"A-aku bilang lepaskan!" Aya mencoba menarik kedua tangan Gala yang melingkar di pinggangnya.
"Kamu tahu kalau kekuatanmu tidak sebanding denganku?" Gala diam menatapnya.
"Aku bisa melakukan apapun yang aku mau," Gala kembali bicara.
Aya menelan air liurnya. Ia kembali merasa takut.
Kenapa aku membiarkannya masuk ke dalam butik dengan sukarela?Oh, apa yang akan terjadi padaku?
"Le-lepas!" Aya mencoba mendorong d**a Gala. Tapi, upayanya tidak membuahkan hasil.
"Ke-kenapa kamu seperti ini padaku?" Aya mulai bicara dengan gemetar. Rasa takut mulai mengalir di tubuhnya.
Matanya mulai berkaca kaca.
"Kamu sudah mengacaukan rencanaku di Jakarta, kamu sudah merusak barang milikku, kamu juga kasar padaku. Ka-kamu sudah melecehkanku," Aya merasakan air mata mengalir di pipinya. "Ka-kamu berani sekali membuka pakaianku dan melihat bagian tubuhku."
"A-aku bukan perempuan seperti itu. A-aku perempuan baik baik," Aya dengan gemetar mengungkapkan perasaannya.
"Kenapa kamu harus kembali ke sini? Kenapa harus tertidur di depan butikku?" Aya terus saja bicara. "Dan, kenapa kamu harus mabuk mabukan?"
Gala hanya diam mendengarkan semuanya.
"Lepaskan aku... Tolong," Aya bicara perlahan.
Gala melonggarkan rangkulannya. Entah ada dorongan apa, tapi jari jemarinya perlahan bergerak mendekat ke wajah Aya. Ibu jarinya menghapus air mata yang mengalir di pipi Aya.
Aya tiba tiba saja terisak. Tubuhnya ambruk ke lantai. Ia sesegrukan tidak berhenti. Kedua tangannya menutupi wajahnya.
"Ke-kenapa kamu bisa sejahat itu?" Aya tersedu sedu.
"Aku bahkan tidak mengenalmu, tapi kamu berani menyentuhku. Aku bukan perempuan seperti itu," Aya menghapus air matanya.
Gala bingung. Biasanya, ia tidak pernah peduli dengan air mata perempuan.
Tapi, kali ini, ada debar aneh di dadanya.
Aku tidak mengerti, ada apa dengan diriku? Ada apa dengan debaran ini?
"Semalam, kamu tertidur begitu saja di depan pintu butikku. A-aku harus bagaimana?" Aya melanjutkan ucapannya. "Aku takut, tapi aku tidak tega. Ta-tapi ka-kalau kamu menyakitiku sekarang, ini akibat kebodohanku sendiri. Rasanya aku menyesal sudah membiarkanmu masuk ke dalam butik ini dengan sukarela."
Aya terisak dan menghapus air matanya.
Ia kemudian diam, tidak lagi berkata kata.
Aku pasrah. Apa yang harus terjadi, terjadilah.
Lelaki bernama Gala itu tiba tiba duduk bersila di hadapannya. Tidak ada kata kata yang terucap, lelaki itu hanya diam menatapnya.
"Aku tidak akan melakukan apapun," Gala bicara perlahan.
Aya mengangkat wajahnya, rasa takutnya perlahan menghilang.
Ia membalas tatapan Gala.
Ekspresi garangnya seperti menghilang, menyisakan kebingungan di wajahnya.
Aya menarik nafas panjang, dengan berani ia bertanya, "Kenapa kamu harus selalu mabuk mabukan?"
"A-aku, tidak, tahu.." Gala menjawab perlahan.
Aya memainkan jari jemarinya. Entah kenapa, sosok di hadapannya ini tidak lagi membuatnya takut.
"I-itu sebabnya kita dilarang minum minuman beralkohol. Saat kita meminumnya, kendali diri pun hilang. Kita bisa melakukan apapun tanpa kita sadari," Aya bicara pelan.
Gala hanya diam mendengarkan.
Suasana pun sunyi.
Aya berhenti bicara, dan Gala pun diam termenung.
"Kalau kamu sudah tidak limbung, silahkah keluar dari butik miliku," Aya akhirnya memecah kesunyian, sambil bangkit berdiri dari lantai. Gala mengikutinya dan berdiri dengan canggung.
Suasana pun kembali sunyi.
Gala hanya diam menatap Aya. Akhirnya ia membuka mulutnya, "Aku... Mmm.. Haus."
Tanpa bersuara, Aya mengambilkan segelas air mineral dan menyerahkannya pada Gala.
Lelaki bertubuh tinggi besar itu meminumnya langsung dengan sekali menenggak. Setelahnya, ia menyerahkan gelas tersebut pada Aya, tanpa mengucapkan terima kasih ataupun basa basi lainnya.
Aya menerimanya dan menyimpan gelas tersebut. Ia lalu duduk di kursi kerjanya dan bicara tanpa menoleh ke arah Gala, "Kamu bisa pulang sekarang."
Gala terdiam. Mulutnya seperti ingin bicara, tapi malah terasa kaku. Kerongkongannya tercekat. Entah apa yang harus ia ucapkan.
"Aku pergi," Akhirnya ia berpamitan pulang. Gala pun berbalik dan melangkah ke pintu.
Aya menarik nafas lega karena tidak terjadi apapun yang membahayakan dirinya. Ia pun mengangguk.
Namun, tiba tiba Gala kembali, "Mmm.. Pintu.. Terkunci."
"Oh," Aya langsung mengambil kunci dan berjalan ke pintu depan.
Ia pun membukakan pintu dan membiarkan Gala keluar dari butiknya.
Gala melangkah pergi. Aya pun dengan cepat menutup pintu. Ia bersandar ke pintu sambil bernafas lega.
Syukurlah, aku baik baik saja.
Saat hendak berjalan ke ruang kerjanya, Aya melihat jas milik Gala tergeletak begitu saja di lantai. Aya langsung mengambilnya. Ia pun membuka pintu dan berusaha mengejar Gala. Ia melihat kalau sosoknya melangkah santai di tengah jalanan yang lengang.
"Tunggu!" Aya berteriak.
Gala berhenti berjalan dan menoleh ke belakang. Lelaki itu berdiri dengan gagah di trotoar jalan.
Aya pun mendekat dan menyerahkan jas tersebut, "Ini. Jas milikmu ketinggalan."
Gala mengambil jas tersebut dari tangan Aya. Ia mengatupkan bibirnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Aya tak ingin berlama lama, ia pun berbalik hendak melangkah kembali ke butik miliknya. Tapi tiba tiba, sebuah jas tersampir di bahunya.
Ia menoleh. Ternyata sosok Manggala ada di belakangnya dan menyampirkan jas tersebut di bahunya menutupi tubuhnya.
Lelaki itu tanpa ekspresi berucap, "Dingin. Kenakan saja. Kamu bisa kembalikan padaku kapan kapan."
Manggala pun berbalik dan berlari dengan cepat menyeberangi jalanan yang sepi di dini hari tersebut. Aya yang kaget hanya diam menatap kepergian Manggala tanpa sempat mengucapkan sepatah katapun.
Sosoknya yang tinggi besar menghilang di balik pepohonan yang ada di seberang jalan.
Aya hanya menghela nafas. Ia menatap jalanan yang begitu lengang dan masih gelap. Kedua tangannya menahan jas yang tersampir di bahunya dan kembali menuju butiknya.
Kenapa juga lelaki itu mengembalikan lagi jas miliknya? Kapan juga aku akan ketemu lagi?
Ah, ya sudah. Setidaknya aku tidak mengambilnya tanpa izin. Dia yang meminjamkannya padaku.
Aya pun masuk ke dalam butik dan mengunci pintunya. Ia memutuskan untuk menyimpan jas tersebut di kursi kerjanya, lalu naik ke lantai dua. Setelah mencuci tangan dan muka, Aya berbaring dan mencoba untuk tidur.
Huaah.. Mengantuk sekali.
Ia menguap berulang kali hingga akhirnya tertidur.
***
Dari seberang jalan, Gala menghubungi pengemudi untuk menjemputnya. Namun matanya diam diam menatap pergerakan Kirani. Ia merasa lega saat tahu perempuan itu kembali masuk ke dalam butiknya dan menutup pintunya. Tangannya menyentuh d**a sebelah kiri dan memukulnya berulang kali.
Stop it! Ada apa dengan jantungku?
Saat mobil yang menjemputnya tiba, Gala langsung masuk. Sepanjang jalan, ia menahan diri untuk tidak tersenyum.
Ada apa denganku?Apa aku masih mabuk?Apa yang terjadi padaku? Apa yang aku lakukan di sini?Kenapa aku ada di Bandung?
Berjuta tanya mengisi relung hatinya, tapi Manggala memutuskan untuk tidak ambil pusing lagi.
Aku harus tidur agar bisa berpikir jernih.
Ia mulai memejamkan mata dan tertidur sepanjang perjalanan.
***
"Bapak, maaf, sudah sampai," pengemudi mobil membangunkannya.
Ia melihat kalau mobil berhenti di lobi belakang. Manggala melihat jam tangannya, waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Satu jam menuju jam masuk kantor.
Manggala langsung naik ke kamar hotelnya. Ia melompat ke tempat tidur dan tersenyum. Dari saku celananya ia menarik sesuatu. Di tangannya, ada sebuah scarf kecil milik Kirani.
Saat Kirani menyerahkan jas miliknya, scarf yang dikenakannya terjatuh. Gala mengambil dan hendak mengembalikannya, tapi sebersit pikiran terlintas untuk menyembunyikan scarf tersebut. Alih alih, ia menyampirkan jas miliknya pada tubuh Kirani agar membuatnya tidak menyadari scarf nya yang terjatuh.
Gala menghirup harum scarf yang ada di tangannya tersebut.
Aku gila!Bagaimana mungkin selembar scarf membuatku bahagia seperti ini?Mungkin aku terlalu kebanyakan minum.
Ia menyimpan scarf tersebut di laci meja sebelah tempat tidurnya. Gala beranjak ke kamar mandi. Ia melepaskan semua helai pakaian yang melekat begitu saja dan membasahi tubuhnya dengan guyuran air dingin.
Air dingin mungkin membuatku normal. Akal sehatku harus kembali!
***
Nirmala menerima laporan kalau Manggala pergi larut malam kemarin.
Entah kemana...
Tapi, perasaannya tidak enak.
Semalam, ia datang ke hotel untuk menemui Gala. Di saat yang sama, ia melihat kalau Gala naik sebuah mobil dari parkiran basemen. Nirmala pun bertanya pada petugas yang ada dan mendapatkan jawaban kalau mereka tidak tahu tujuan atasannya itu.
Nirmala pun memutuskan untuk pulang, dan semalaman ia tidak bisa tidur memikirkan apa yang Gala lakukan. Ia mencoba menelepon Gala beberapa kali tapi tidak juga diangkat. Bahkan, sampai pagi ini, tidak ada telepon balik dari calon suaminya itu. Nirmala mencoba menahan rasa dan bersikap tenang.
Ia menatap ponsel yang ada di tangannya. Waktu di ponsel menunjukkan pukul delapan lebih dua puluh tiga menit. Nirmala kembali menghubungi calon suaminya itu. Tapi, lagi lagi kekecewaan yang ia dapat. Gala tidak juga mengangkatnya.
Apa yang Gala lakukan semalam?Kemana?