"Kalau kamu rajin dan tidak banyak pekerjaan, kamu masak buat kita," ujar Adrian. Sebenarnya kalimat itu terdengar biasa saja, hanya bahasa dan nada suaminya dalam menyampaikannya memang terdengar aneh. Adrian lembut dan sama sekali tidak memaksanya. Jelas itu bukanlah sosok Adrian yang di awal pertemuan yang dikenalnya. "Kenapa bukannya biasanya Mas lebih suka makan makanan dari luar?" tanya Karin mulai membiasakan panggilan barunya. "Kamu benar, tapi kalau begitu apa gunanya kamu disisiku. Masak untukku saja hampir tidak pernah." Baru saja Karin akan terlena oleh perubahan suaminya itu, tapi Adrian malah berubah kembali. Akhir-akhir ini, walaupun sering berbuat, namun Adrian seperti dua kepribadian. Dia juga masih menyebalkan dengan ucapan dan sikapnya yang masih suka seenaknya.