PROLOG
Suara lenguhan terdengar saling bersahut-sahutan. Semakin lama, Alisia mendengarnya semakin jelas. Wanita itu memicingkan mata, berpikir keras sambil terus mencuri dengar dari manakah asal suara tersebut. Dengan langkah hati-hati, wanita itu berjalan menyusuri ruangan demi ruangan di rumahnya. Sampai kemudian dia menghentikan langkah tepat di depan pintu kamar yang ditempati adiknya, Yunita.
Jantung Alisia berdebar keras. Isi kepalanya saling mendebat kemungkinan demi kemungkinan yang terjadi. Dia tahu persis itu suara Yunita. Namun sisi lain dirinya menolak hal itu. Tidak mungkin adiknya yang polos akan melakukan hal semenjijikkan itu. Dia tahu persis, Yunita adalah anak yang baik dan tidak pernah neko-neko.
Alisia menarik napas dalam-dalam. Dia tahu, adiknya tidak memiliki kekasih. Tidak mungkin dia membawa sembarang pria masuk ke rumah dan melakukan hal-hal aneh. Dia tahu bahwa Yunita tidak akan segila itu, sebobrok apa pun sisi lain dirinya yang tidak dia ketahui. Tapi satu kenyataan yang kini dihadapkan padanya membuat keyakinan Alisia sedikit goyah. Mendadak, dia merasa amat ketakutan. Takut bahwa adiknya benar-benar melakukan ‘itu’ di dalam sana. Takut, bahwa adik yang dia sayangi benar-benar tak sebaik yang dia pikirkan.
Dengan tangan gemetar, Alisia mulai meraih gagang pintu. Perlahan, wanita itu mulai mendorong pintu tersebut, dan untungnya, pintu tidak dikunci. Alisia benar-benar mempersiapkan diri untuk melihat kebenaran yang akan dia temui. Namun, saat sosok jantan yang bergerak cepat di atas tubuhnya terlihat, Alisia membeku.
Tubuh itu … bahu dan lengan yang amat ia kenal. Potongan rambut, proporsi tubuh, hingga kulitnya yang terekspos sangat dia hafal betul.
Sementara Alisia berdiri membeku, kedua insan yang tengah bergumul panas di atas ranjang sama sekali tidak menyadari kehadiran Alisia di sana. Keduanya masih menikmati percintaan yang panas mereka. Deru napas keduanya terdengar semakin keras. Desahan dan lenguhan tak henti-henti keluar dari mulut adiknya yang sampai beberapa saat lalu masih dia anggap polos.
“Keluar di dalam, Sayang!”
Sebuah kalimat meluncur dari mulut Yunita disertai desahan penuh nikmat yang membuat Alisia jijik. Sayangnya, belum sempat lelaki di atas gadis itu berhasil mengeluarkan cairan kenikmatannya, Alisia sudah lebih dulu melempar pria itu dengan buku kamus yang sembarang dia ambil dari rak Yunita.
“b******k!” teriak Alisia dengan mata yang memerah.
Sementara, sekujur tubuh dua insan yang dia teriakki seketika membeku. Si wanita beringsut ke sudut kasur dengan terkejut sekaligus takut. Sedang si lelaki menatap Alisia dengan bingung dan shock.
***