Aprilia Putri.
Itulah nama siswi tersebut.
Dan saat ini ia sedang menjadi pusat tatapan satu kelas karena teriakannya.
"Mulai hari ini, Al pacar gue. TITIK. NGGAK PAKE KOMA.!"
Al menatap Cia tak peduli. Lagi-lagi alasannya hanya satu.
SUDAH TERBIASA.
*****
Jam istirahat pun berbunyi. Al langsung berjalan keluar untuk memulai misinya. Ia bahkan tak memberikan teman-temannya kesempatan untuk berkenalan dengannya seperti kebanyakan siswa baru di sekolah.
Saat ia baru sampai di lorong di depan perpustakaan, ia mendadak merasakan ada yang sedang mengikutinya. Al langsung melirik ke belakang, namun tak ada siapa-siapa.
Dengan cepat Al berlari menuju lorong pada taman belakang dan bersembunyi. Ia yakin ada yang mengikutinya. Insting seperti ini sudah lama ia punya.
Benar juga. Al menyipit saat melihat gadis dalam kelas yang ia tahu bernama Cia itu masuk ke dalam lorong.
Cia nampak sedang mencari sesuatu sampai suara teriakan menarik perhatian Cia.
"Cia!!" suara seseorang dari kejauhan memanggil Cia yang saat itu terlihat sedikit aneh.
Teriakan itu tak dihiraukan oleh Cia. Ia justru semakin asik dengan kegiatannya.
"Cia!!"
"Cia!! Lo dengerin gue nggak sih?"Cia menatap gadis kuncir dua di sampingnya tersebut dengan tatapan kesal. "Lo ngapain sih di sini? Kurang kerjaan banget." lanjut gadis tersebut.
"Sssttt.. Bisa diam nggak?" Kesal Cia.
"Apaan?"
"Lo bisa diam nggak Ti! Gue lagi nyariin kucing lucu gue nih. Cepat amat ngilangnya." ujar Cia sambil celingak celinguk ke sana ke mari.
Hesti yang ditegur pun langsung ikut melirik ke sana kemari mencari kucing yang Cia maksud.
"Lo nyariin apaan sih? Kucing apaan.?"
Cia menggerlingkan bola matanya jengah. Ia menatap Hesti yang terlihat bingung namun itu memuakkan di mata Cia.
"Lo diem dulu Ti."
"Iya gue bisa diem. Tapi kasih tahu dulu apa yang lo cari!!"
"Kucing. Gue nyari kucing gue!"
"Kucing? Kucing apaan? Nggak jelas banget sih lo?"
"Lo yang nggak jelas.!"
Cia menghela nafas kesal. Ia menatap Hesti sambil berkacak pinggang.
Heati yang ditatap pun hanya mengeluarkan senyuman manisnya.
Melihat Hesti yang tak lagi bicara, Cia pun kembali melakukan penyelidikan.
Ia mencoba mencari kemana arah pangeran Al nya tadi menghilang.
Namun nyaris lima menit mereka melakukan hal tersebut, Hesti pun dibuat kebosanan.
Ia seketika teringat akan sesuatu, "Eh Cia." ucapnya sambil memukul pelan pundak.Cia yang saat itu sedang fokus langsung dibuat terkejut.
"Gue denger, di kelas lo ada anak baru ya? Cakep." celetuk Hesti yang langsung membuat Cia waspada.
Ia menatap Cia sambil menyipitkan matanya, "Tahu dari mana lo?"
"Dari anak kelas gue. Katanya cakep banget."
"Gosip di percaya."
"Lah! Emangnya beneran ada anak baru?"
"Ck! Berisik banget sih lo."
"Ih! Cia! Kasih tahu aja kenapa sih."
"Nggak ada anak baru di kelas gue." jawab Cia kesal.
Ia mencoba kembali fokus.
"Ck! Ya udah. Gue cari tahu sendiri aja nanti. Kalau seandainya beneran gue nemu dan benar-benar cakep, lihat aja, dia bakal jadi incaran gue." Seketika ucapan Hesti membuat Cia langsung Waspada. Ia menatap Cia tak suka.
Karena bagaimanapun ia menyembunyikannya, Hesti pasti tetap akan bertemu dengan Alvaro, karena memang Alvaro adalah anak baru di kelasnya.
Cia menatap Hesti kesal. "Udah gua bilang nggak ada anak baru di kelas gue. Bandel banget sih lo."
"Tapi kata temen-temen gue, ada anak baru di kelas lo dan itu ganteng banget. masa lu pakai sembunyi-sembunyi dari gue."
"Emang Lo spesial buat gue? Apa-apa harus gue lapor sama Lo?" Ucap Cia. Hesti menatap Cia tajam.
Merasa mood-nya lenyap, Cia akhirnya memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut dan menghentikan aksi menguntit Alvaro.
Sementara dari tempat persembunyiannya, Alvaro menghela nafas panjang. Melepaskan diri dari gadis itu sepertinya akan susah. Ia tak bisa bersembunyi terus-terusan seperti ini. Bukan ini tujuannya datang menyamar di sekolah ini.
"Aaaaa! Kau kurang tidur Al." Kesalnya sambil mengacak rambut, lalu keluar dari persembunyiannya.
*****