Pertandingan Adil

1572 Words
• Pertandingan Adil Saat Hao Di menyerukan angka sepuluh, sesuai dengan kesepakatan yang telah di buat oleh Ye Shao, dia harus berlari mengejar Meng Bingbing yang sudah seperempat jalan. Tapi, di banding dengan menyebut apakah Ye Shao itu berlari, lebih tepat mengatakan kalau dia sebenarnya sedang melesat seperti roket. “A-apa itu barusan?” “Kau melihatnya? Aku sama sekali tidak bisa melihatnya, aku hanya bisa melihat debu yang tiba-tiba berterbangan.” “Yang benar saja, apa itu bisa di sebut berlari?! Levelnya sudah sangat berbeda!” “Ye Shao... Bagaimana caranya kau berlari secepat itu? Kau ini sebenarnya apa?!” pikir Hao Di yang ternganga melihat Ye Shao pergi. “Semuanya lihat! Dia sudah setengah jalan mendekati senior Bing!” Meng Bingbing yang percaya diri ketika melihat Ye Shao masih ada di bawah kaki gunung dan menghitung, merasa dirinya sudah menang. “Aku juga menghitung sampai sepuluh, dia harusnya sudah mulai bergerak,” kata Meng Bingbing yang kemudian melihat ke belakang. Dia tidak pernah menyangka, orang yang tadinya tertinggal jauh sudah berada sedekat itu dengannya. “Apa-apaan itu?!!” pikir Meng Bingbing dengan wajah yang ketakutan. Dia segera melihat ke depan dan mulai menambah laju kakinya. Sejak dia melihat bagaimana cara Ye Shao berlari dia tidak akan pernah lagi menolehkan wajahnya ke belakang untuk melihat itu. “Gila! Dia benar-benar gila! Bagaimana dia berlari secepat itu?! Siapa orang ini? Apa yang ada dipikirannya?!!!” pikir Meng Bingbing. Gadis itu mengeratkan giginya dan berusaha berlari secepat yang dia bisa agar tidak tersalip oleh Ye Shao. Dia sedang membayangkan seekor harimau buas sedang membuntuti Meng Bingbing dari belakang. “Aku harus tenang, Kakek bilang tidak boleh kehilangan konsentrasi saat menaiki tangga ini dengan berlari, satu kesalahan kecil dalam melangkah maka bisa saja membahayakan nyawa.” “Tuan Muda ini terlalu ceroboh, berlari secepat itu tanpa memperhatikan tangga. Dia bisa saja ja...” Ye Shao menyalip Meng Bingbing tanpa melihat padanya. Saat tau dirinya di salip oleh Ye Shao, waktu seperti berjalan lambat. Meng Bingbing mampu melihat wajah Ye Shao yang sangat serius dalam perlombaan ini. “Dia... Tidak main-main saat mengatakan ingin bertaruh denganku,” kata Meng Bingbing dalam hatinya. Melihat Ye Shao yang sudah berhasil mendahului Meng Bingbing, membuat semua murid yang melihat mereka dari bawah terperangah. Mereka tidak pernah menyangka Meng Bingbing akan kalah dari Ye Shao yang sebelumnya belum pernah melewati tangga itu. “Meng Bingbing sudah seperempat jalan dan orang itu bahkan menyalipnya di pertengahan.” “Berlari secepat itu tanpa membuat kesalahan, seberapa besar fokus Tuan Muda itu?!” “Ini mustahil, bagaiamana pun kau melihatannya, Tuan Muda itu sangat tidak wajar, gerakannya terlalu cepat.” “Otot kaki dan tangannya ternyata bukan hanya hiasan.” Meng Bingbing yang terlalu ingin menang dan khawatir Ye Shao membuat semua berjalan sesuai dengan keinginannya. Membuat Meng Bingbing kehilangan fokus dan akhirnya membuat kakinya sendiri terkilir saat berlari. “Sial! Kenapa harus sekarang?!” Gadis itu terpelesat dan membuat tubuhnya terdorong ke belakang. Semua orang berseru panik melihat hal itu. “Nona Bing!!!” Teriakan itu terdengar oleh telinga Ye Shao, dia melompat dengan cepat dari tempat pertama, Ye Shao menangkap tangan Nona Meng dan gadis itu tidak jadi terjatuh. Sebagai gantinya karet yang mengikat rambutnya terlepas. Rambut Meng Bingbing terurai di terpa oleh angin gunung yang lumayan kencang. Wajah Meng Bingbing yang sedang bingung nampak begitu polos, di bandingkan dengan ekspresinya yang begitu sombong, Ye Shao baru menyadari, kalau Nona dari Keluarga Meng itu tak kalah cantik jika di bandingkan dengan Xia Ning Chan. “Bodoh! Kau ini kenapa?” ucap Ye Shao. Meng Bingbing sama sekali tidak mendengarkan apa yang di katakan oleh Ye Shao, dia bahkan tidak sadar pria itu mengatakan sesuatu. Yang Meng Bingbing tau, saat tangan yang kuat itu menyentuhnya, dia sudah tidak berdaya lagi. Wajah penyelamatnya yang terlihat serius dan kesal membuat dirinya terpesona. Dia hanyut oleh kerupawanan Ye Shao, bahkan dia tidak sadar kalau kakinya itu sebenarnya sakit. “Nona?!! Kau tidak dengar apa yang aku katakan?!” seru Ye Shao sekali lagi. Gadis yang sedang merona wajahnya itu langsung sadar, saat dia melepas tangannya dari Ye Shao dan mencoba berdiri sendiri, rasa sakit karena terkilir kembali. Meng Bingbing harus terduduk. “Kenapa kau tidak berhati-hati? Kita sedang balapan melewati tangga, saat ini kita berada seratus meter jauh dari tanah, jika kau terjatuh maka berakhirlah sudah,” ucap Ye Shao. “Maaf, aku... Aku kehilangan fokus,” jawab Meng Bingbing. “Cihh!! Mau bagaimana lagi,” balas Ye Shao. Kemudian dengan gentle pria itu menaruh tangan Meng Bingbing melingkari lehernya. Ye Shao mengangkat Meng Bingbing seperti seorang Tuan Putri. Sontak Meng Bingbing menolak dan mencoba meronta. “Aww!!!” keluhnya karena kakinya yang sakit. Mau bagaimana lagi, gadis itu mencoba meronta tapi Ye Shao lebih kuat darinya, Meng Bingbing hanya bisa bersandar menyembunyikan rasa malunya di d**a Ye Shao. Melihat pemandangan di atas membuat semua yang berada di bawah merasa lega menyaksikan kecelakaan yang berhasil di cegah. Tapi Ye Shao tetap menaiki tangganya daripada memilih turun yang jauh lebih dekat. “Tak hanya cepat, tapi respon Tuan Muda Ye begitu baik. Tidak heran kalau ketua mengatakan dia seorang praktisi yang baik, tak melihat dari seberapa muda dirinya, bakat dan kemampuannya adalah sungguhan.” “Dia baik, namun tempramennya mudah berubah, saat ada yang mulai memprovokasi dia akan menunjukkan sifat lainnya, tapi saat ada yang kesusahan dia pasti akan menolongnya, Tuan Muda Ye itu,” imbuh Hao Di dalam hatinya sambil tersenyum. Suasana di atas gunung yang sejuk mendadak terasa panas, padahal langit sedang mendung dan cahaya mentari tidak bersinar dengan terik. Tapi ntah kenapa terasa begitu panas, setidaknya untuk gadis impulsif itu. “Kenapa kenapa kenapa? Kenapa?!!! Aku sedang di gendong seperti seorang tuan putri oleh pemuda yang baru aku temui, terlebih dia adalah seorang Tuan Muda yang menjengkelkan, mulutnya tajam dan juga sombong. Tapi... Dia membuatku deg-degan.” “Aku tidak bisa mengatur nafas dengan benar, jantungku berbunyi seperti sebuah genderang, aku tidak ingin pria ini mendengarnya dan menjadi besar kepala,” pikir Meng Bingbing. Meng Bingbing melirik kepada Ye Shao, tapi pria itu sama sekali tidak melihatnya, pandangannya lurus ke depan ke arah gerbang. “Apa ini? Apa dia mengabaikanku? Seorang gadis cantik ada dalam genggamannya dan dia tidak meliriknya sedikitpun? Aku yang bersandar di dadanya pun tidak mendengar detak jantungnya berdetak kencang untukku.” “Dia... Tidak terpesona?!!” ucap Meng Bingbing dalam hati dengan perasaan yang sangat kesal. Orang-orang yang telah menunggu kedua peserta lomba menaiki gunung merasa cemas, itu karena keduanya sama sekali tidak terlihat. “Jika itu Meng Bingbing, seharusnya dia sudah sampai jika dia berlari ke sini. Kenapa kali ini dia butuh waktu yang lama?” kata Kakek Meng. “Jangankan Nona Muda, murid lainnya seharusnya sudah sampai. Ini sudah terlalu lama sejak Xiao Di menelpon.” “Senior Meng! Itu senior Meng!!!” seru Seorang Murid yang melihat Meng Bingbing sedang di gendong. Keburu terkejut, Meng Gu Cao mengira cucunya itu mampu mengalahkan Ye Shao, untuk memastikannya dia melihatnya sendiri, dan saat itu dia melihat bahwa cucunya sedang di gendong. “Kenapa Meng Bingbing di gendong oleh Tuan Muda Ye?” kata Meng Gu Cao. Ye Shao dapat melihat semua orang menunggunya di atas, jarak antara dirinya dan kemenangannya pun sudah sangat dekat. Lalu Ye Shao dengan santainya menurunkan Meng Bingbing. “Eh? Kenapa kau menurunkanku?” “Nona? Tidak kah kau melihat garis finishnya sudah dekat? Tentu saja aku ingin melewatinya seorang diri dan memenangkan pertaruhannya. Setalah aku menyelesaikan pertandingan antara kita, aku akan kembali dan menjemputmu,” sahut Ye Shao. Tanpa pikir panjang Ye Shao berbalik dan berjalan dengan santai ke atas. “Kau benar-benar meninggalkanku begini? Bahkan di saat seperti ini kau masih mempedulikan pertandingannya?! Dasar tidak punya hati!” ucap Meng Bingbing sambil mengembungkan pipinya. “Itu salahmu sendiri tidak fokus saat pertanding, jika kau mengalami cedera, itu murni kesalahanmu. Meskipun aku menang, aku melakukannya dengan adil. Jadi diamlah di situ dan jangan merengek,” balas Ye Shao. “Dasar bawel!” imbuhnya. “Kau...!!!” “Dasar... Pria itu adalah yang terburuk, aku tidak pernah bertemu orang yang terlalu mementingkan dirinya sendiri, bahkan melihat gadis yang sedang meringis kesakitan, hatinya sama sekali tidak tersentuh.” Ye Shao naik dan semua orang bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi di antara dirinya dan Meng Bingbing. “Nak Ye? Apa yang terjadi dengan cucuku?” tanya Meng Gu Cao. “Dia terkilir, salahnya sendiri tidak fokus. Sudah tau menaiki tangga dengan kecepatan tinggi, dia malah berakhir melukai kakinya sendiri,” jawab Ye Shao. “Tapi bagaimanapun aku tidak melakukan sesuatu yang buruk padanya. Dia terkilir murni karena kesalahannya, aku tidak menjegal ataupun melakukan sebuah kecurangan. Aku menang dengan jujur, dan kalian semua yang ada disini adalah saksinya,” imbuh Ye Shao. Meskipun masih merasa bingung, semua orang setuju dan menganggukkan kepala mereka. Ye Shao lalu turun selangkah, dia melihat gadis dengan wajah kesal itu menatap ke arahnya. Gadis itu terlihat mengumpat dalam hatinya, tapi Ye Shao sama sekali tidak merasa terganggu. Ye Shao tersenyum kecil mengangkat sebelah bibirnya, lalu dia menggunakan tangan kanannya dan menarik kantung matanya ke bawah dan menjulurkan lidah untuk mengolok-olok Meng Bingbing di bawah. “Dasar bagong!!!” ucapnya dengan kesal. “Bisa bisanya aku di permalukan sampai ke titik ini, ini pertama kalinya aku kalah... Dan rasanya benar-benar menyebalkan, di tambah dengan wajah menjengkelkan yang di buat oleh tuan muda itu untuk mengolokku,” “Kesalnya dua kali lipat!!!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD