Capitulum XII : Melawan Orang Terkuat di Angkatannya!

1574 Words
     Pertandingan terus berlanjut. Semua anggota di kelas L-V telah melancarkan aksi di lapangan menggunakan [Aura] mereka. Tak jarang beberapa guru dan anak-anak lain terkejut dan menganggukkan kepala begitu ingat siapa yang mendidik mereka. Milovan terkenal sebagai individu yang tidak ragu memberikan semua yang ia tahu pada murid didikannya.      Tinggal Reizh seorang yang belum tampil di arena. Sekarang manusianya sendiri sibuk bermeditasi—itu yang dilihat orang-orang. Sebenarnya dia sedang berlatih pedang bersama [Saga Side] miliknya.      "Kau terlalu lambat!" ejek Rex      "Kalian yang terlalu cepat!" balas Reizh sembari membanting pedangnya. Ia kesal. Kesal karena ketidakmampuan dirinya untuk menyentuh [Saga Side] miliknya barang seinci pun.      "Reizh, makanya kalau orang sedang melawanmu itu, ya, di perhatikan! Kau bisa belajar beberapa gerakan, kan?" tanya Aegis yang berada di sebelah Reizh.      Reizh duduk di tanah dan menopang dagunya dengan tangan. Pipinya menggembung dan wajahnya terlihat amat sangat kesal. Wajah yang biasanya terlihat seputih porselen menjadi merah, semerah tomat karena latihannya.      "Apa tidak ada jalan pintas dalam menjadi kuat? Menjadi lemah di akademi ini membuatku kesal. Ayolah! Katakan padaku, apakah ada jalan pintas?"      "Sayangnya kau sudah mengambil jalan pintas itu. Kau bisa menaikkan kemampuan berpedang milikmu karena sering berlatih dengan kami. Percayalah, itu tak seburuk saat kau pertama kali memegang pedang." ucap Luz sembari tersenyum.      "Oh, kenangan buruk. Tolong jangan ingatkan aku tentang apapun itu." ujar Archel sembari menepuk jidatnya. Memang, pasalnya, Reizh linglung saat memegang pedang dan hampir memenggal kepalanya jika saja ia tidak memilih untuk jatuh. Walaupun Reizh terkenal dengan kemahirannya berpedang untuk masuk ke akademi, nyatanya, begitu bertarung melawan [Side] miliknya, ia benar-benar payah.      "Hmph! Baiklah. Mari kita lihat keluar, sebenarnya kapan namaku akan muncul dalam roda itu? Semoga bukan nama salah satu orang kuat di sini. Aku ingin langsung menyerah saja." ucap Reizh sembari bangkit dari posisi duduknya.      Bletak!      Sebuah—tidak, empat jitakan mendarat di kepala mulus milik Reizh.      "Kalau mau menyerah, cepat lepaskan rantai ini dan biarkan kami membunuhmu, sekarang juga." teriak Archel.      "Jangan buat kesabaran seorang sisi pembunuh habis, Reizh." ujar Rex menarik lengan bajunya.      "Hei, hei, tenang dulu! Aku 'kan cuma bercanda! Malahan aku senang dapat musuh yang kuat karena bisa belajar banyak... Kalian ini memiliki sumbu tempramen yang begitu pendek!" cibir Reizh. "Yaudah deh, aku mau kembali ke dunia nyata. Nanti dikiranya aku mati ketakutan pula."      Reizh mengembalikan kesadarannya. Tepat pada saat itu, namanya tertera di roda nama dan di sebelahnya, terdapat nama yang begitu tidak asing. Namun, nama itu membuat Reizh hampir mati berdiri.      "Will Blake... Ah, seharusnya aku tidak mengatakan hal yang tidak penting pada kalian..." gumam Reizh.      "Si peringkat terakhir melawan si peringkat pertama di jamannya? Wah, ini sih seru!"      "Aku sih, bakal nyerah."      Banyak orang berkomentar buruk tentang Reizh. Namun itu malah terdengar seperti dukungan di telinga Reizh. Yah, jangan salahkan Reizh yang memiliki pemikiran terbalik yang sedikit... Aneh.      "Kak.. Kakak mau melawannya?" tanya Zaviel sembari memegang tangan Reizh.      "Mhm. Aku pernah mendengar seseorang berkata, jika seseorang mengatakan bahwa kamu tidak bisa, mereka menunjukkan keterbatasan mereka, bukan keterbatasanmu! dan juga, terkadang kamu menang, dan terkadang kamu belajar. Aku yakin, setelah ini aku akan belajar." ucap Reizh sembari tersenyum.      "Hei, Junior Schultz, jika kau menyerah sekarang, aku akan meminta mereka memutar kembali rodanya!"      Sebuah suara terdengar dari sebrang. Reizh tersenyum dan melambaikan tangannya. "Tidak perlu, senior! Aku ingin belajar teknik pedangmu! Kuharap kau bisa mengajarkanku beberapa trik!"      Orang-orang berbisik-bisik soal Reizh yang begitu percaya dirinya menantang Will Blake, a.k.a orang terkuat di Akademi Pedang Langit saat ini, setidaknya, di permukaan, dialah yang terkuat.      "Namamu Reizhart Schultz, benar?" tanya Will sembari tersenyum simpul.      "Benar."      "Hm... Namamu akan kuingat sebagai junior yang begitu percaya diri."      "Suatu kehormatan bisa diingat oleh orang seperti Senior. Lagipula kepercayaan diri datang dari diri sendiri."      Will menatap Reizh dengan tatapan yang berbeda. Sedikit kesal, karena kata-kata sinisnya dapat dibalas, dan seidkit kagum dengan sisi Reizh yang percaya diri dan pantang menyerah.      Bel tanda dimulainya bertarungan berbunyi. Reizh mempersiapkan pedangnya. Ia sudah diajarkan oleh Aegis bagaimana cara menyalurkan [Aura] ke dalam pedang, yah, ke dalam, bukan secara eksternal. Jadi hanya bisa dirasakan, tidak dilihat orang luar. Sehingga, kebanyakan orang hanya melihat Reizh yang mengacungkan pedang polosnya.      Will bersiap dan mengeluarkan cakar wolverine miliknya dan berusaha menyerang Reizh di berbagai tempat. Reizh menahan serangan itu dengan pedangnya. Tiba-tiba Will menarik cakarnya dan menghempas Reizh dengan kakinya hingga ke sudut Arena.      "Wuah, bukan status yang main-main! Duh, sepertinya tulang rusukku patah. Apa aku harus cari istri setelah latih tarung ini berakhir, kayaknya dua yang patah. Berarti cari dua istri dong ya?" kekeh Reizh sembari terbatuk-batuk.      Blaze : [Berhenti mengeluarkan jokes receh nan b****k milikmu! Fokus!]      "Aiya, aku lupa. Habisnya ini terlalu sakit! Aku hanya berusaha mengalihkan perhatian agar tidak terasa terlalu sakit, kok." protes Reizh kemudian berdiri dan menepuk-nepuk bajunya.      Ia mulai bersiaga lagi dan menendang udara. Alhasil ia melayang di udara namun, tiba-tiba seseorang berseru.      "Itu pelanggaran, 'kan? Sihir tingkat lanjut tidak dibolehkan!"      Seketika Reizh yang berada di udara memasang wajah polos sembari mengedip-ngedipkan matanya berulang kali. "Se-sebentar, apa ini termasuk sihir tingkat lanjut?" dengan canggung, Reizh bertanya, entah pada siapa.      Aegis : [Dasar manusia norak! Dia tidak merasakan tidak adanya [Counter] dari [Step] milikmu, apa?]      "Saudara Schultz, apa yang membuatmu berinisiatif menggunakan sihir terbang?" tanya sebuah suara—seorang juri yang duduk di kursi kehormatan.      "Eh... Uh? Hah? Ah... Ekhem!" s**l, kalau aku gugup, gagu ku mulai kumat.     "Be-begini... Sebenarnya aku tidak tahu ini sihir atau bukan... Bagaimana menjelaskannya ya..?"      Reizh menggaruk kepalanya sementara Zaviel menepuk jidatnya. Kakaknya ini kalau sudah gugup, seakan menjadi orang teridiot di seluruh dunia. Seluruh kosa kata yang dikumpulkannya selama 16 tahun akan lenyap dalam hitungan detik!      "Sebentar," sebuah suara terdengar. Suara yang bagaikan suara malaikat yang turun dari langit untuk membantu di telinga Reizh yang tengah bingung ingin menjelaskan dengan cara seperti apa.      "Milovan Clevo? Ada pembelaan bagi murid bodohmu ini?"     "Tolong, jika ingin berbicara, pakailah dulu kecerdasanmu. Kulihat, otakmu tertinggal di dapur aula makan tadi malam." ketus Milovan. "Apa kalian semua tidak tahu dia adalah si peringkat terakhir dalam daftar nama tahun ini? Kalian pikir kenapa dia ada dalam daftar itu?"      "Tapi memakai sihir tingkat lan-"      "Dengarkan aku!" potong Milovan cepat. "Kalian tidak lihat apa yang ia lakukan sebelumnya? Ia menendang udara bukan melafalkan mantra! Duh, apa kalian tidak bisa merasakan tidak adanya [Counter] yang bergumul diantara dirinya? Kalian ini 'kan para jenius sihir... Masa hal remeh dan sederhana seperti ini saja perlu kuberitahu?"      Semua orang baru menyadari hal itu, akhirnya pertarungan diperbolehkan untuk dilanjutkan. Milovan memberikan jempol pada Reizh dan Reizh memberikan cengiran khasnya dan membalas dengan dua acungan jempol.      Pertarungan dilanjutkan. Reizh kembali ke darat dan menyerang Will. Dia menggunakan semua teknik pedang yang diajarkan [Saga Side] miliknya, namun Will tidak memperlihatkan adanya perubahan ekspresi.      "Huft, dia ini kuat sekali yah." gumam Reizh.      Will sampai sekarang belum mengeluarkan sihirnya sama sekali, dia hanya menggunakan keterampilan khusus dari cakar besi miliknya untuk melawan Reizh, dan hanya dengan itupun Reizh sudah kesusahan.      Akhirnya, Reizh melempar pedangnya ke atas dan itu membuat Will teralihkan sebentar. Reizh yang menyadari kesempatan itu berlari menuju kuda-kuda Will dan berseluncur ke bawahnya kemudian hendak menggapai pedangnya lagi dan berniat menyerang Will dari belakang.      Namun sialnya, Will yang mengetahui hal itu mengeluarkan tinju apinya kemudian memukul mundur Reizh hingga Reizh terpukul hingga sudut arena seperti roda. Baju olahraganya sedikit terbakar karena sempat terkena tinju api milik Will.      Reizh yang telah menabrak dinding pembatas arena, baru tersadar bahwa ia baru saja dipukul mundur dan pemuda itu tersenyum seperti orang bodoh.      "Yang tadi itu cepat sekali! Aku tidak bisa mengantisipasinya!" seru Reizh      Dengan berakhirnya pertandingan yang dimenangkan oleh Will itu, berakhir pula latih tarung itu. Reizh dibopong Matrix dan Raziel menuju klinik untuk mendapat pengobatan.      "Astaga, astaga, astaga! Yang tadi itu keren sekali! Rasa sakit itu nyata!" pekik Reizh.      "Apa kau itu masokis? Kenapa kau begitu girang dipukul hingga beberapa tulangmu patah?" tanya Jay mencubit pipi Reizh kesal.      "Bukan itu! Aku mendapatkan sebuah pelajaran yang begitu berharga, kau tahu? Selain rasa sakit ini, aku juga mendapatkan sebuah teknik dimana dia dapat memukul dengan cepat! Astaga! Aku seperti melihat gerakan itu dengan lambat!"      Semua orang di ruangan itu menatap Reizh bingung. Di saat seperti itu, Zaviel mengambil tindakan dan memukul kepala Reizh, ia berharap otak kakak kembarnya itu akan kembali ke tempat semula lagi dan tidak berteriak seperti orang sakit jiwa.       "Kau hebat, Zav. Dapat darimana cara itu?" tanya Ash tertawa.      "Aku sudah sering melakukannya jika kakak sangat girang ketika menemukan jawaban dari soal yang sulit. Untungnya pada saat ia melaksanakan Ujian Nasional, tidak ada laporan bahwa dia kumat tiba-tiba." Zaviel menghela napas menatap kakakmya yang sekarang tengah terlelap atau tepatnya pingsan setelah ia pukul.      "Maaf ya kak." kekeh Zaviel kemudian mengajak teman-temannya kembali ke asrama dan meninggalkan Reizh di klinik sendirian. Karena menurutnya, kakaknya akan terbangun tepat di tengah malam nanti. [A/N] : Halooo~ Gara-gara selesai marathon webtoon Tower of God, jadi gabut akhirnya dapet ide dan ngetik ngebut deh~ Btw, Ada typo ga, gaes? Moga aja enggak :v Pokoknya, hari ini saya lagi jatuh cinta sama The 25th Bam, seneng karena Khun Aguero Agnes bangun, dan Rak Wraithraiser yang kyuti. /ngomong opo? Okelah, segitu aja dulu sekarang~ Run, run, run, Luna❣
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD