Si Orang Sinting

1545 Words
 • Si Orang Sinting Ye Shao tiba dengan gaya cetar membahana, dia memakai jaket hitam panjang sampai lutut dan lengan jaketnya dia guntung sendiri. Memakai sarung tangan hitam bergambar salib. Ye Shao memnutup sebelah matanya dengan tangannya, matanya berbeda warna, dia memakai sebuah lensa di sebelah matanya. “Wahai mahluk rendahan, menyingkirlah dari jalanku atau kalian akan terkekang karna aura iblis dariku.” Semua orang tidak menghiraukannya dan tetap pada kegiatan mereka. “Ah! Yang kita omongin dateng.” “Heboh seperti biasa ya.” “Kalian berharap aku pacaran dengan manusia jadi-jadian itu?” kata Xia Ning Chan. “Ya kalo kau cari yang ganteng, siapa lagi yang lebih ganteng dari dia?” “Dewa memberinya wajah yang rupawan, hanya saja dewa mungkin lupa memberinya rasa malu.” Ye Shao berjalan dengan membusungkan dadanya menuju ke bangkunya yang terletak di bangku belakang. Semua orang biasa saja, tak ada satupun yang mempedulikan tindakannya sebab Ye Shao sudah lama seperti itu, dimulai dari sejak dia duduk di kelas dua smp sampai sekarang dia menjadi senior di kelas tiga sma. Bertahun-tahun sikapnya sudah seperti itu. Oleh teman temannya dia di juluki... “Bocah Sinting!” “Dia sudah duduk di bangkunya.” “Ah... Berarti sudah jam tujuh tiga puluh ya.” Selang beberapa detik seorang guru paruh baya bernama pak Lin Gao datang membawa hasil ujian mingguan kelas 3-A. “Baiklah, karena sekarang sudah akhir pekan maka bapak hanya akan membagikan hasil ujian kalian dan akan mereview setiap jawabannya secara singkat seperti biasanya. Jika kalian memiliki pertanyaan maka jangan ragu.” ujar pak Lin Gao. “Baik pak!” “Chu Ye!” Chu Ye maju kedepan mengambil kertas ujian mingguannya. “Nilai mingguanmu semakin baik, tingkatkan terus!” “Xia Ning Chan!” Xia Ning Chan segera berdiri dan dengan anggun maju ke depan. “Pertahankan, nilaimu yang terbaik dikelas! Kerja bagus!” “Sudah pasti Ning Chan yang terbaik, ah... Kenapa dia begitu sempurna.” “Dia benar-benar seperti dewi, dia embun pagi yang menyegarkan mataku, tanpanya sekolah jadi kelabu.” “Pantas saja walau senior Wu Zhong berkuliah dia masih mengejar-ngejar cintanya Ning Chan.” “Bagaimanapun juga sulit mencari orang seperti Ning Chan.” Mendengar pujian-pujian tersebut membuat Ning Chan senang, tapi sekaligus dia merasa terganggu, sebab meskipun semua orang memujinya dan menginginkannya, Ye Shao tak tampak memiliki pendapat yang sama dengan orang kebanyakan. Ye Shao, menggambar sebuah pedang di bukunya, lalu dibaliknya dia membuat sebuah peta. “Di kehidupanku sebelumnya aku pernah mendapat sebuah pedang magis yang menghimpun jiwa jiwa para iblis. Kalau tidak salah aku meninggalkannya di gurun tanpa arah. Suatu hari pedang itu pasti!” Sambil menatap langit langit Ye Shao mengepal tangannya ke atas. Ning Chan yang kembali ke bangkunya setelah menerima kertas ujiannya memasang wajah illfeel kepada Ye Shao yang bertingkah absurb. “Dia sama sekali tidak meletakkanku di matanya, dia tidak terpikat padaku sedikitpun. Aku yakin setiap cowok di kelas ini selalu membayangkanku di malam mereka yang panjang, tapi orang ini?!! Apa sih yang ada di pikirannya?!” “Ye Shao!” Ye Shao tetap diam duduk dibangkunya sambil berimajinasi. “Astaros Herald Voldigord!” Ye Shao langsung menggubris perkataan pak guru Lin Gao. “Dasar Manusia! Seenaknya kau memanggil namaku yang agung, mahluk rendahan sepertimu tidak diperbolehkan mengatakan suatu hal tabu seperti itu. Cihh! Tapi karena aku dalam mood yang baik maka aku tidak akan memenggalmu.” kata Ye Shao. Ye Shao berdiri, dia membenarkan rambutnya dan berjalan mengambil kertas ujiannya. “Ah... Seperti yang diharapkan dari si Orang Sinting, dia bahkan memanggil pak guru Lin Gao mahluk rendahan, aku bahkan tak berani berkata cihh pada beliau.” “Kau pikir aku berani? Pak guru Lin Gao adalah guru paling ganas di sekolah ini, tapi si orang sinting ini benar-benar tidak peduli.” Wajah pak guru Lin Gao kesal sampai uratnya pun bisa dilihat di dahinya. “Hmmm.... F ya.... Jadi kali ini pun aku gagal menyelesaikan quest mingguan ini, Seorang petualang solo yang mampu memutuskan kepala cerberus dengan tangan kosong sepertiku tidak bisa melalui quest seperti ini.” Ye Shao melihat simbol-simbol fisika di kertas ujiannya. Sambil berjalan kebangkunya... “Sudah kuduga, relic kuno semacam ini tidak bisa dipahami oleh ras iblis sepertiku. Aku harus belajar pada sang alkemis yang tinggal di puncak gunung naga.” Wajah pak guru Lin Gao merah dan uratnya semakin banyak. “Pak Lin Gao bahkan tidak berani berkomentar.” “Kalo aku yang dapat F mungkin beliau akan langsung melemparku ke luar jendela.” “Seperti yang diharapkan dari si raja iblis.” Semua murid menyembunyikan tawanya dengan sedikit suara tawa. **** Jam Istirahat telah tiba, semua orang segera keluar dari kelas, namun Ye Shao tetap tinggal di kelas dan melanjutkan menggambar di buku hariannya, dia bahkan membuat sampul bukunya sendiri bertulis Death Note. Beberapa siswa kelas tiga dari kelas lain masuk ke kelasnya Ye Shao. “Hehe... Dia sedang menggambar. Sekarang adalah giliranku untuk beraksi.” “Kau harus meyakinkan.” “Berargumen dengan cara biasa tidak akan berhasil pada anak ini.” “Kalian tenang saja, lihat bagaimana aku akan mengatasinya.” Para siswa itu datang semakin dekat dengan Ye Shao, ketika sudah sampai di bangku Ye Shao, satu orang dari mereka memukul meja Ye Shao. “Petualang Avos! Kami berlima adalah tentara singa perak milik raja Fritz, kami di tugaskan untuk menagih pajak padamu.” “Raja Fritz?” Ye Shao menutup bukunya dan menatap siswa kelas lain itu dengan tajam. “Benar! Anda adalah petualang yang agung, Guild Tartaros sangat memuji keahlian anda, tapi anda tetaplah seorang petualang yang tinggal di kerajaan milik raja Fritz, dan membayar pajak pada raja adalah kewajiban.” “Kenapa tentara singa perak yang melindungi raja fritz langsung malah datang menagih pajak?! Kemama sang penagih pajak yang biasanya?” Para siswa kelas lain menelan ludah mereka, mereka nampak kebingungan. “Ini.... Itu... Raja Fritz tau kalau anda memilki tempramen yang buruk, jika anda mengamuk pada sang penagih pajak, takutnya dia tidak mampu menahan kekuatan yang agung milik petualang kelas Mithrill seperti anda. Maka dari itu tentara singa perak yang melindungi raja langsung ditugaskan untuk menagihnya pada anda. Raja mengirim kami berlima untuk berjaga-jaga kalau negosiasi antara anda dan kami gagal.” “Meskipun kekuatan kalian berlima setara dengan petualang Mithrill kalian tidak akan mampu menahan kekuatanku, tapi... Raja Fritz sangatlah bijak dan memikirkan masalah ini dengan serius, aku terkesan. Berapa yang dia mau?” Mereka berlima menarik nafas lega. “500 yuan!” “Katakan pada raja Fritz, aku hanya punya 200. Kalian mau atau tidak?” “Tentu saja! Tapi bagaimana dengan sisanya tuan Avos?” “Besok datanglah lagi! Ada Quest yang harus ku selesaikan!” “Baik tuan! Semoga berhasil!” Kelima siswa itu pergi dengan wajah girang. “Hahaha... Sangat mudah menipunya, kita dapat dua ratus tanpa bersusah payah.” “Tapi aktingmu benar-benar buruk, kau juga memilih jalan cerita yang tidak menarik.” “Diamlah! Yang terpenting kan kita berhasil mendapatkan 200 yuam darinya.” Kelima orang yang datang pada Ye Shao merupakan orang-orang yang sering membullynya, mereka juga sering melakukan kekerasan fisik pada Ye Shao sejak kelas satu, dan di kelas dua mereka mulai menemukan cara baru berhadapan dengan Ye Shao. Ye Shao tidak pernah mengenali mereka yang sering membullynya, Ye Shao memiliki semacam penyakit yang membuatnya tidak ingat dengan wajah seseorang. Ye Shao bukannya tidak ingat, tapi setiap wajah orang yang dia temui, meskipun orang itu sama tapi wajah mereka akan terlihat berbeda tergantung dari suasana yang dia rasakan. Karena seringnya Ye Shao berimajinasi, dia selalu berhalusinasi sampai ke titik dimana wajah seseorang akan berubah ketika dia memancing Ye Shao berimajinasi. Seperti halnya yang dilakukan oleh kelima siswa tadi. Dalam pandangan Ye Shao, lima orang dengan armor lengkap dan bergambar singa perak di baju besinya itu adalah kelima siswa kelas lain yang mendatanginya. Mereka berpenampilan seperti pria dewasa dengan kumis dan janggut lebat, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Yah.... Bisa dibilang.... Ye Shao adalah orang yang tidak bisa melihat kenyataan. Ye Shao tidak tau menau dengan apa yang ada di kelasnya, bagaimana keadaan sekolahnya, bagaimana orang seusianya bergaul, dia tidak mengerti semua itu. Dia tidak tau siapa perempuan paling cantik dan siapa pria paling tampan, dia tidak tau siapa yang populer di sekolah. Padahal di benak para siswa hal semacam itu harusnya mereka tau. Ye Shao selalu menyendiri dan tidak memiliki seorang temanpun, yah... Kalau tidak keberatan dikatai gila, maka bertemanlah dengan Ye Shao. Dia melihat dunia melalui pandangan yang berbeda, bagi kebanyakan siswa dimana masa sekolah sma adalah romance komedi, bagi Ye Shao malah seperti Fantasy. Tak ada yang seperti Ye Shao, karna itu dia dijauhi oleh semuanya. **** Sekolah sudah berakhir, Ye Shao berdiri di depan gerbang, murid-murid lainnya pulang menaiki bus kota atau dengan mobil pribadi. Ye Shao setiap hari pulang dengan berlari sampai kerumahnya, rumahnya Ye Shao terletak di atas bukit, setiap hari dia memaksa dirinya berlari sampai kerumahnya. Alasannya bukan hanya karena dia tidak mempunyai uang, tapi baginya ini sebagai bentuk latihan demi menjadi lebih kuat. Kalian harus tau, meski Ye Shao sangat buruk dalam belajar dan bergaul, tidak ada satu orangpun yang bisa dibandingkan dengannya dalam hal olahraga. Tubuh Ye Shao sangat terlatih berkat kehaluannya sendiri, berlari menuju rumahnya di atas bukit merupakan bentuk pencerahan baginya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD