19

1958 Words

Imam menendang pelan saudaranya sambil memberikan isyarat agar memberikan kedua tangannya sebagai alat bantu hitung. Saat ini papa mereka sedang tidak fokus karena sedang menerima telfon, makanya Imam berani. Melihat wajah memelas abangnya, Alif malah makin duduk santai sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Ia tidak peduli, yang penting ia tidak salah menjawab pertanyaan papa dan itu sudah lebih dari cukup. “Isshh...” “Kenapa?” tanya papa yang kembali pada sang anak. “Dua menit lagi pa,” ucap Imam sok yakin bahwa ia akan menjawab dengan benar kali ini. “Ini cuma dikurang tiga belas, Mam,” Teja Mahardika minta ampun mengetahui bahwa Imam sama lemotnya dengan Vani saat masih kecil. “Aku lihat tangan papa boleh?” setelah mengejek anaknya baru Teja memberikan kesepuluh jarinya agar sang an

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD