"Aku tidak akan mengajaknya," ucap Adam. "Paul sudah mempunyai banyak uang. Ia tidak perlu bekerja di kota besar lagi." . . . . . Patrick tersenyum lebar mendengarnya. Ia sependapat dengan Adam. Paul sudah sukses dengan usaha barnya yang maju pesat, pemuda itu tidak memerlukan pekerjaan lagi. Paul sudah bisa menciptakan pekerjaan sendiri. "Syukurlah kalau begitu." Patrick mengembuskan napas lega. "Mataku akan bebas dari melihatnya nanti." Adam mengangkat sebelah alisnya. "Apa maksudmu?" tanyanya bingung. "Sekarang kau juga tidak melihatnya. Paul tinggal di pinggir kota." Patrick mengerang. "Iya," jawabnya sambil memutar bola mata. "Maksudku aku tidak akan melihatnya lagi kalau aku ke LA. Paul kan di kota ini." "Iya." Adam mengangguk. "Dan kalian sangat jarang bertemu meski tingg