Menyergap atau di Sergap?

1781 Words
• Menyergap atau di sergap? Di dalam mobil yang berjalan perlahan, Wu Zhong sedang menunggu sebuah Chat dari salah satu temannya. Dengan tangan yang seperti kesemutan, Tuan Muda keluarga Wu yang arogan itu menunggu dengan tidak sabar. Dia men-scroll chatnya ke atas ke bawah, tapi He Jun tidak memberikan kabar apapun. “Sialan, sudah ku bilang untuk selalu memberikan kabar, tapi kemana perginya anak itu?” ujar Wu Zhong. “Aku sudah melihat kapan terakhir kali Sodara He online, dan itu sudah lima belas menit yang lalu. Kau yakin orang itu melakukannya tanpa kesalahan? Dia pasti sedang dalam masalah saat ini.” Klung!!! Bunyi pesan masuk, dan ternyata itu adalah chat grub. Pesan itu di tulis oleh He Jun, dan isi dari pesannya adalah “Maaf kawan-kawan, karena aku tidak sabaran, aku menghajar anak itu. Sekarang kami ada di sebuah gang sepi, tepat di belakang gedung dengan cat merah. Anak itu tidak bisa lari kemana-mana.” ada emot senyum bertanduk di akhir pesan. “Bos!!! He Jun sudah melakukan tugasnya dengan benar, saatnya kita beraksi!” ujar kawan Wu Zhong yang saat itu memegang kemudi mobil. “Ya! Dengan kita semua pergi ke tempat itu. Anak itu tidak bisa kemana-mana.” Sedangkan Ye Shao di tempat itu. “Benar, anak ini sama sekali tidak bisa kemana-mana. Kan aku sudah mengikat kakinya,” ujar Ye Shao sambil tertawa kecil. Kelompok Wu Zhong segera turun dari mobil ketika mereka sampai di dekat gedung dengan cat berwarna merah yang di tulis dalam pesan He Jun. Jumlah mereka ada lima belas orang, di tambah He Jun semuanya genap menjadi enam belas. Saat mereka sampai ke gang yang sepi itu, di sana sama sekali tidak ada seorangpun. Merasa janggal, Wu Zhong menelpon He Jun. Dan tentu saja, Ye Shao dengan senang hati membantu He Jun untuk mengangkat teleponnya. “Kau dimana?” kata Wu Zhong. Ye Shao melepaskan pegangannya dari He Jun yang ia gantung, sehingga He Jun seperti seekor kera yang bergelantungan. “Aku disini, Senior.” sambil ikut keluar dari balik gedung, Ye Shao mengatakannya. “Kau...” Wu Zhong mengerutkan dahinya sambil mengucapkan itu. “Kau ingat aku, kan... Senior?” tanya Ye Shao sambil bertingkah arogan. He Jun yang tidak sadarkan diri bergelantungan, kemudian dengan tangannya Ye Shao menghentikan He Jun yang bergerak ke kiri dan ke kanan. “Apa pria ini temanmu? Dia tampak tersesat, lalu dia pingsan. Karena teleponnya berbunyi, aku membantu dia untuk mengangkatnya. Bukankah aku junior yang baik, Senior Wu?” kelakar Ye Shao. “Petualang Avos, bukankah kau yang tersesat disini?” “Senior! Berhentilah menyebut nama orang lain ketika kau berurusan denganku, atau mungkin kau akan menyesal,” jawab Ye Shao dengan wajah yang tampak kesal. “Ada apa ini? Tidakkah kau melihat kami kelompok bandit gunung sedang mengepungmu? Kenapa tidak lari dan berikan aku koin emas yang kau punya seperti biasanya.” “Haha... Masih seperti itu, ya. Senior? Masih suka berperan sebagai bandit gunung. Sama seperti waktu di SMA, sepertinya kau sangat menikmati hari-hari itu. Tapi bicara soal bandit gunung, penampilanmu yang sekarang, memang terlihat seperti bandit, terlebih dengan kumis yang tumbuh di bawah hidungmu,” ucap Ye Shao, dia mengejek Wu Zhong dengan berwajah santai. “Sekarang kau mulai berani mengejek seniormu ya, Junior Ye. Apa kau lupa bagaimana aku sering memberimu pelajaran saat kita masih satu SMA? Aku cukup terkejut, bagaimana kau bisa terlihat seperti orang normal sekarang?” “Haha... Mungkin... Cinta yang menyadarkanku. Semenjak Xia Ning Chan mengungkapkan perasaannya secara terbuka padaku. Ah... Hari itu aku berpikir untuk berubah.” “b******n! Tutup mulutmu itu! Jangan memaksaku terlalu jauh Ye Shao!” Wajah Wu Zhong memar seketika, wajah itu adalah wajah seseorang yang tidak bisa menampung semua kemarahannya. Begitu Ye Shao mengatakan sesuatu tentang Dewi yang di puja Wu Zhong, orang itu seperti tiba-tiba ingin meledak. Melihat Wu Zhong murka, membuat Ye Shao tersenyum sungging. “Aku mungkin lupa dengan beberapa hal yang pernah kau lakukan padaku saat di SMA dulu, tapi aku tidak akan pernah melupakan hal ini... Sejak dulu... Kau mencintai Xia Ning Chan. Hehe... Lebih tepatnya tergila-gila. Ini adalah umpan yang bagus untuk memantik emosi Wu Zhong,” kata Ye Shao dalam hati. “Aku menyadari betapa menyedihkannya diriku, Senior. Untuk menerima perasaan dari gadis yang di puja sebagai Dewi Kecantikan di sekolah, apakah orang sinting yang memalukan layaknya diriku pantas? Tentu saja tidak. Itu sebabnya... Untuk dirinya aku memutuskan untuk berubah.” “Sejak hari aku berubah, semuanya terasa lebih indah. Oh ya! Aku dan Xiao Ning sudah pergi berkencan beberapa kali.” Wu Zhong semakin geram. Tapi karena Wu Zhong penasaran dengan hubungan apa yang di jalin oleh Xia Ning Chan dan Ye Shao. Wu Zhong memutuskan untuk menahan diri dan mendengarkan semua perkataan Ye Shao. “Di kencan yang pertama kami, aku sudah memberanikan diri untuk saling berpegangan tangan. Kau tau... Xia Ning Chan memiliki jari jemari yang begitu kecil, tangannya juga selembut sutra. Aku tidak pernah bosan merasakan sensasi ketika aku menggenggamnya,” ucap Ye Shao. Wu Zhong mengepal hingga terdengar bunyi tulang dari tangannya. Tentu saja dia lebih mengerutkan dahinya. “Di kencan ketiga, semuanya mulai berjalan lancar. Xia Ning Chan... Gadis yang awalnya terlihat pemalu itu ntah bagaimana berani mengambil inisiatif untuk mencium pipiku. Kau tidak bisa membayangkan bagaimana diriku melayang di buatnya,” kelakar Ye Shao sekali lagi. “Setelah beberapa kali kencan kemudian, akhirnya kami berciuman. Maksudnya berciuman seperti layaknya orang dewasa,” imbuh Ye Shao. “Cukup! Aku tidak peduli lagi. Bocah itu harus mati!” kata Wu Zhong. Wu Zhong mengangkat tangannya kemudian dia melambaikannya sedikit ke depan. Pria itu memberikan isyarat tangan untuk menyerang Ye Shao. Kemudian rekan sekelompoknya tidak segan untuk maju. Dua orang pertama berjalan dengan langkah yang berat, dengan mengangkat sebelah bibir mereka tersenyum, mereka mencoba untuk bersikap arogan, mencoba memberi tahu Ye Shao bahwa mereka punya kekuatan untuk membuat Ye Shao menyesal telah memprovokasi mereka. “Hei bung, kau harus merasa bangga. Namamu akan kami ingat,” ujar orang yang maju dari sebelah kiri, sambil membunyikan tangannya. “Wu Zhong membentuk kelompok Kalajenking Putih, kelompok kami memang baru terbentuk, tapi jumlah kami sangat besar. Kau adalah orang pertama yang mencoba mencari masalah dengan kami. Kami semua berjanji akan menceritakan keberanianmu ini dengan benar, kawan,” ujar Pria bertopi yang maju dari sebelah kanan. Pria di sebelah kiri memukul Ye Shao, tangan pria itu memukul dari atas mengarahkan tepat pada kepala bagian atas. Ye Shao mengelak sedikit lalu dia menendang pria itu tepat di bagian samping lututnya. “Aggghhhh!!!! Kakiku patah!” teriak pria itu memegang lututnya yang terlihat bengkok ke dalam. Karena tak tahan menahan dirinya dengan satu kaku, pria itu akhirnya terjatuh. “Sialan! Beraninya kau memperlakukan salah satu anggota Kalajenking Putih seperti ini!” “Aku tidak akan tinggal diam!” imbuh pria itu sambil menerjang Ye Shao dengan kakinya. Ye Shao langsung menangkap kaki itu, dengan memegang kaki pria itu Ye Shao kemudian berbalik menendangnya, tendangan yang lurus ke depan itu mengarah tepat ke bagian paling vital dari seorang pria. “Sebaiknya kau diam saja,” ucap Ye Shao setelah tendangan yang ia berikan tepat mengenai sasaran yang di inginkan. Satu pria pingsan tergantung dengan tubuh terbalik, satu lagi sedang merintih kesakitan karena kakinya patah, satu orang lagi tergeletak tak sadarkan diri karena tertendang tepat di organ vitalnya. “Nah! Sekarang... Kalian yang bercerita, atau aku yang akan bercerita?” ucap Ye Shao sambil mengepakkan debu di kedua tangannya. “Sial sekali, Bos. Anak itu bisa Kungfu. Mungkin tidak akan semudah itu untuk membuatnya menyerah,” ujar teman Wu Zhong yang berdiri di sampingnya. “Lalu kenapa? Biarpun dia bisa Kungfu sekalipun, dia hanya seorang diri. Kita kalahkan dengan jumlah!” jawab Wu Zhong. Dari dua orang yang maju sebelumnya, enam orang menyusul kemudian. Satu dari mereka mengalami cedera berat di tulang rusuk karena di hantam oleh Ye Shao menggunakan lutut. Satu lainnya terbentur dahinya ke tembok. Dua orang tertendang dan memutuskan untuk melarikan diri. Dua lainnya menyerah sebelum menyerang dan ikut melarikan diri. “Pengecut yang menyedihkan, kukira mereka cukup percaya diri untuk melawanku menggunakan jumlah mereka. Tapi terpukul sedikit saja sudah lemas, apa hanya ini kekuatan kelompok Kalajengking Putih?” Ketir, begitulah yang di rasakan oleh kelompok Wu Zhong yang tersisa. Mereka kali ini merasa takut untuk maju, setelah beberapa dari teman mereka tidak bisa melakukan apapun pada Ye Shao. “Sial, beraninya mereka banyak menghabiskan uangku, padahal kerja mereka sama sekali tidak becus. Apa begitu sulit mengalahkan seorang bocah SMA? Ku dengar kalian semua adalah jagoan di sekolah kalian sebelumnya,” ujar Wu Zhong. “Menceritakan padaku betapa kerasnya masa lalu kalian. Membuatku kagum, tapi ternyata hanya segini ya? Tidak hanya aku kecewa, tapi bocah itu juga tetlihat sama kecewanya.” “Bos Wu, anak itu sama sekali tidak sederhana. Dia bukan orang yang bisa di kalahkan dengan jumlah. Kau lihat bagaimana gerakannya, bukan? Dia seorang ahli. Sebaiknya kita tidak usah macam-macam.” “Benar Bos, kita mundur dulu. Kita kumpulkan anak-anak lainnya untuk melawan anak ini. Sekarang hanya sisa kita bertuju, kesempatan kita sedikit.” “Dasar pengecut! Apa aku mengajak kalian semua untuk melihat ini?! Kalian benar-benar memalukan. Aku tidak tau kenapa aku menghabiskan banyak sekali uang untuk membuat kalian senang.” Anak Buah Wu Zhong hanya bisa tertunduk diam mendengar apa yang di katakan oleh Wu Zhong. “Ada apa ini? Apa kalian sedang bertengkar? Ayolah, siapa musuh kalian, Kalajengking Putih? Aku? Atau salah satu dari kalian?” kata Ye Shao. “Kalian baru terbentuk dan sudah ada perselisihan dalam kelompok kalian? Kelompok begundal seperti itu tidak akan pernah bertahan lama. Kalian harus lebih serius,” imbuh Ye Shao. Melihat kawanannya ketakutan melihat Ye Shao yang masih dapat bersikap tenang walau di sudutkan oleh situasi yang tidak menguntungkan, dimana dia yang seorang diri sedang di hadapkan dengan sekelompok orang. Membuat Wu Zhong berpikir dua kali untuk maju. “Sial! Anak ini sudah sangat berubah semenjak terakhir kali aku memperlakukannya dengan buruk. Apa yang harus ku lakukan? Memangnya apa yang bisa ku lakukan? Dengan enam cecunguk menyedihkan ini bersamaku. Aku hanya akan kehilangan wajah jika maju. Ye Shao yang sekarang bukan orang yang mudah di tindas seperti dulu lagi,” pikir Wu Zhong. “Aku sudah mengambil keputusan, sebaiknya kita kembali untuk mwngumpulkan anak-anak,” ujar Wu Zhong. Para kawan yang menemaninya di tempat itu menghela nafas lega, beban yang mereka rasakan telah berkurang ketika keputusan Wu Zhong sudah bulat. “Ye Shao... Masih akan ada lain waktu. Ketika waktu itu tiba, aku akan membayar semua yang telah kau lakukan hari ini,” ujar Wu Zhong sambil menunjui ke arah Ye Shao. Tuan Muda generasi kedua yang angkuh itu kemudian berbalik untuk pergi, tapi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD