Ciuman rakus Arshangga tidak berhenti, tubuh Lila masih menegang membiarkan saja lelaki itu melakukannya, namun air matanya sudah merembes di ujung netranya. Arshangga menahan kuat tubuh Lila, ia menindih Lila mengunci dengan kuat, seakan tidak mengizinkan mangsanya punya celah untuk lepas sedikit saja. Arshangga benci air mata, ia tidak suka lawannya menangis, jika sebelumnya tidak terlihat Lila sedang menangis sebab gelap atau tertutup bantal kini Arshangga melihatnya jelas. Arshangga merasa sangat jahat, segera melepaskan pagutannya dan sadar sudah menyakiti Lila. Dada Lila bergemuruh dengan rasa pasrah yang sudah sampai di titik lelahnya, “Kenapa berhenti? Kenapa? Apakah ini ada dalam sebuah perjanjian kita, boleh menyiksaku? Apakah ini ada dalam surat yang kalian buat itu, bebas m