DUA BELAS

1572 Words
*DUA BELAS* "Hari ini tepat pukul 00.00 WIB umurku sudah bertambah, gak nyangka ya dihari ulang tahun ku ini mau jadi ibu."Seorang wanita memakai gaun panjang  sangat pas ditambah lagi perutnya makin membesar, rambut hitamnya yang panjang tergerai dengan indahnya dan dihias flower crown menambah kecantikan rambutnya dan wajahnya terdapat polesan make up yang natural. Di hadapannya terdapat kue besar bertingkat dua dan terdapat tulisan namanya serta ucapan happy birthday. Duduk sendiri di depan kue ulangtahunnya yang terdapat lilin menyala ber-angka duapuluh yaitu umurnya. "Nyanyi bareng abun ya sayang, tiup lilinnya tiup lilinya tiup lilinya sekarang juga sekarang juga sekarang juga. "wanita itu meniup lilinnya dan setelah itu bertepuk tangan. " Hari ini bundamerayakan ulangtahun bersama kalian, doa bunda semoga kalian sehat-sehat ya dan juga semoga bunda tetap sehat dan kuat. "kedua mata wanita itu mulai berkaca-kaca mengingat seseorang yang ia harapkan berada di sampingnya untuk menemani dirinya merayakan ulang tahunya tak ada. Orang itu tengah berada di luar kota sedangkan dirinya duduk termenung bersama kedua anak kembarnya yang berada  di dalam perutnya. "Kuat menjalani hari-hari yang hampa ini, andai saja kejadian itu tak terjadi mungkin hidupku tak begini tapi itu hanya kata andai. Ah aku tak boleh merasa begitu, seharusnya aku bersyukur masih diberi kepanjangan umur dan kesehatan dari sang maha Kuasa." wanita itu menangis sambil mengusap perut buncitnya. Ya dialah Zena, wanita yang tak diharapkan oleh suaminya sekaligus mantannya yang ia cintai sedari dulu. "Sekarang bunda makan kuenya ya. "Zena meraih piring kecil serta pisau kue dan ia memotong kue buatannya sendiri kemudian ia memakan sepotong kue itu secara perlahan. " Hmm enak akhirnya setelah beberapa hari belajar jadi  bisa buat kue seenak ini. Hemm enaknya kalau jualan kue gini gimana ya? Tapi kata mas Pandu aku gak dibolehi untuk kerja. "Zena tersenyum kecut tapi ia kembali tersenyum lebar. Beberapa menit setelah membereskan acara ulang tahunnya memang keinginanannya dirayakan kecil-kecilan itu kini Zena memutuskan untuk tidur setelah berganti pakaian dan cuci muka. Ia yakin besok mungkin matanya akan sembab karena di malam ini juga ia menangis di hari ulang tahunnya tak ada ucapan selamat dari Pandu. ... "Nyonya kenapa matanya sembab? "tanya seorang wanita paruh baya melihat Zena yang sedang sarapan pagi. " Tidak apa-apa bi. " " Jangan nangis terus ya nya, kasian dedeknya yang diperut nanti ikut merasakan sedih kalau Nyonya sedih. "Zena merasa tersenyuh lalu ia tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya paham. " Saya permisi nya, mau ke belakang." "Iya bi. " " Eh bi! "Zena pun memanggil pembantunya dengan cepat. " Ada apa nyonya? " " Zena mau keluar, jalan-jalan sebentar. " " oh gitu apa perlu saya panggilkan pak Yono. " " Tidak usah bi, saya hanya ingin jalan kaki saja bi. " " Oalah yaudah hati-hati ya nyah. " " Iya bi, saya permisi dulu. Assalamualaikum. " " Waalaikumsalam. " Zena keluar dari rumahnya dengan senyumannya yang lebar menghiasi wajah cantiknya. Kedua kaki mungilnya berjalan pelan di sekitar perumahan ini, beberapa orang menyapanya dengan ramah membuat Zena merasa sangat nyaman tinggal di sini tapi senyumannya luntur kala mengingat jika suatu hari nanti ia akan berpisah dengan Pandu setelah anak kembar mereka lahir di duni ini, Mereka? Apakah mungkin Pandu mengharap anaknya. Zena terkekeh pelan mengingat itu kemudian ia menghela napasnya pelan kala dadanya terasa sesak jika mengingat janji manis Pandu yang katanya ingin menurutinya tapi sampai sekarang pun Pandu tak membalas pesannya apalagi ditelepon pun selalu dimatikan secara sepihak. "Pagi bu Zena. "para ibu-ibu yang sedang berbelanja menyapa Zena, wanita muda yang tengah hamil besar. " Pagi juga bu, "balas Zena disertai senyumannya yang ramah. " Mbak Zena nih usia kandungannya berapa? "tanya salah seorang ibu-ibu itu. " lima bulan bu. " " Wah besar banget ya? "para ibu-ibu itu saling pandang dan menatap kagum pada perut besar Zena. " Ini hamil kembar. " " Wahh. "banyak orang memekik senang kala ternyata wanita muda itu sekaligus tentangga baru mereka tengah hamil kembar. " Bakal lucu dong. " " Iya nih, di sini belum ada yang pernah hamil kembar. " " Gak sabar deh, kita semua menantikan kelahiran anaknya bu  Zena dan Pak Pandu. " " Oh ya, mana mas Pandu? Dari kemarin pula gak kelihatan. " Zena tersenyum melihat para ibu-ibu yang ramah bahkan sangat kepo pada kehidupan keluarganya. Maklum para tentangga pasti ingin tau banyak hal apalagi dirinya tetangga baru di sini. " mas Pandu lagi di luar kota bu," jawab Zena sembari tersenyum tipis. "Oh pastinya bekerja di sana. " " Gak enak loh saat hamil ditinggal suami, ingin manja-manja juga sulit. " Zena tertawa pelan mendengar ucapan para ibu-ibu itu tapi emang ada benarnya juga sih lalu ia pamit pergi untuk melanjutkan jalan-jalannya yang tertunda. Di tengah-tengah perjalanannya wanita itu melihat truk besar yang berhenti tepat di depan rumah mewah dan sepertinya pemilik rumah itu akan pindah rumah. Terlihat jika barang-barang itu dikeluarkan dari dalam rumah lalu di masukkan di truk. Tiba-tiba ada seorang anak kecil laki-laki yang dikedua tangannya membawa sebuah bola plastik berukuran besar tengah duduk di kursi panjang sambil melihat rumahnya. Zena pun tersenyum melihat anak itu yang sangat lucu sekali menurutnya, kemudian dirinya melangkah menghampiri anak kecil itu. "Hai? "sapa Zena sembari melambaikan salah satu tangannya. Anak kecil itu nampak menoleh ke asal suara dan ia menatap bingung padanya. " Tante boleh duduk di sini? "tanya Zena sambil menunjuk tempat duduk samping anak kecil itu. " Boleh tante. "Anak kecil itu tampak mengangguk dan tersenyum lebar. " Tante hamil ya? "tanya anak kecil itu sambil menunjuk perut Zena. " Iya, oh ya nama kamu siapa? "tanya Zena pada anak kecil itu. " Malik tante. " " Wah bagus namanya, ganteng juga. "Zena menyisir surai hitam anak kecil itu dengab jari-jari tangannya yang ternyata bernama Malik. Anak itu sangat tampan sekali, kulitnya putih bersih, hidungnya  mancung, rambutnya berwarna hitam legam serta bibirnya berwarna merah cerry alami. " Papa Malik juga ganteng tapi masih masih ganteng Malik dong. "Malik pun bergaya dengan sombongnya. " Ya ampun kamu lucu banget sih, gemes deh. Umur kamu berapa? "tanya Zena lagi. " Umur Malik emm bentar-bentar Malik hitung dulu, emm satu dua tiga. Tiga tante! "pekik Malik sambil menunjukkan jari-jari tangannya dengan angka tiga. " Emang Malik kelas berapa? " " Malik kelas tiga. " " SD? " " Huum. "Malik menganggukkan kepalanya. " Berarti umur kamu sembilan tahun sayang. "Zena tersenyum lebar. Sungguh lucunya anak ini, ia jadi tak sabar menanti kehadiran buah hatinya nanti. " Tante namanya  siapa? "tanya Malik. " Nama tante, Zena. Tante Zena. " Zena mengerutkan dahinya kala melihat Malik menjulurkan tangannya mengarah padanya. " Kenapa Malik? " " Kata papa, Malik harus sopan. Jadi Malik mau jabat tangan kayak papah sama teman-teman papa. " Zena tertawa seraya menggelengkan kepalanya tiga kali tapi ia membalas uluran tangan Malik agar anak itu senang. Tak lama kemudian datanglah seorang lelaki berumur 30 tahunan menghampiri mereka berdua. " Malik? Papa cariin kemana-mana, ternyata kamu ada di sini."lelaki itu langsung menggendong Malik dan mencium salah satu sisi pipi anaknya. "Papa, ada tante Zena. Tadi tante Zena nemenin Malik sendirian di sini, "celoteh Malik. Lelaki itu langsung menoleh ke arah Zena, Zena yang ditatap tajam seperti langsung menundukkan kepalanya merasa tak enak. " Saya Angga. Terima kasih telah menjaga anak saya di sini. "lelaki itu nampaknya menjulurkan tangan kanannya ke hadapan Zena. " Saya Zena, sama-sama pak. Sebenernya saya hanya mampir saja di sini saat melihat anak bapak sendirian. "Zena membalas uluran tangan itu dan tersenyum tipis melihat wajah datar Angga. " Tidak usah terlalu formal, saya tidak tua amat, "ujar Angga kemudian ia menurunkan anaknya yang ingin turun dari gendongannya. " Tante, tante! "Malik menarik kedua tangan Zena membuat Zena apalagi Angga kompak menatapnya. "Malik boleh tanya sama tante?" Malik mendongakkan kepalanya sambil memegang kedua tangan Zena erat. "Iya Malik, Malik mau tanya apa? "tanya Zena lembut. " Malik pengen punya bunda, tante Zena mau gak jadi bundanya Malik. "kedua mata Malik nampak berkaca-kaca menatap Zena. " Sayang, kamu gak sopan kalau bicara seperti itu. Itu gak boleh nak. "Angga pun berusaha menarik anaknya justru malah membuat Malik menjerit histeris tak mau dan tetap ingin bersama Zena. " Mas sudah jangan dipaksa! "Zena menggelengkan kepalanya berkali-kali menatap Angga membuat Angga pun membiarkan anaknya kini memeluk perut buncit Zena. " Sini sayang duduk. "Zena pun mengajak Malik untuk duduk di tempat duduk tadi tapi anehnya Malik malah memegang tangan Zena seakan tak mau melepaskan Zena untuk pergi. " Malik ingin  punya bunda?" "Iya tante, Malik pengen punya bunda. " " Kalau Malik pengen punya bunda, Malik berdoa dan meminta pada Tuhan, semoga Malik mendapatkan bunda yang baik. " " Tante, Malik maunya sama Tante Zena, tante kan baik. " Zena tersenyum saja, ia tak sanggup berbicara lagi mendengar penuturan anak kecil ini. Sungguh hatinya bersimpati mendengar ucapan demi ucapan dari mulut Malik. Zena sudah meminta ijin pada Angga untuk memberikan waktu sembari menunggu selesainya barang-barang rumah milik mereka diangkut oleh truk. Selang tiga puluh menit kemudian, Malik tertidur pulas di samping Zena saat mendengar Zena bercerita. Angga pun menghampiri mereka dan segera menggendong Malik. "Maaf ucapan anak saya tadi, anak saya memang begitu kalau bertemu wanita dewasa. " "Tidak apa-apa saya maklumi kok, memang bundanya Malik di mana eh maksud saya istri mas Angga." "Oh itu saya tak bisa cerita, itu urusan pribadi saya. Saya pamit dulu dan terima kasih. " " Sama-sama. "Zena menggingit bibir bawahnya merasa malu bertanya pada Angga namun dijawab seperti itu. Mungkin ia terlalu jauh berkenalan dengan mereka. Akhirnya Zena pun melanjutkan jalan-jalannya tadi tapi tak lama pula sebuah pesan singkat dari seseorang itu membuat dirinya tersenyum lebar. My husband Kamu dimana? Aku sudah pulang. Segeralah pulang, aku menunggumu di rumah. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD