rahasia raka

rahasia raka

book_age18+
14
FOLLOW
1K
READ
possessive
sex
drama
bxb
humorous
campus
city
slow burn
friends with benefits
friends
like
intro-logo
Blurb

Raka diajak Ben untuk menjalin hubungan friends with benefit. Soalnya, Ben sedang penasaran akan orientasi seksualnya dan Raka seorang cowok gay tulen. Namun, Raka Abraham mulai resah ketika hatinya berdebar setiap kali dia bersama Benjamin Rahardian. Padahal, seharusnya keterikatan mereka hanya sebatas fisik saja.

publish awal: 21 Nov 2020

publish akhir: ?

chap-preview
Free preview
bab 1
"Hei. Denger-denger, lo itu gay?" Pertanyaan Ben itu langsung membuat Raka terbelalak. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tahu-tahu seorang Benjamin Rahardian menghampiri Raka Abraham yang sedang asyik membaca buku di perpustakaan pusat di kampus. Kemudian, Ben menanyakan apakah benar bahwa Raka seorang gay. "Emang kenapa?" Raka balas bertanya kepada Ben. Ben yang daritadi berdiri di dekat Raka, langsung menggeser kursi di sebelah Raka dengan tidak sabar. Kemudian, Ben langsung duduk di situ. Dia menghadap ke Raka, sedikit mendekat. Lantas Ben berbicara sambil berbisik, "Gue mau fwb-an sama lo." Raka langsung mengerutkan kening. "Lo sehat? Seinget gue lo bukan homo." "Ya itu makanya. Gue juga nggak ngerti," sahut Ben tidak sabar. "Nggak ngerti apanya? Yang jelas, Ben," kata Raka. Barusan dia mendorong bukunya di meja sedikit jauh ke depan. Lalu, Raka setengah menghadap ke Ben. Ben terlihat sedikit ragu lalu dia akhirnya menatap mata Raka. Terlihat ekspresi bingung dan cemas di wajah Ben. Namun, akhirnya Ben mengatakan sesuatu yang menggelikan. "Kemarin pas gue nonton bokep, ada iklan video bokep gay. Gue klik. Gue iseng nonton. Anjing, gue jadi c**i. Masa' gue segitunya kebawa suasana," gerutu Ben. Seketika Raka langsung tertawa terbahak-bahak. "Hahahahahahaha!" "Ssstt!" Pak Ngatno petugas perpustakaan langsung mendesis mengingatkan Raka, yang tempat duduknya terlihat dari kursi beliau. Itu membuat Raka terdiam lalu mengangguk ke beliau, maksudnya Raka meminta maaf. Lalu, Raka menoleh ke Ben yang sekarang menunjukkan wajah putus asa. Sungguh Raka tidak tahu harus menanggapi apa. Ben itu temannya sejak SMA. Mereka bukan sahabat, juga tidak dekat, meski keduanya kenal akrab. Raka dan Ben sekadar berteman saja. Pertemanan yang tidak jelas. Teman yang kamu kenal saja, dan cuma saling menyapa saat berpapasan. Menurut Raka, Ben orangnya terlalu berisik. Ben juga anak nongkrong yang selalu menghabiskan waktu dengan teman-temannya yang ada di mana-mana. Sementara, Raka juga banyak teman. Namun, mereka sama-sama santai. Anak-anak yang biasa saja, kalem. Terus saat sedang berkumpul juga ngobrolnya santai saja, tenang. Tidak bikin ramai seperti Ben dan teman-temannya. Raka sendiri kuliah di jurusan Sastra Inggris, dan Ben di Desain Komunikasi Visual. Setelah menit demi menit berlalu dalam keheningan, Ben yang berceletuk lagi, "Tapi kalo lo beneran gay?" Raka menghela napas. "Iya." Lalu, ingatan Raka seperti kembali ke masa-masa awal kuliah, saat entah bagaimana cerita tentang dirinya yang gay tersebar begitu saja. Sepertinya karena waktu itu mantannya ngetag dia di i********:. Lalu, teman-teman Raka kepo dan akhirnya stalking i********: mantan Raka. Mereka pun melihat foto-foto mesra Raka dan mantannya di situ. Sementara, Raka sendiri tidak suka posting foto dirinya dan pasangannya di i********:. Buat apa. Dia tidak pernah sungguhan mencintai pacarnya yang dulu. Mereka cuma teman jalanㅡdan f**k buddy. Satu semester berlalu dan berita itu sepi dengan sendirinya di kampus Raka. Raka sendiri sudah coming out ke keluarganya saat lulus SMA. Kakak laki-lakinya, Revan, yang sudah bekerja sekaligus tinggal di luar kota, tidak banyak berkomentar, tapi dia tetap sayang kepada Raka. Ayahnya yang tipikal suami-takut-istri tapi aslinya memang penyabar, juga banyak diamnya waktu itu. Ibunya mengomel habis-habisan selama berbulan-bulan, tapi beliau tetap memasakkan makanan buat Raka tiap hari. Mereka orang tua yang aneh tapi lebih anehnya lagi meski bersungut-sungut, mereka akhirnya bisa menerima Raka yang belok itu. Raka juga kadang curhat soal pacarnya ke ibunya. Raka pernah berpacaran satu kali saja, waktu akhir kelas dua belas sampai awal kuliah. Dia bersama pacarnya dulu cuma jalan tiga bulan lebih lalu putus. Raka dan mantannya itu juga sama-sama baru pertama kali 'tidur' dengan cowok. Keduanya juga tak begitu sering melakukannya, mungkin dua atau tiga kali dalam sebulan. "Kalo iya lo itu gay, mau dong fwb sama gue," ucapan Ben membuyarkan lamunan Raka. Raka memutar kedua bola matanya. "Lo mau jadiin gue eksperimen?" Ben mengatupkan bibir. "Iya, sih. Lagian jam terbang lo kan udah tinggi." "Ya kali. Lo kira gue gigolo?" sahut Raka. "Nggak gitu juga, Ka," kata Ben dengan nada tidak percaya. Raka diam sambil menatap Ben dengan ekspresi prihatin. "Napa sih lo nggak cari temen kencan aja di Grindr? Banyak, Ben. Buat one night stand aja." "Enakan sama orang yang kenal deketlah, Ka," Ben berkata jujur. "Itu gue? Perasaan gue nggak deket sama lo," gumam Raka. "Ya dibikin deket aja," sahut Ben. Raka mengerutkan alis. Ben kunyuk ini sedang modus atau bagaimana, sih? "Lo usaha banget, sih. Anjing. Gue ogah jadi eksperimen lo." Ben dengan cepat menyahuti, "Kenapa? Lo takut jatuh cinta sama gue?" Kedua mata Raka langsung melebar. Menantang sekali kata-kata Ben itu. Sialan. "Enggak. Dan gue tetep nggak mau. Titik." Setelah mengucapkan itu, Raka langsung beranjak dari kursinya. Dia mengambil buku-bukunya di meja, berdiri dan meninggalkan Ben yang terhenyak dalam diam. Lalu, setelah Raka mengembalikan buku ke rak, dia keluar dari perpustakaan. Kemudian, hari Raka terasa tenang kembali. Dia mengikuti kuliah sampai sore dengan khidmat. Tak ada kicauan tidak jelas Ben yang mengajaknya untuk berhubungan dengan status friends with benefit. Namun, sial. Raka jadi teringat permintaan Ben itu. Sebenarnya, Raka tidak masalah dengan mantap-mantap tanpa status pacaran dan tidak pakai cinta. Namun, memangnya dia semudah itu tergoda? Hah. Raka bukan cowok murahan. Dia gay tulen yang punya martabat. Bukan untuk eksperimen. Akan tetapi ... Ben itu posturnya tinggi. Bahunya dan dadanya bidang, pas banget gitu. Raka ingat pernah melihat Ben saat sedang melepas bajunya di sekolah dulu, setelah pertandingan sepak bola waktu class meeting. Otot perutnya itu seperti roti sobekㅡSari Roti rasa cokelat. Rambut Ben yang lurus hitam legam dengan poni jatuh di atas alis itu juga hot, sih. Apalagi saat dia sedang tertawa renyah dengan teman-temannya. Matanya itu indah, apalagi kalau dia sedang di ranjang? Pasti tatapannya liar. "Lah. Gue kenapa, sih. Anjir," gumam Raka. Dia lalu geleng-geleng kepala sendiri. Kenapa dirinya jadi melamunkan Ben dan keseksiannya? Tidak terasa, seluruh mata kuliah hari ini sudah selesai. Raka merasa ingin ngemil dan sebelum pulang, dia mau mampir McDonald's buat beli kentang goreng promo pakai voucher yang ada di aplikasi McD di hp-nya. "Langsung pulang, Ka?" tanya Kelsi, sahabat Raka. Kelsi cewek nyentrik dengan rambut lurus sebahu disemir warna hijau pastel, tapi itu terlihat cocok untuknya. "Gue pengen mampir McD beli kentang goreng. Pake voucher promo, Si. Mau juga, nggak?" Raka menawari sahabatnya itu. Kelsi mengangguk dengan semangat. "Mau! Enak, nih, ngentang goreng." Raka tersenyum lalu bertanya, "Lo nggak dijemput Rizal?" Rizal adalah pacar Kelsi yang beda universitas. Kelsi menggeleng. "Dia lagi nugas, repot banget katanya. Tadi gue mau pesen GoJek. Tapi lo ngajakin ngemil. Ya udah." "Kuylah," kata Raka sambil nyengir. Kelsi meringis. Mereka berdua lalu berjalan ke parkiran. Raka selalu membawa helm cadangan di bagasi jok motor Honda Scoopy-nya. Saat sampai di dekat motornya di parkiran, Raka mau mengambilkan helm untuk Kelsi dari jok motornya. Namun, Raka bisa merasakan ada sosok seseorang berjalan semakin dekat, menghampirinya. Raka mendongak saat orang itu sudah berada di situ. "Lah??" celetuk Raka. Ben berdiri di dekatnya, dia menunjukkan ekspresi yang sulit ditebak. "Untung lo beneran ada di sini." "Ben. Lo ngapain? Kok, bisa tau gue di sini?" tanya Raka tidak habis pikir. "Gue nanya Tio, temen sekelas lo. Kan, temen gue juga," jawab Ben. Sial. Raka lupa kalau teman Ben ada di mana-mana. Sekarang Kelsi cuma celingukan memperhatikan dua cowok di depannya. "Raka. Plis. Mau dong sama request gue yang tadi," Ben meminta begitu saja. Raka terbelalak. "Lo jauh-jauh nyamperin gue ke sini buat nanya yang tadi lagi? Jawabannya tetep, Ben. Enggak." Kelsi sekarang mengerutkan kening. Ada apa, ya, antara dua cowok yang sepertinya tidak begitu saling kenal dan hampir tidak pernah bertegur sapa ini? Ben yang putus asa lalu bertanya, "Oke. Gue harus gimana biar lo mau fwb-an sama gue?" Pertanyaan Ben membuat Raka dan Kelsi melongo. *** Tadi pas gabut nunggu ada deadline kerjaan. Aku kepikiran bikin cerita fiksi yang santai. Terinspirasi dari lagunya Niki yang I Like U. *Cerita ini memuat adegan dewasa tapi smooth kayak mentega.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Over Protective Doctor

read
482.5K
bc

Nikah Kontrak dengan Cinta Pertama (Indonesia)

read
463.3K
bc

Marry Me If You Dare

read
226.5K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M
bc

Mendadak Jadi Istri CEO

read
1.6M
bc

Bukan Istri Pilihan

read
1.5M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook