Capitulum X : Meditasi

1628 Words
     Aku membuka mataku. Buru-buru mencari benda yang dapat ku gunakan sebagai eksperimen. Kemudian aku memutuskan untuk mengambil lampu tidur di sebelahku dan memasukkannya ke dalam kantong kanan celanaku. Dan hebatnya, masuk! Benar-benar masuk seutuhnya! Apa ternyata yang dikatakan Aegis itu benar?      "Kau bisa percaya padaku!"      Baiklah. Terimakasih.      Aku melompat gembira. Benar-benar gembira. Bagaimana tidak? Ini membuktikan bahwa setidaknya aku ini memang bisa memberlakukan sihir, tetapi, ada kemungkinan bahwa saat ini aku belum dapat mengeluarkannya secara totalitas.      Aku mengeluarkan lampu tidur lagi kemudian membuat semua pakaian yang aku bawa ke sini memiliki [Inventory]. Uhh... Ini membuat segalanya menjadi praktis! Jadi, saat aku kembali besok, aku tidak perlu berat-berat lagi membawa benda dalam tasku!      Luz : [Uhm... Reizh. Kau juga harus ingat bahwa [Inventory] itu terbatas.]      Terbatas?      Aegis : [Ah! Iya, hampir saja lupa! [Inventory] pertama yang kamu buat sekarang hanya berukuran sekitar 6 meter kubik.]       Jadi, [Inventory] itu bukannya tidak terbatas?      Rex : [Tentu saja. Tapi, yah, jika kau bisa lebih kuat dari ini, bukannya tidak mungkin membuat [Inventory] seluas samudra di sekeliling benua ini.]      Aku ingin membalas perkataan [Side] milikku, namun sebuah suara menginterupsi. "Reizh? Kau sudah bangun rupanya."      Aku menengok ke arah pintu. Ternyata Jay dan Matrix. Mereka berdua penuh keringat. Aku mengernyitkan dahi, tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya.      "Kenapa kalian seperti habis lari mengitari menara tujuh kali?" tanyaku sembari merapikan pakaianku kembali. Oh ya, tas milikku ini sudah kuberi [Inventory] juga. Jadi, aku takkan merasa berat ketika membawa banyak benda!      "Yah, bagaimana tidak? Kami melawan Mr. Milovan dan hasilnya kalah telak. Dia sangat kuat. Aku heran kenapa sampai ada orang sekuat dia di dunia ini." ucap Jay sembari mengipaskan diri dengan kardus yang ia temukan entah dimana.      "Ngomong-ngomong sekarang jam berapa sih?" tanyaku      "Jam lima sore, kenapa?"      "Oh astaga, aku tidur selama empat jam ternyata. Aku tidak pernah tidur siang selama ini." kekehku.      "Mungkin saja, karena menara ini sangat nyaman? Eh ya, malam ini kita main truth or dare, yuk, sembari menunggu dijemput oleh Cellena nantinya!" ajak Matrix.      "Boleh tuh, setelah makan malam ya." balasku tersenyum.      "Oke!"      Setelah makan malam kami benar-benar membuat lingkaran dan bermain Truth or Dare. Dengan berbekal sebuah botol bekas air mineral berisi sedikit air yang akan secara giliran diputar.      "Aku putar duluan." ucapku sembari memutar botol.      Saat botol berhenti, ujungnya berhenti tepat di depan Matrix. Dia memilih Truth dan aku menanyakan hal yang sebenarnya dibisikkan oleh Andreas yang duduk di sebelah kiri ku.      "Sebutkan orang yang kau suka dan alasannya!"      "Kalau berbohong, aku punya pendeteksi kebohongan lho." ucap Vernon melambaikan sebuah kristal.      "Baiklah, aku menyukai Jeanna, karena... Sudah kenal sejak kecil, mungkin?" balas Matrix. Pendeteksi kebohongan itu tidak menunjukkan tanda berwarna merah atau berbohong. Berarti Matrix mengatakan yang sebenarnya.      "Bagus! Ayo, kau putar!" seru Zemin meminta Matrix memutarnya.      Kami bermain permainan jujur atau tantangan tersebut hingga pukul sebelas malam. Sampai seseorang mengetuk pintu. Aku membukanya dan ternyata nona Cellena sudah menjemput kami. Otomatis, kami semua membubarkan diri dan mengikuti nona Cellena menuju atap [Liominne].      Sesampainya kami di sana, Tuan Rolfe sudah menunggu. Mr. Milovan diam-diam meminta kami membuka [Aura] agar [Loicerys] milik kami lebih mudah menemukan kami.       Tuan Rolfe sudah mengucapkan mantra. Beberapa buku berterbangan menuju tuannya masing-masing. Dan, seperti yang kita tahu bahwa aku tidak mendapatkan [Loicerys]. Anak kelas L-I berbisik-bisik dan menertawakan ku. Yah, biarlah. Toh, yang mereka tertawakan itu kenyataan? Aku tidak bisa menyangkalnya dengan cara apapun juga. Jadi yang bisa kulakukan hanya terdiam.      "Selamat untuk kalian karena akan segera menjadi pemyihir sejati yang memiliki Loicerys dan dapat berpartisipasi dalam berbagai pertarungan nantinya." ucap Tuan Rolfe.      "Terima kasih, Tuan Rolfe atas kerja kerasnya!" seru kami bersamaan.       "Yah, karena ini sudah malam, ada baiknya untuk segera kembali ke kamar dan beristirahat. Sampai ketemu besok di lapangan latihan sihir!" ujar tuan Rolfe sembari tersenyum.      Keesokan harinya, begitu semua orang memutuskan untuk berbondong-bondong ke lapangan latihan sihir, aku malah berbalik arah menuju tempat gubuk meditasi berada. Yap, aku akan bermeditasi, berniat menabung [Counter] seperti kata [SagaSide] milikku. Walaupun sebenarnya, aku sendiri tidak yakin akan berhasil.      Tapi, mungkin lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali seperti aku yang mencoba bergabung dengan anak lainnya yang tengah mencoba Loicerys mereka. Lagipula jika tidak begitu, aku tidak akan memiliki kegiatan apapun yang akan membuat aku mati bosan di dalam kamar.      Aku membuka gubuk meditasi itu perlahan. Begitu pintu terbuka, aku tidak melihat apapun di dalamnya. Sama sekali kosong. Hanya lantai keramik, dan sisi gubuk yang dibuat dengan semen putih ini. Aku berjalan masuk dan melepas sepatuku kemudian duduk bersila di tengah-tengah gubuk. Melafalkan kata-kata yang sangat sering dikatakan oleh Luz.      Fokus.     Tenang.     Konsentrasi.      Rasakan sekitarmu.     Baiklah, setelah melafalkan keempat kata itu, aku seperti melihat segalanya dengan efek negatif. Aku menghirup udara sebanyak mungkin dan menghembuskannya secara perlahan-lahan pula. Gubuk ini memang bukan gubuk biasa. Aku dapat merasakan bahwa ada banyak [Rune] berterbangan.      Namun, tiba-tiba kesadaranku berpindah menuju suatu tempat. Tempat ini... Belum pernah kukunjungi sebelumnya. Di sini bukan tempat dimana aku bertemu dengan Aegis dan yang lainnya. Dan saat ini, di hadapanku terdapat sebuah pilar-pilar yang membentuk seperti kurungan.        "Oh? Kau sudah sampai di sini rupanya."       Suara berat dan serak itu membuatku terinterupsi pada kurungan itu. Dari kegelapan muncullah seorang pemuda berambut oranye dengan mata merah yang runcing. Tubuhnya memiliki tinggi yang sama denganku.      Aku mengernyitkan dahi, "Aduh, kenapa banyak sekali individu asing dalam tubuhku!? s**l! Kau ini siapa lagi?" keluhku kesal.      "Blazerion Astronyx Legion. Kau ini amnesia ya? Bahkan nama [Side] milikmu lupa, sekarang namaku pun kau lupakan? Oh astaga, ingatanmu lebih buruk dari aku yang sudah berumur lebih dari empat ribu tahun. Bahkan aku masih ingat jelas kapan dan bagaimana aku dilahirkan." sambar pemuda dibalik kurungan itu.      Aku mengabaikan racauan pemuda itu dan bertanya, "Apa aku sendiri yang memberimu nama?"      "Tentu saja! Kau yang seenak jidat mengubah namaku, kau juga yang seenak jidat melupakannya. Namaku yang dulu itu Fang. Dan kau bilang itu aneh, dan kau memberikan nama yang tak kalah aneh."      "Em... Sebenarnya, kau ini apa, Blaze?" tanyaku berusaha memahami. Aku ini kan sedang bermeditasi, berniat untuk memupuk [Counter] milikku, tapi kenapa malah bertemu dengan pemuda cerewet ini?      "Aku salah satu dari [Nine Gods of Sacred Beast], tepatnya [Kyuubi no Yokou], dewa terkuat dari [Nine Gods of Sacred Beast]."      "Pfft... Buahahahahaha! Buahahahaha!" aku tertawa keras sambil memukul-mukul pilar kurungan, "Kau bercanda?" tawaku benar-benar pecah ketika mendengar pemuda itu berkata bahwa ia adalah [Kyuubi No Yokou]. Setahuku, Kyuubi itu rubah ekor sembilan yang besar sekali.      "Apa kau ingin kehilangan kepalamu?" cibir Blaze kesal, "Aku menemuimu dengan wujud manusia ku karena aku takut kau jatuh pingsan ketika melihat wujud asliku, dan itu membuatku menyesal. Ingin rasanya aku menghajarmu hingga mati."       Puff! Puff! Puff! Puff!      Bunyi aneh itu membuatku menoleh ke arah belakang. Ternyata [Sagaside] milikku hadir juga di sini.       "Hei, lama tidak melihatmu, Blaze! Apa kabar?" sapa Aegis.      "Kabarku langsung memburuk ketika diremehkan bocah ini. Ingin rasanya kurusakkan segel ini dan membunuhnya sekarang juga." jawab Blaze ketus.      "Sayangnya kita tidak bisa membunuh siapapun tanpa seizin bocah menyebalkan ini. Aku juga ingin membunuhnya sejak pertama kali bertemu." cibir Archel.      "Sudahlah!" lerai Luz, "Nah, Reizh, dia adalah salah satu dari [Nine Gods of Sacred Beast], [Kyuubi no Yokou]. Dia dulu di sebut Fang, namun kau memberinya nama Blazerion Astronyx Legion. Karena kau pertama kalinya bermeditasi dan bertemu dengan Blaze, itu artinya kau bisa membuat sebuah kesepakatan." jelasnya.      Aku memiringkan kepalaku, "Kesepakatan?"      "Hm. Aku mengajukan sebuah usul. Bagaimana jika aku akan memberimu sebuah kemampuan merasakan [Counter Path] seseorang. Tidak hanya itu, ketika kau juga bisa memperkirakan seberapa besar [Counter Center] dan seberapa banyak [Counter] di [Counter Pool].      "Oh, dan aku juga bisa memberimu penglihatan yang diatas orang normal. Kau akan bisa melihat objek hingga sejauh 50 km jika mungkin. Semakin kuat aku atau kau, semakin jauh juga jarak pandangnya. Kau juga bisa melihat beberapa benda yang tak kasat mata." jelas Blaze.      "Ah! Seperti Byakugan-nya klan Hyuuga, ya? Hm! Aku paham. Tapi bagaimana cara mengendalikan [Counter] yang kuserap agar bisa kubagi?"      "Klan Hyuuga? Belum pernah sekalipun aku mendengarnya..." gumam Aegis.      "Hanya fokus pada tujuanmu."      "Oke. Oh ya... Aku 'kan sudah lumayan lama di sini, apa aku sudah lama di luar?" tanyaku. Itu satu-satunya hal yang kukhawatirkan. Percayalah.      "Yah, jika kau berada di sini selama 1 hari, mungkin di dunia nyata kau hanya berdiam selama 10 menit. Tidak semua orang bisa membangun waktu alam bawah sadar sebesar itu perbandingannya. Tapi, bagaimana? Apa kau mau menyetujuinya?"      "Aku sih, setuju saja sebenarnya. Asalkan, jika kalian sudah mengumpulkan kekuatan itu, aku harap kalian tidak memberontak. Itu saja." ucapku sembari tersenyum.      "Kalau itu, kau tidak perlu memikirkannya. Jika kau cukup layak menjadi Tuanku, sampai kapanpun aku tidak akan memberontak. Yah, selama aku setuju dengan semua tindakanmu." balas Blaze.      "Tapi, tunggu." selaku tiba-tiba, "Sekalian saja karena kita semua berkumpul di sini, aku ingin tanya. Kenapa, sejak kecil aku tidak bisa menggunakan sihir? Aku ini, sebenarnya punya sihir atau tidak?" Hening. Kemudian Blaze tertawa.      "Kau ini, memang punya amnesia akut ya? Mungkin kau lupa. Biarkan saja semuanya tetap seperti ini sampai ingatanmu kembali muncul. Dan kuharap waktu itu secepatnya datang." L/N : Okay, akhirnya sampai di chapter 10 juga guys! Itu artinya aku sudah ada di dunia ungu ini selama sepuluh hari~ Apakah menurut kalian cerita ini ada perkembangannya? Kemarin pas apdet, ide saya lagi deres, dan baru kali ini Luna dapet banget sama topiknya. Tapi jujur aja, awalnya iseng doang nulis cerita, eh ternyata ada yang apresiasi:) jadi semangat. Hehehe. Big Luv, Luna
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD