Bab 02. Percobaan Bunuh Diri

1006 Words
"Bagaimana kondisimu?" tanya Adrian pada sosok yang terbaring lemah. "Aku jauh lebih baik, Kak. Jangan khawatir, dokter bilang aku bisa pulang dua hari lagi," jawab sosok itu. Dia adalah Thania Prayogha yang merupakan saudari perempuannya, atau adik satu-satunya Adrian. Beberapa hari lalu gadis itu sempat melakukan percobaan bunuh diri. Namun, beruntunglah Adrian segera menolongnya sebelum Thania benar-benar akan kehilangan nyawanya. Flashback "Aku cuma mau bersama Brian, Kak. Aku sayang dia, mengertilah aku tidak bisa hidup tanpa Brian! Aku mencintainya, tolong mengerti aku, Kak!" teriak Thania terlihat putus asa. Wajahnya sembab dengan kelopak mata yang terlihat bengkak. Gadis itu tampaknya habis menangis semalaman dan juga sangat putus asa. Adrian tak tega, namun dia juga tak bisa berbuat banyak. "Thania, laki-laki itu tidak menyukaimu. Sadarlah dia menyukai perempuan lain dan semalam bahkan mereka sudah tunangan. Lupakan dia, Kakak bisa mencari laki-laki yang jauh lebih baik dari pecundang itu!" jelas Adrian berusaha menasehati adiknya. "Nggak!!" bentak Thania sambil geleng kepala. "Aku hanya mau Brian. Kak Adrian memang tidak bisa mengerti aku, tidak mengerti perasaanku. Kakak tidak tahu jatuh cinta dan mencintai seseorang!" Adrian geleng kepala. Thania memang tidak salah meski punya tunangan, Adrian tidak mencintainya. Hidup Adrian membosankan, dan hanya seputar pekerjaan. Meski sebagai pria dewasa, dia juga bukan pria suci, karena sudah pernah mencoba menikmati wanita, tapi semua itu tanpa adanya cinta. "Jangan naif, Thania. Kalaupun kamu bisa bersama laki-laki itu, apa kamu pikir bisa bahagia sementara perasaannya pada wanita lain?" bujuk Adrian menasehati Thania dengan memberinya pertimbangan. Awalnya gadis itu terlihat diam sebentar, seperti tengah memikirkan ucapan kakaknya. Hal itu pun membuat membuat Adrian sedikit lega. Namun, hanya bertahan sebentar karena selanjutnya Adrian justru dikagetkan oleh aksi nekat Thania. "Aku akan membuat Bria mencintaiku, aku bersumpah untuk itu, dan jika tidak berhasil aku lebih baik mati!" ungkap Thania serius. Adrian syok, tapi sebelum memulihkan diri, adiknya itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah pisau yang entah dari mana didapatkan olehnya. "Ya, aku akan mati. Aku tidak mau hidup lagi jika untuk melihat Brian bersama perempuan lain!" Blesh! Pisau itupun segera menyayat pergelangan tangannya dalam sekejap tanpa bisa dicegat. Adrian syok bukan main, tapi saat hendak menolongnya, Thania lebih gila lagi, dia segera menjatuhkan dirinya ke dalam kolam renang. Karena sebenarnya mereka memang berdebat di taman belakang rumah mereka tepat disebelah kolam renang. Hal itu pun membuat, Adrian kesulitan menolongnya meskipun akhirnya berhasil. Thania kehilangan banyak darah dan membutuhkan donor. Kepalanya juga ternyata mengalami cedera, sebab sempat terbentur pada tepian kolam renang. Setelah kejadian itu, meski Thania akhirnya selamat dan keluar dari zona kritis. Adrian masih tidak berhenti khawatir. Dia ke bar dan mabuk di kelab malam untuk membuat pikirannya lebih rileks. Namun saat di sana dia justru mendapati hal yang membuatnya murka dan menguji kesabarannya. Segerombolan perempuan sedang menghuni tempat itu, sepertinya tengah merayakan sesuatu. Namun, bukan itu masalah sebenarnya. Melainkan kehadiran dua gadis yang duduk disebelahnya di depan meja bar. "Akhirnya aku bersama Bria, Mil, dan gadis manja itu tidak punya harapan lagi. Aku harap setelah ini dia sadar dan berhenti mengejar Brian," ujar gadis disebelahnya. Tampaknya gadis itu tak mabuk, meski di kelab malam dia hanya memesan jus jeruk ketimbang minuman beralkohol. Seraya memamerkan cincin tunangan pada temannya. "Baguslah, tapi apa kamu tidak khawatir? Thania itu gadis yang nekat, dan jangan lupa kejadian dia yang pernah merusak hubunganmu dengan Brian?" "Ckckck! Sudahlah tak usah dipikirkan. Dia anak ingusan yang masih berlindung dibalik ketiak ibunya. Jangan khawatir, kalau Thania berulah lagi, aku akan memberinya perhitungan. Akan aku pukul kepalanya dengan keras supaya dia sadar, atau ku lempar saja ke laut sekalian biar tenggelam!" "Hahaha. Kamu sadis juga, Rin!" "Abisnya anak itu, agresif dan tidak tahu malu sekali!" Adrian segera sadar Thania yang dimaksud adalah adiknya, dan meski sebenarnya dia tahu, kedua orang disebelahnya hanya sedang bercanda, namun ucapan mereka tetap saja membakar Adrian. Pria itu beranjak dan mengepalkan tangan, lalu pergi begitu saja dengan perasaan muak. ***** Keesokan harinya dia kembali ke rumah sakit dan menemui adiknya di sana. Thania sudah sadar dan sedang makan disuapi oleh ibu mereka. Wanita paruh baya itu setelah selesai, langsung pamit lantaran harus melakukan sesuatu pagi itu. Dia tidak tahu kejadian sebenarnya, dan berpikir Thania hanya mengalami kecelakaan saja. Begitu juga ayah mereka. Kedua orang tua mereka benar-benar tak tahu apa-apa, dan semua itu karena Adrian tak mau membuat mereka khawatir, dan berdampak buruk pada kesehatan keduanya yang kurang baik akibat faktor usia. Apalagi ayahnya yang mempunyai riwayat penyakit jantung. "Kak Adrian ...." Thania terlihat lemas dan tak berdaya. Tatapannya masih sayu dan juga hampa seperti kehilangan semangat hidup. Melihat hal itu, perasaan Adrian terenyuh dan tak seakan tak sanggup melihatnya dalam kondisi menyedihkan tersebut. "Kamu akan baik-baik saja, dan tidak usah khawatir soal mommy juga daddy, mereka tidak tahu soal kebodohan yang kamu lakukan," jelas Adrian yang paham dengan kecemasan adiknya. "Tapi Brian, bagaimana dengannya, Kak?" tanya Thania lemah. Adrian tak habis pikir, namun dia juga tak bisa mengecewakan adiknya setelah ini. Adrian cukup kapok dengan aksi nekat Thania, dan tidak mau hal itu sampai terulang. "Aku akan membantumu mendapatkan laki-laki itu bagaimana pun caranya. Aku pastikan dia akan menjadi milikmu!" jawab Adrian menghibur sekaligus menghibur adiknya. "Benarkah?" Raut wajah Thania langsung berubah dan terlihat sedikit senyum diwajahnya. Adrian sedikit lega, meski akhirnya dia sadar setelah ini, dia mempunyai tugas yang sulit. Kedepannya dia mungkin akan melakukan hal yang cukup gila. "Tapi bagaimana caranya, beberapa hari lalu mereka sudah bertunangan," jelas Thania ragu. "Aku pastikan kalian akan bersama, percayalah pada Kakakmu ini, Thania! Akan tetapi berjanjilah setelahnya kau tidak akan melakukan hal gila itu lagi!" Setelahnya Adrian benar-benar berusaha mewujudkan keinginan terbesar adiknya. Dia melakukan konspirasi yang membuat salah satu karyawan di perusahaannya terlihat kasus korupsi. Menekannya dan membuatnya mempunyai banyak hutang. Karyawan itu harus mengembalikan dana perusahaan yang dicuri, meski sebenarnya bukan dia pelaku sebenarnya. Adrian menekannya serta mengancamnya dengan hukuman penjara, dan orang itu tidak lain adalah orang tua Karin. "Saya akan menarik kasus ini dan anda tidak perlu membayar denda. Akan tetapi itu tak gratis, aku dengar kau mempunyai putri yang lumayan cantik, berikan putrimu untukku!" Flashback Off *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD