bc

Cinta Tak Berpengakuan

book_age16+
12
FOLLOW
1K
READ
others
drama
comedy
twisted
sweet
humorous
mystery
like
intro-logo
Blurb

Cinta itu Seperti kisah yang misterius. Entah akan seperti apa masa depannya. Tidak ada yang mengetahui. Bahkan pembuat dan penebak rencana juga tidak dapat menerka-nerka.

Cinta adalah sebuah rasa yang tidak dapat dikendalikan. Asal mulanya adalah tertarik, kagum, lalu mencintai.

Biasanya, orang-orang menunjukkan rasa sukanya kepada orang yang dituju.

Tapi, kali ini saya akan menunjukkan pada pembaca, bagaimana takdir cinta berjalan menemui takdirnya.

Kisah ini berdasarkan kisah nyata.

Di dalam novel "cinta tak berpengakuan" ini, anda dapat menyimpulkan bahkan menerka-nerka apa yang akan terjadi pada bab atau chapter selanjutnya?

Akankah kisah mereka happy ending?

Atau sebaliknya?

chap-preview
Free preview
Apa maksudnya?
20 Desember 2020  Pagi ini, seperti biasa, Fanny bangun dari tempat tidur, menarik napas dahulu, berdiam diri sejenak kurang lebih 5 menit, kemudian bergegas ke kamar mandi untuk ambil wudhu, kemudian solat subuh. Tak ada yang spesial untuk pagi ini, tapi Fanny merasa udara pagi ini enak sekali. Tidak terlalu dingin, tetapi sedikit sejuk. Setelah selesai berpakaian rapi untuk absen menggunakan smartphonenya, memfoto diri sendiri untuk absen, setelahnya Fanny berjalan ke arah ruang teras, bertumpu pada tembok setengah yang membuat dirinya dapat melihat pemandangan depan rumah. Saat ini, rumahnya berada di lantai dua. Keluarga Fanny bullan kemarin baru saja pindah. Pagi ini, sinarnya juga tidak terlalu menyengat. Tetapi cukup sedikit hangat. Benar-benar cuaca yang membuat fanny nyaman. Melihat jam di smartphone yang ia genggam. Sudah pukul 07:09 ternyata. Menatap layar smartphone, membuka aplikasi google classroom untuk mengecek, barang kali sudah ada tugas setidaknya satu. Karena notifikasinya benar-benar kosong saat ini. Mungkin saja sebenarnya sudah ada tugas, tetapi notifikasi email telat masuknya. Begitu pikirannya. "Hmm, belum juga ada tugas yah?" Monolognya pada diri sendiri, sembari membuka beberapa aplikasi lain, seperti aplikasi t****k, **, dan lain-lain. Merasa bosan dan jenuh, dan juga terik matahari yang sudah lumayan panas mengarah ke arah gadis mungil setinggi 150cm itu, ia segera menangkis sinar matahari tersebut, "aduh, udah panas, Hmm. Masuk rumah aja lah." Lalu benar-benar pergi dari teras rumah, masuk ke dalam rumah, tepatnya kamarnya. "Emm, gabut banget deh. Bikin status w******p aja kali, ya?" Lagi-lagi gadis imut itu bermonolog pada dirinya sendiri, masih menatap layar smartphonenya. Terlihat beberapa kali membuka aplikasi t****k. Sebenarnya Fanny sudah bosan karena memang perasaanya sedang tidak baik-baik saja. Emmm, kenapa feel-nya sad banget yah ...? Hmm, aku tuh sebenernya masih suka banget sama kamu, rid ... Ck! Apasih?! Gak!  Aaaa …! Gimana ini, aku, gabisa berhentiin perasaan ini! Tiba-tiba saja, Fanny teringat pesan gurunya, guru yang telah banyak berjasa dalam hidupnya. "Fanny, nanti saat lulus dari sini (SMP Jepans), kamu cobalah jadi seseorang yang ceria, ya! SEMANGAT." Pak guru menepuk bahu Fanny, tanda memberi semangat. Mengulas senyuman ringan. Nanar matanya meyakinkan Fanny, kalau ia pasti bisa menjadi pribadi yang jauh lebih baik. "Emm, nggak janji pak." Jawab Fanny ragu-ragu, masih menunduk. Traumanya belum hilang, dan juga ia masih belum benar-benar pulih dari sakit mentalnya. Penyakit mentalnya itu tak ada yang mengetahui, orang-orang sekitar hanya melihat sosoknya yang sangat pendiam.  Meskipun Fanny telah mempunyai dua teman dekat, tapi, ia tetap saja tidak menceritakan apa yang ia rasakan. Sulit, sangat sulit baginya untuk menceritakan dengan leluasa. Terlebih ia juga tidak ingin dipandang menyedihkan. "Jangan begitu, dong! Yok, kamu pasti bisa, yok! Bapak percaya loh, masa kamu, nggak? Ayo semangat, nak!" Lagi-lagi guru muda berbakat itu seperti tahu saja, apa yang dapat meluluhkan hati seorang Fanny. Melihat nanar mata sang guru yang terlihat seperti sangat yakin dan Seperti berkata "ya! Kamu pasti bisa!." . . . . . . . . . Ck, gue lupa deh! Gue harus ngajak kenalan semua orang, kan?! Fanny segera menghentikan lamunannya, membuka kembali layar smartphone dan mulai mengechat satu persatu nomor yang ada di grup kelas tersebut. Belum dibagi-bagi sih kelasnya? Masih aman, kan?  Fanny segera cekatan mengscroll layar smartphonenya. Menurutnya, mungkin saja lebih enak dari nomor paling bawah. Mulai memperkenalkan diri sendiri dengan ketikan ramah, dan juga sopan tentunya.  Menyalin beberapa pesan perkenalan yang telah ia kirim ke nomor pertama yaitu nomor paling bawah. Entah belum tahu, itu nomor guru atau siswa yang akan menjadi temannya. Lalu dengan jarinya yang cekatan, mulai mengirim pesan chat yang telah ia salin ke nomor kedua. Nomor di atas nomor pertama tadi. Baru Lima nomor ia kirim, tetapi belum menerima balasan dari kelima nomor Tersebut.  Oh, mungkin aja mereka sibuk. Palingan juga ntaran di bales, yakan …? Padahal baru lima nomor, tetapi Fanny merasa sudah jenuh dan letih untuk menggerakkan jari-jarinya kembali. Ah, udahlah. Besok lagi. Masih ada 30 nomor sih? Menatap layar smartphonenya, kemudian kembali membuka aplikasi lagu, menyetel lagu untuk menenangkan pikirannya. Padahal ini masih pagi, tetapi fanny sudah merasa down dan tidak bersemangat. Padahal, tadi pagi ia masih bersemangat dan antusias untuk menjalani hari-harinya. Entah mengapa, ia tidak bisa bersemangat lagi. Mungkin saja, karena hatinya masih memikirkan seseorang. Seseorang yang telah menaruh luka besar cukup dalam di dalam hati wanita mungil tersebut. Overthinking dimulai Apa karena aku gak cantik ya? Apa, iya? Kalo ga cantik itu sebuah aib? Ga cantik itu salah besar? Orang yang ga cantik itu harusnya terbuli, ya? Padahal aku sudah berusaha… Apakah orang yang tidak cantik tidak bisa memperjuangkan cintanya? Apakah orang tidak cantik tidak boleh mencintai seseorang? Apakah kami (wanita kurang cantik) sehina itu? Hiks ... Hiks … hiks … Jahat banget sih, dia …! Apa, iya ya, semua cowok jahat?! Ah iya! Betul! Semua cowo jahat!!! Hiks… hiks … Masih menatap layar smartphonenya, Fanny tersadar dari pikirannya yang ruwet dan juga berantakan. Ada sebuah notif dari google classroom.  Mungkin saja itu tugas, atau sapaan guru baru? Hah … kenapa perasaanku gak membaik yah? Emmm, lakukan apa, ya? Fanny mengernyitkan dahi, masih menatap layar smartphonenya, mematikan layar smartphone kemudian menyalakannya kembali. Belum ada notif terbaru.  Siapa yang aku tunggu? Em? Zarid?  Emmh ...? Hiks … Aku, ah! Kenapa nangis, sih? Walaupun di dalam hati, pun. Tidak boleh menangis! Apalagi untuk pria tak tahu diri macam dia?! Ah! b*****t! Hiks … hiks … hiks … Udah,lah fan, gausah jatuh cinta. Cinta itu menyakitkan. Ayok, janji sama diri sendiri! Kamu bakal bangun benteng pertahanan yang kuat banget! Dan gaboleh ada seorangpun yang merobohkannya! Stay halal, fan … Hiks … tetep aja kepikiran …. . . . . Melamun, menatap langit-langit kamar. Kemudian menyalakan smartphonenya lagi. Hanya sekedar untuk melihat notifikasi. Menaruh Smartphone di meja belajarnya. Menghembuskan nafas dalam, Overthinking lagi. Salahku, apa ya? Ah lagi-lagi overthinking …! Tapi, aku, aku mencintainya! Argh! Gatau deh! Pokoknya aku tuh ya, harus cepat-cepat melupakannya! Lagian … Hiks, sekolah kita udah beda! Gimana caranya ngedeketin dia lagi, hm?! Aaaaak! Kenapa hidup sesedih ini sih? Ck! Gatau lah?! Fanny merancau dalam hati. Karena merasa terlalu gabut, akhirnya gadis mungil yang sedang galau itu melihat kalender lewat smartphonenya. Tanggal yang telah ia tandai, 3 Desember.  Cowok yang ia cintai, akan segera ulang tahun tepatnya ke 17 tahun. Sementara dirinya belum juga berusia 16 tahun pada saat itu. Wajahnya kusut, terlihat sekali bahwa suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja.  Membuka galeri, dan terlihat beberapa screenshot wajah seseorang yang ia cintai, yaitu Zarid. Mengklik salah satu dari 100 foto screenshot-an tentang Zarid. Jari-jarinya spontan mengzoom wajah Zarid. Menatap dalam-dalam wajah Zarid. Lumayan tampan, karena kulitnya yang berwarna kuning Langsat dan tingginya yang sangat ideal untuk murid SMP, yaitu 170 cm. Tubuhnya kurus, langkahnya cepat karena kakinya panjang. Wajahnya lonjong, rahangnya tegas, wajahnya teduh dan matanya sayu, serta bibirnya yang tebal disertai kumis tipis khas remaja, Warna rambutnya hitam, tidak lurus, tapi ikal.  Fanny memanggil sosok itu 'jerapah', dan teman dekat Fani, yaitu Sasa, memanggilnya dengan sebutan 'burung sangkar', namun sekarang sudah berganti, Fanny memanggilnya "Mr. Friendly." Itu karena memang sosoknya yang sangat humble pada siapapun.  Pria itu tidak salah jika bersikap baik pada Fanny. Tetapi yang salah adalah Fanny yang sudah terlanjur menganggumi pria itu. Ya, hati Fanny telah berlabuh pada seseorang yang salah.  Gue tuh cinta sama Lo! Tapi apa, hm? Lo malah nolak gue mentah-mentah! Sakit tau, gak?! Sakit! Harusnya nih ya, gue gausah tuh kepo tentang Lo! Dengan begitu kan, gue gabakal jatuh hati terdalam!!! Tak sadar sembari mengumpat dalam hati, kedua pelupuk mata Fanny terbendung air mata yang telah terkumpul sejak tadi. Tes Satu tetesan air mata berhasil jatuh di pipinya. Diikuti matanya yang kiri, meneteskan air mata sekaligus dua tetesan mendarat di pipi kirinya. Fanny mulai merasakan sesak di d**a, semakin sesak, seperti ada tekanan batin yang benar benar menusuknya semakin dalam. Bibirnya gemetaran tak karuan, menandakan sakit hati terdalam. Paling dalam. Wanita mungil itu menangis sesenggukan, tersedu-sedu hingga akhirnya terpaksa terhenti oleh suara ketukan pintu. Siapa lagi kalau bukan adiknya, Kella. "Kak, Lo ngapain? Nih disuruh sarapan sama ibu!" Seru kella berbicara di balik pintu kamar Fanny. "Hmmm, ya. Ntar aja. Gue belom laper, kok. Taro aja yah." Fanny menyeka air matanya, membetulkan nada bicaranya sebelum benar-benar berbicara menjawab perintah kella. Tampaknya kella sudah pergi. Tak ada suara apa-apa dibalik pintu. Fanny masih menatap layar Smartphone miliknya, kali ini ia menyudahi kegiatan menatap wajah Zarid. Fanny membuka WhatsAppnya dan melihat kontak Zarid, "masih belum dibales sama Lo ya?" Monolognya, tersenyum getir. Seolah tidak ada apa-apa. Padahal, wanita itu sudah mengaku dengan jelas, panjang kali lebar kali tinggi, kalau dirinya menyukai zarid dengan alasan terperinci. Ia sudah memberanikan diri mengirim pesan seperti itu. Ia berpikir, menembak sekali lagi pria itu, atau menjauh selamanya untuk menghilangkan perasaannya. Terlihat centang dua, tetapi tidak biru. Pertanda belum dibaca oleh sang empunya. Padahal, emosinya saat ini sedang tidak stabil tetapi ia tetap saja memaksa untuk bermain sosmed. Harap-harap mendapat sebuah kejutan yang dapat menenangkan hatinya. Masih mengscroll aplikasi t****k, ia melihat video pertama yang sama persis dengan suasana hatinya. Gue simpen atau nggak ya? Fanny mengklik kolom komentar. Dan menemukan beberapa tulisan yang menggambarkan suasana hatinya saat ini. "Wah, yaudah deh. Screenshot aja. Terus pajang di sw deh. Heheh mangat …" monolognya, mengulas senyuman getir, sembari mengscreenshoot halaman komentar tersebut. Lalu kemudian dengan cekatan, Fanny membuka aplikasi w******p miliknya. Mengklik fitur status w******p dan segera memposting isi hatinya, lalu menulis caption ciri khasnya. Lalu memposting tanpa pikir panjang. Kemudian terdiam sejenak. Buka aplikasi apa lagi ya? Anjir masih pagi tapi udh jelek gini feelnya, ck! Tiba-tiba saja, ada notifikasi yang masuk, berdering memecah keheningan serta lamunan Fanny. Dengan cekatan, jari jempol Fanny mengscroll halaman notifikasi, lalu mengklik notifikasi. Terlihat absen mata pelajaran bahasa Indonesia dan  diikuti mata pelajaran lainnya. Daripada ngegalau, mending kerjain tugas deh! Semangat! "Ayo fan ayo. Lo pasti bisa! Ck, segitu doang gabisa? g****k banget deh! Ayoo!" Monolognya menyemangati dirinya sendiri. Pandangannya terhenti menatap layar smartphone, berganti melirik sekitarnya. Mencari buku tulis sesuai mata pelajaran yang ingin gadis mungil itu kerjakan. Pandangannya terhenti pada setumpukkan buku di atas meja serbaguna. Nah itu dia! Ayo, cepet! . . . . . Berat. Satu kata yang dapat mewakili perasaannya saat ini.  Rapuh Bagaimana bisa, perempuan setulus dan sebaik serta sepolos dirinya di hancurkan berkeping-keping seperti ini? Salahku apa? Aku hanya mengharapkan balasan cinta yang kuberikan padamu …! . . . . Fanny dengan cekatan mencari buku yang ingin ia gunakan, jari-jarinya yang mungil bergerak dengan cepat dan sigap, seperti perempuan ambisius. Sebenarnya, ambisius itu tak ada. Dia hanyalah wanita yang mencoba melupakan pria yang telah menolak hatinya mentah-mentah. Berusaha tegar. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya sekarang. Terkadang, sesekali saat menulis tugas-tugas sekolahnya, ia tak sadar membatin. Seperti saat ini. Kuat, Lo kuat kok. Ayok, Lo pasti bisa lewatin fase ini.  Percaya sama gue, fan. Cewe sebaik dan setulus Lo dibuang? Gak papa, kok. Heheh, yang ada, dia yang nyesel. Udah ngebuang cewe kayak Lo. Lo itu berharga.  Lo itu spesial. Lo itu cantik di mata pria yang tepat. . . . . . . . Suatu hari nanti, kalo Lo udah dapet jodoh yang tepat.  Janji sama gue, Lo gaboleh benci sama zarid, ya? Bukankah semuanya udah diatur sama yang di atas? Lo bahagia tanpa topeng aja, itu udah sebuah anugrah yang gak semua orang bisa dapet. Lo pasti bisa ikhlas lupain dia. Lo cewe baik, tulus. Lo itu penting di mata orang yang tepat. Ayok, yok. Tegar anak cantik, anak manis.  Lo pasti bisa, fan. Gue sayang banget sama Lo. Yuk bangkit yuk.  Pelan-pelan aja gapapa kok. Semangat! Kira-kira begitulah cara Fanny menenangkan penyakit overthinkingnya. Walaupun menangis dalam diam, ia tetap konsisten mengambil langkah apa yang harus ia ambil. Begitulah gadis mungil itu. Selalu begitu. Mempunyai tujuan atau rencana kedepannya adalah bagian dari hidupnya. Setelah menulis beberapa menit, akhirnya tugas pertama selesai. Fanny merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk kamarnya. Kemudian membuka kembali smartphonenya. Mungkin saja ada hal penting yang harus ia lihat. Pesan dari seseorang mungkin. Hmmm, capek deh … Sedang asyik-asyiknya menatap layar smartphone, Fanny di kejutkan oleh sebuah notif. "Gua 0% nyakitin wanita" -Yuuada SMK 109 membalas status w******p anda. (Notif) Gadis mungil itu mengernyitkan dahi, terheran-heran. Hah? Apa nih? Segera membuka sandi kunci smartphone miliknya. Semakin mengernyit heran, "hah? Dia kok bales status w******p gue?" Kenapa dibales? Apa gunanya? Hah? Apasi? Maksud dia apa? Oh, mungkin dia lagi iseng doang.  Kebiasaan cowok emang ya, kalo iseng suka gajelas amat tingkah lakunya! Ck. Fanny mengklik pesan yang baru saja Yuuada kirimkan. Hah? Maksudnya apa sih? Em, bales apa ya? Setelah berpikir cukup matang, jari-jari kecilnya mulai aktif mengetik pesan yang akan di kirimkan pada yuuada. "Yakin? Wkwkw" -fanny "Nih ya" - fanny "Barang kali ada yg suka lu diem diem." -fanny "Bisa aja yakan." -fanny "Trs ga lu bales perasaanya." -fanny "Itu termasuk nyakitin :v" -fanny . . . . . Entah kenapa, mau aja gitu sedikit terbuka sama yuuada. Fanny masih menatap layar handphonenya, lebih tepatnya ruang chat kontak cowok bernama Yuuada SMK 109. Tring!  Bunyi pertanda pesan telah dibalas. "Iya kah?" -yuuada SMK 109 Apa sekalian gue ketik sesuai hati ya? Emm, yaudah deh.  Coba aja dulu ….  "Karna cewe sensitif bgt woy." -fanny Tring! "Seumur hidup ni mantan gua cuma 1 bro" -yuuada SMK 109 "Gua gada mantan dongss wkwk." -fanny "Mang iya?" -yuuada SMK 109 (Membalas pesan anda: "karna cewe sensitif bgt woy.") "Iyaaa." -fanny "Cewe yg gua kenal ga sensitif." -yuuada SMK 109 Mereka saling balas membalas pesan, tanpa jeda barang satu menit saja. Mungkin memang keduanya telah berbicara cukup akrab? "Tapi cewe kan lemah." -fanny "Hoooo." -Yuuada SMK 109 "Dih ko gitu." -yuuada SMK 109 "Hatinya mksdnya." -fanny "Cewe yg gua kenal santuy aj." -yuuada SMK 109 "Iya." -Fanny "Cewe yg kontakan sama gua di wa cuma lu doang."-yuuada SMK 109 "Ga nge save nomor cewe gua." -yuuada SMK 109 "Makanya 0%." -yuuada SMK 109 "Eh mau nanya bole?" -fanny "Yes ofc." -yuuada SMK 109 "Kenapa si cowo ilfell kalo tau ada cewe yg suka banget Ama dia?" -fanny "Diluar gitu." -yuuada SMK 109 "Didalemnya seneng." -yuuada SMK 109 "Waktu SMP ada yg suka sama gua." -yuuada SMK 109 "Maap cerita." -yuuada SMK 109 "Dari kelas 7 sampe kls 9." -yuuada SMK 109 *Jd temen Deket aja tu." -yuuada SMK 109 "Srius?" -fanny "Gapapa² sans kali aja bisa tuker pikiran wkw" -fanny "Tapi lu suka dia juga?" -fanny "Bener." -fanny "Tapi dia ilfeel." -fanny "Kan waktu dari kelas 7 - 9 gua punya pacar." -yuuada SMK 109 "Oohh gituu." -fanny "Trs skrg dia masih suka lu?" -fanny "Gatau lah." -yuuada SMK 109 "Kadang nge DM doang ngajak main." -yuuada SMK 109 "Cowo kalo liat cewe ga putih. Langsung ilfeel ya :)" -fanny "?" -fanny "Rumah lu Deket?" -fanny "Engga lah." -yuuada SMK 109 "Jauh." -yuuada SMK 109 "Gua santuy aja." -yuuada SMK 109 "Yg mau Deket ya sini Deket." -yuuada SMK 109 "Kalo mau jauh ya silahkan." -yuuada SMK 109 "Kalo cowo langsung nolak cewe pas dia tau cewe itu suka Ama dia? Itu gmn? Di pikiran dia kira kira apa ya?"-fanny "Awokawok kaya tmn gua lu wkwk." -fanny "Oh gua bukan temen lu?" -yuuada SMK 109 "Ad 3 opsi kalo gua ya" -yuuada SMK 109 (membalas pesan anda, "Kalo cowo langsung nolak cewe pas dia tau cewe itu suka Ama dia? Itu gmn? Di pikiran dia kira kira apa ya?") " Dia bener bener ga suka lu." -yuuada SMK 109 " Dia suka sama cewe lain." -yuuada SMK 109 " Dia nolak lu dan dia nembak lu." -yuuada SMK 109 "Yg ini opsi gua doang kayanya" -yuuada SMK 109 (membalas pesan yuuada SMK 109, "Dia nolak lu dan dia nembak lu") "Kayaknya si. Ah cewe seleb mah enak bgt ya :) Deket sebentar langsung ngambil perhatian dia ckck." -fanny "Dia benci gua gitu?" -fanny "Yes." -yuuada SMK 109 "Nolak si wkwkw dri awal." -fanny "Eh tuhkan." -fanny "Ya soalnya waktu gua pacaran pertama kali." -yuuada SMK 109 "Kata tmn gua yg sahabatnya dia. Katanya dia ga benci gua." "Ya kalo gitu engga." -yuuada SMK 109 "Gua ditembak pertama waktu itu." -yuuada SMK 109 "Ya gua tolak kan." -yuuada SMK 109 "Trus dia gua tembak." -yuuada SMK 109 "Tapi dia skrg kek nyindir nyindir gw gitu loh di sw nya dan kek gw ngrasa. Itu bukan dia yg gw kenal." -yuuada SMK 109 "Gila di tembak cewe?" -fanny "Wah gila fav bagian itu wkwkw." -fanny "Bisa lupain dia ga?" -yuuada SMK 109 ( membalas pesan anda, "Tapi dia skrg kek nyindir nyindir gw gitu loh di sw nya dan kek gw ngrasa. Itu bukan dia yg gw kenal") "Gausah di kasih panggung." -yuuada SMK 109 "Ngga. Bakal. Sih. Kayaknya. Soalnya dia bisa dibilang cinta pertama gua :v" -fanny ( membalas pesan, "Bisa lupain dia ga.") "Panggung itu apasi? Gapaham eh." -fanny "Tempat buat dia merasa superior." -yuuada SMK 109 "Gua ga kenal orgnya gabisa ngomong yg macem macem sih." -yuuada SMK 109 "Gapaham asli." -fanny "Iya si ya." -fanny Begitulah akhir dari percakapan online mereka hari ini.  . . . . . . . . . . Hari ini, kenapa gua banyak bicara sama dia ya? Hahaha ada ada aja dah. Perasaan ini pasti bakalan cepet hilang kan? Yuuada menatap layar smartphonenya. Pria itu tidak membalas lagi pesan dari Fanny. Ngapain juga suka sama dia? Kayaknya sih, dia gasuka gua juga si. Ah gapenting.  Masalah cewe belakangan aja. Sekarang gua harus fokus sama masa depan. Jangan sampe gagal lagi. Kayak dulu, tuh. Ck. Yuuada mengingat memori dimana saat pertama kali dirinya berpacaran.  Sungguh suatu penyesalan yang tidak bisa dilupakan. Ck. Udahlah gak guna kalo nyesel. Sekarang harus lebih bangun planning hati-hati. Pria itu memantapkan hati, memikirkan apa yang lebih penting dari cinta. Belajar. Satu kata yang dapat mewakilinya saat ini.  Untuk segera melupakan mantan pacarnya, ia harus menyibukkan berbagai hal positif. Tes Sedang berkutat dengan pikirannya sendiri, tak sadar air mata telah mendarat di pipi pria itu. Gue harus bisa lupain Lo. Dan ngelanjutin kehidupan gua. Yuuada lagi-lagi memantapkan hatinya, jari-jari besarnya menyeka air mata di sudut matanya. Bukannya terhenti, yuuada malah semakin banyak mendaratkan tetesan air mata. Entah kenapa, ia ingin menangis. Padahal masih pagi. Tok tok tok. Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar yuuada. "Da, kamu makan udah belum nak?" Terdengar suara khas lembut dari seseorang yang ia cintai. Siapa lagi kalau bukan ibunya. Ibu tercinta. Wanita tegar nan luar biasa yang telah melahirkannya dengan ikhlas. Pantang bagi pria itu, untuk menolak permintaan ibunya.  Baginya, ibu adalah sosok wanita mengagumkan nan luar biasa bak wonder woman seperti di film-film. Patuh kepada ibu adalah sebuah kewajiban baginya. Tidak ada wanita yang lebih ia cintai daripada ibunya.  Tidak bermake-up, tetapi tetap saja terlihat cantik dan anggun. Tidak bertubuh ideal bak gitar spanyol, tetapi dari perut tepatnya rahim kuatnya itulah ia dilahirkan dengan susah payah penuh peluh penat tidak ada keluh kesah tetapi kebahagiaan yang tertanam pada hati kecil sang ibu. Pantas saja bapak jatuh cinta pada ibu. Ibu perempuan luar biasa. Cantik luar dan dalam. Setiap harinya, aku bangun cepat-cepat di pagi hari untuk memastikan Ratuku masih menghembuskan nafas.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook