Kesepakatan

1030 Words
Selamat membaca! Laura terus coba, mempercayai sesuatu yang terdengar tak masuk akal di pikirannya. Sampai akhirnya, ia pun mulai menangis setelah menyadari situasi yang saat ini terjadi dengan Andrew. "Jika itu bukan Andrew, berarti jiwa yang ada di dalam tubuh itu adalah pria bernama Alan. Terus bagaimana dengan Andrew? Apa dia sudah mati karena pria itu telah mengambil alih tubuhnya?" Tangisan Laura semakin terisak. Namun, seketika mereda saat ia coba menepis pikirannya tentang sang kekasih. "Tidak, tidak, Andrew tidak mungkin mati," sambung Laura sambil menggelengkan kepalanya. "Katakan padaku di mana ini?" tanya Alan sesaat setelah keluar dari toilet. Pandangan Laura langsung menoleh, menatap wajah Andrew yang ternyata bukan lagi dimiliki oleh kekasihnya. "Berarti kau telah membunuh Andrew. Ayo kembalikan Andrew! Tubuh ini bukanlah tubuhmu!" Laura pun bangkit dari posisi duduknya. Memukuli tubuh Andrew dengan sekuat tenaganya. Sementara Alan hanya bisa membiarkan Laura melakukan hal itu. Ia pun bingung untuk menjawab pertanyaan Laura tentang keberadaan Andrew di saat jiwanya masih ada di dalam tubuh itu. "Aku sendiri tidak tahu, apa Andrew memang sudah mati? Atau mungkin aku akan terus terperangkap di dalam tubuh ini untuk selamanya? Tapi yang jelas, permintaanku ternyata dikabulkan dan ini adalah kesempatanku untuk membalas dendam atas kematianku dan juga keluargaku," jawab Alan coba menenangkan Laura yang masih terus memukulinya. Pukulan yang terasa begitu menyakitkan untuknya. "Aku mohon kembalikan tubuh ini kepada pemiliknya! Kembalikan kekasihku, kembalikan Andrew! Aku mohon!" Pukulan Laura pun seketika melemah. Wanita itu pun tak sadarkan diri dalam dekapan Alan. "Kenapa wanita ini harus pingsan segala sih? Apa sebaiknya aku tinggalkan saja dia di sini?" Alan mulai memapah tubuh Laura dan meletakkan di kursi yang semula didudukinya. "Aku harus mencari tahu sendiri, sebenarnya ini di mana? Dan sudah berapa hari sejak kematianku?" Alan pun pergi meninggalkan Laura sendiri di depan toilet. Kini Alan masih terus melangkah, ia mulai dapat melihat situasi pantai yang penuh dengan pengunjung. "Hai, ini di pantai mana ya?" tanya Alan kepada seorang pria paruh baya yang kebetulan melewatinya. "Kau jangan bercanda anak muda. Kau tidak mungkin tidak tahu ini ada di mana, sementara kau datang ke tempat ini," jawab pria itu melihat Alan yang hanya mengenakan celana pantai tanpa atasan. "Tapi saya benar-benar tidak tahu, Tuan." Pria paruh baya itu pun memilih untuk tak menjawab dan mengabaikan pertanyaannya. Namun, Alan tak menyerah begitu saja. Ia kini coba mencari orang lain yang bisa menjawab rasa penasarannya saat ini. "Hai, hai," panggil Alan pada seorang wanita dengan stelan bikini sedang melintas tak jauh dari tempatnya berada. "Iya, ada apa? Apakah aku mengenalmu?" tanya wanita itu dengan kedua alisnya yang saling bertaut. "Bukan itu. Kita memang tidak saling mengenal. Aku hanya ingin bertanya padamu, ini di mana ya?" tanya Alan yang terlihat begitu linglung saat ini. Pertanyaan yang membuat wanita itu langsung terkekeh. Ia pun tampak menoleh ke kiri dan kanan, mencari kamera yang mungkin saja tengah merekamnya. "Apa kau sedang membuat konten YouTube? Mana mungkin kau tidak tahu di mana keberadaanmu! Bagaimana kau bisa sampai di tempat ini? Jadi aku rasa kau tidak mungkin tidak tahu di mana kita berada saat ini, kecuali kau sedang berpura-pura karena sedang membuat konten prank untuk YouTube channel-mu." "Tidak, tidak, aku sedang tidak membuat konten apa pun. Aku benar-benar tidak tahu di mana ini? Bisakah kau menjawab pertanyaanku. Apa terlalu sulit untuk memberitahuku? Ayolah! Katakan di mana ini?" tanya Alan kembali dengan lebih menuntut hingga membuat wanita itu semakin enggan menjawabnya. "Dasar aneh!" Wanita itu pun berlalu pergi, meninggalkan Alan yang masih belum mendapat jawaban atas keberadaannya saat ini. "Sial, sebenarnya di mana ini? Kenapa dua orang itu tidak mau menjawabnya?" keluh Alan yang kembali memikirkan Laura sebagai satu-satunya orang yang bisa menjawab semua pertanyaannya. "Wanita itu! Hanya dia yang bisa menjawab semua pertanyaanku." Alan mulai kembali melangkah menuju toilet di mana ia meninggalkan Laura sendiri di sana. Tak ingin membuang waktunya lebih lama, Alan berlari dengan cepat. Namun setelah ia tiba di depan toilet, kedua matanya tak lagi melihat keberadaan Laura di kursi di mana ia sempat meletakkan wanita itu di sana. "Ke mana wanita itu?" Alan merasa panik dan mulai mencari di sekitarnya hingga masuk ke dalam toilet wanita yang ada di sebelah toilet pria. Beruntung, saat itu Laura ternyata berada di sana sedang membasuh wajahnya di depan wastafel sambil terus menangis. "Hai, aku mohon bantulah aku! Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan padamu." Perkataan Alan seketika membuat pandangan Laura kembali menatapnya. Wanita itu pun mulai mengusap air matanya dan tak lagi coba menyerang Alan. Ia sadar bahwa hal itu percuma dan tak bisa mengembalikan Andrew pada tubuhnya. "Ya, aku akan membantumu. Setidaknya sampai aku tahu pasti, apa Andrew bisa kembali pada tubuhnya atau dia ternyata sudah mati? Selama aku belum mendapatkan jawaban itu, kau tidak boleh pergi tanpa sepengetahuanku! Apa kau mengerti?" ungkap Laura dengan sorot matanya tajam yang diakhiri sebuah pertanyaan penuh penekanan. "Baiklah aku mengerti. Asalkan kau memberitahu padaku, aku ada di mana dan ini tanggal berapa?" "Kita ada di Palm Beach, Northern Beaches Sydney dan ini tanggal 1 Maret. Apa itu sudah cukup jelas untukmu?" jawab Laura yang balik bertanya pada Alan. "Apa! Sydney? Bagaimana mungkin aku bisa ada di sini? Seharusnya aku ada di London. Ya Tuhan, kenapa aku bisa terlempar sampai sejauh ini?" tanya Alan dengan wajah yang penuh keterkejutan. "Sama sepertimu, sekarang aku juga bingung, bagaimana bisa jiwamu ada di dalam tubuh kekasihku?" Percakapan mereka pun terhenti, saat dua wanita hendak masuk ke dalam toilet wanita di mana keberadaan Alan menghalangi pintu masuknya. "Permisi!" "Oh ya, maaf ya." Laura pun keluar dan langsung menarik tangan Alan agar mengikuti ke mana ia pergi. "Ikut aku! Sebaiknya kita ke rumahku agar aku bisa mendengar semua ceritamu! Bagaimanapun aku harus tahu? Apa yang membuatmu ada di dalam tubuh kekasihku?" Alan terlihat pasrah, tanpa membantah sedikit pun apa yang Laura perintahkan padanya. Pikirannya masih terus tertuju pada jawaban yang tadi sempat wanita itu katakan. "Kenapa aku bisa ada di Sydney? Bagaimana bisa semua ini terjadi, apalagi ini sudah dua Minggu sejak kematianku? Bagaimana bisa selama itu?" batin Alan masih sulit memahami semua yang terjadi padanya. Mulai dari kehidupannya kembali di tubuh Andrew, sampai keberadaannya yang saat ini sangat jauh dari kota London. Tempat di mana seharusnya ia berada. Bersambung ✍️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD