Capitulum VII : Padang Rumput Erilight

1584 Words
     Padang rumput Erilight. Di sinilah murid-murid kelas L-V termasuk aku berada. Pagi ini, Mr. Milovan mengajak kami untuk mengendalikan kekuatan kami di padang rumput yag mengandung banyak [Nature Counter] ini. Entah kenapa aku juga ada di sini, secara, aku 'kan tidak bisa memakai sihir.      Mr. Milovan menepuk tangannya beberapa kali, "Oke, sekarang, kalian semua bisa duduk dan dengarkan penjelasanku. Setiap individu memiliki [Counter] untuk menghasilkan sihir mereka. Walaupun individu tersebut hanya seorang manusia biasa, pasti memiliki [Counter] untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari.       "Karena ada [Counter] maka, juga ada suatu hal yang dinamakan [Lost]. [Lost] adalah keadaan dimana seorang individu menggunakan [Counter] miliknya secara berlebihan. Akibatnya adalah, tubuhnya akan memiliki perubahan. Seperti menjadi hewan, menjadi benda, atau menjadi kecil. Semuanya tergantung pada sihir individu tersebut. Namun, manusia tidak akan pernah mengalami [Lost] karena mereka tidak mengeluarkan [Counter] secara nyata.      "Sekarang, aku tahu kalian memiliki sihir yang berbeda-beda. Namun, kalian memiliki wujud [Counter] yang sudah pasti sama. Sekarang, yang akan kulakukan di sini adalah sebuah tes. Tes ini akan menggambarkan seberapa banyak [Counter] yang kalian miliki, oke? Kalian lihat bola sihir di depan? Itu adalah media untuk menghantarkan [Counter] milik kalian. Dan, ada lima bola sihir lagi.       "Kuning, sangat lemah. Hijau, lemah. Merah, normal. Biru, kuat. Ungu, sangat kuat. Sihir kalian akan dinilai berdasarkan warna yang bersinar. Ada satu bola sihir yang bening, itu sengaja kuletakkan di sana agar jika warna sihir yang dimiliki seseorang tidak satupun dari kelima bola sihir, bola sihir bening itu akan memperlihatkan warna [Counter] miliknya yang sebenarnya. Sekarang, ambil nomor undian." Satu persatu dari kami mengambilnya dan ketika giliranku muncul, aku mengambilnya secara acak dan silakan tebak. Berapa nomorku? 24! Itu artinya aku menjadi orang terakhir yang mengetes warna [Counter] milikku! Aku menghela napas lega dan duduk di tempatku semula. Nomor satu adalah Raziel. Warnanya Ungu. Uwah!      "Keren!" seruku spontan.      "Iya! Hebat! Kalau begitu sih, kamu bisa bersaing dengan Marco Blake!" seru Xenia.      Tapi, ini membuatku bingung. Apa Raziel ini sengaja memasukkan dirinya ke kelas L-V? Secara, hasil deteksi [Counter] miliknya saja ungu.      Setelah Raziel semuanya pun telah bergilir maju. Menurut pengamatanku, rata-rata dari kami memiliki warna merah. Yang artinya, kami semua normal. Tuh, kan? Kami itu tidak lemah! Bahkan sedikit lebih kuat dari anak-anak biasanya!      Archel : [Ya, ya, kau bisa berseru sebanyak mungkin, Reizh.]      Eh? Siapa nih?      Aegis : [Tadi itu Archel. Ini aku, Aegis. Oh ya, giliranmu habis ini kan?]      Iya. Doakan aku. Semoga saja aku tidak mendapat warna kuning.      Luz : [Itu pasti. Aku percaya bahkan kamu lebih kuat dari warna merah, Reizh. Percaya diri saja.]      Thanks, Luz.      Luz : [Kau tahu ini aku?]      Tentu saja. Setelah kudengarkan, frekuensi suara kalian berbeda. Jadi aku bisa mengenali kalian dalam sekali dengar.      Aegis : [Hebat!]      "Undian 24," ucap Mr. Milovan sembari tersenyum ke arahku.       Wah, tanpa terasa sudah undian 24! Akhirnya ini giliranku. Aku berdiri dan menepuk seragam ku kemudian berjalan maju ke arah bola sihir itu. Aku menatapnya dan meletakkan tanganku di sana.       Aegis : [Konsentrasi, Reizh. Rasakan tekstur bola itu, bayangkan, bahwa semua energi yang kau punya tersalurkan ke sana.]      Baiklah. Terima kasih atas sarannya, Aegis. Aku mencoba fokus dan melihat warna apa yang menyala. Warna kuning. Astaga. Ternyata aku memang lemah.       "Tidak apa-apa Reizh. Bakatmu akan bertambah seiring berjalannya waktu, kau hanya perlu mengasahnya lebih sering, oke?" hibur Mr. Milovan. Aku mengangguk. Walaupun kecewa, aku tak akan menunjukkannya kepada siapapun. Yosh! Aku akan berusaha! Supaya bisa mengejar ketinggalanku!      "Bagus." ujar Mr. Milovan sembari tersenyum hangat, "Nah, karena sudah semua, sekarang, siapa di sini yang memiliki sihir defensif? Hanya defensif."      Hening.      Mr. Milovan tampak sedikit bingung dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Aduh, bagaimana ya? Aku baru ingat, kalau dilihat dari sisi manapun, sifat sihir kalian bisa digunakan secara ofensif maupun defensif. Kalau begitu, bagaimana jika kalian menyebar, jarak minimal satu meter antarindividu."      "Laksanakan!"      Kami semua menyebar dengan jarak satu meter antarindividu. Kemudian Mr. Milovan tersenyum. Dia mengeluarkan sebuah karpet dari... Tunggu! Dari udara!? Keren! Apakah aku bisa melakukannya nanti?      "Aku akan mengawasi kalian dari atas. Aku bagikan sebuah kotak. Kotak ini terbuat dari [Unerun Woods] atau kotak antisihir. Nah, aku memiliki satu yang sama seperti kalian. Aku akan menghancurkannya dengan sihir skala kecil."      Mr. Milovan meletakkan kotak di sebuah tiang kemudian dia menatap kotak itu dan tiba-tiba listrik keluar dari tangannya.      Bzzzt! Csssss...      Petir tipis menghantam kotak antisihir itu menjadi gosong dan debu pada akhirnya. Tentu saja kami semua terkejut. Dengan mantra sesingkat itu, sebuah kotak antisihir berukuran panjang 20 cm, lebar 15 cm, dan tinggi 10 cm hangus begitu saja? Bukankah itu mengerikan? Bahkan, tidak ada sepatah katapun yang dikeluarkan oleh Mr. Milovan!       "Ba-bagaimana bisa?" ujar Kenzo syok.       "Tentu saja bisa. Asalkan fokus kalian tertuju pada kotak antisihir itu, dengan menunjuk benda itu, kotak antisihir pun bisa musnah. Aku memakai elemen petir, yang bahkan aku tidak punya. Bagaimana bisa? Semua itu mungkin, jika kita percaya.      "[Counter] milikku kuubah bentuknya menjadi suatu elemen. Lalu, aku menitik-tumpukan semua energiku kepada anggota tubuh yang akanku gunakan untuk menyerang, atau jari telunjukku tadi. Hasilnya akan seperti itu." jelas Mr. Milovan sembari tersenyum menatap kami.      "Tapi itu hal yang tidak mungkin." sangkal Raziel, "karena, ada beberapa titik di tubuh kita, yang disebut [Symmetrical Point] yang terletak tepat di dahi, ulu hati, telapak tangan kanan dan kiri, serta kedua punggung kaki terdapat titik yang menjadi penahan aliran [Counter] yang tidak seharusnya mengalir di jalur itu untuk digabungkan bersama di suatu titik. Jadi, tidak ada jalan."      Mr. Milovan menepuk dahinya kemudian terkekeh, "Oh, untung kau mengingatkan aku, Raziel. Aku hampir lupa. Raziel, tahukah kamu bahwa [Symmetrical Point] dapat dihilangkan? Mm... Bukan, tepatnya 'dibuka'?"      "Hah?" seketika kami semua membuat ekspresi yang konyol.       Bagaimana tidak? Seingatku dari buku yang pernah k*****a di perpustakaan umum Ashmere City, [Symmetrical Point] adalah titik simetris yang menjaga keseimbangan tubuh. Jika digeser, atau diberlakukan dengan cara apapun, bisa jadi anggota tubuh kita ada yang tidak dapat di gerakkan lagi—dengan kata lain, lumpuh.      "Bukankah itu bisa menyebabkan kelumpuhan, Sir?" tanya Zaviel.      Mr. Milovan lagi-lagi menjentikkan jarinya, "Benar. Tapi percaya atau tidak aku sudah membuka [Symmetrical Point] milikku sejak lama. Um... Sekitar sejak umurku 18 tahun, mungkin. Sekitar 10 tahun yang lalu. Titik ini dibuka oleh Tuanku dulu. Aku bahkan langsung berlari sejauh mungkin untuk menghindari pembukaan titik ini. Tapi, Tuanku memaksanya, dan tada~ titik milikku sudah terbuka."      "Uwah, itu mengerikan."      "Sir! Biarkan aku mencoba!" seruku sembari mengangkat tangan.      Mr. Milovan mengangkat alisnya, "Oh? Kenapa kamu mau mencobanya?"      "Mungkin ini adalah salah satu jalan agar aku bisa menjadi lebih kuat lagi? Siapa yang tahu?"      "Kalau begitu, kemarilah." Aku berjalan menuju Mr. Milovan dengan mantap. Dia tersenyum dan meletakkan tangannya di dahiku.       Aegis : [Em... Reizh.]      Ada apa, Aegis?      Luz : [Begini... Sebenarnya yang dilakukan oleh gurumu itu percuma.]      Apa maksudmu?      Rex : [[Symmetrical Point] milikmu sudah terbuka sejak dulu. Percaya atau tidak, Ayahmu yang melakukannya.]      Apa yang dikatakan Rex itu benar?      Aegis : [Mn. 100% benar. Kami melihatnya sendiri. Hanya beberapa orang yang bisa dengan sempurna membukanya. Termasuk Ayahmu. Sepertinya, gurumu ini, memiliki Tuan yang merupakan teman sepermainan Ayahmu. Soalnya, seingatku, ada teman Ayahmu yang bisa melakukan itu juga.]      "Sudah terbuka." ucap Mr. Milovan.       "Mn? Sudah? Prosesnya sesingkat itu?" tanyaku bingung.      "Bukan, maksudku, punyamu sudah terbuka sejak dulu. Aku tidak punya apapun lagi untuk dibuka. Hei, hei, kalian! Lihat, Reizh sudah terbuka, dan apa yang kalian lihat? Adakah yang berubah?"      "Aku juga mau!"      Mr. Milovan memulai ritualnya. Aku tidak tahu, yang jelas mereka sangat antusias mengikuti pelajaran hari ini. Tapi jujur saja ini memang menarik.      "Nah, baguslah kalian sudah bisa memahaminya. Karena aku sudah membuka [Symmetrical Point] milik kalian, kalian tidak boleh main-main, oke? Setiap kalian mengeluarkan [Counter] akan mudah habis jika kalian tidak menghematnya, apalagi jika terbawa emosi. Dan kalian tidak boleh memberitahukan tentang aku yang membuka titik milik kalian pada kelas lain!"      "Baik!"      "Kal—"      "Sir! Ada banyak Nom bergerak dari arah utara! Aku merasakannya dengan jelas!" seru Han Xue panik. Ah ya, dia kan memiliki kekuatan Radar.       Mr. Milovan tidak mengubah ekspresinya, "Oh ya? Seberapa banyak?"      "Tigapuluh ribu pasukan!" balasnya, bertambah panik.      Uwah! Itu jumlah yang tidak sedikit! Bagaimana ini? 30.000... Membayangkannya saja membuat bulu kudukku berdiri.      "Apa perlu kupanggil bantuan?" tanya Han Xue lagi.      "Tidak perlu." ujar Mr. Milovan sembari mengibaskan lengannya. "Ini saatnya kalian tahu bagaimana hebatnya sihir yang berasal dari [Symmetrical Point] yang telah dibuka. Tidak perlu membuang banyak [Counter] dan hancurkan semuanya!"       Hal yang dikatakan Mr. Milovan cukup, ah, bukan, sangat mengerikan untuk didengarkan dan terasa mustahil untuk mempercayainya. Tapi... Oh, ya ampun. Mr. Milovan, demi langit dan seluruh isinya, kau adalah guru yang paling eksentrik, dan aku menyukainya!       Mari kita lihat kekuatan sejati Mr. Milovan! Walau aku tidak tahu seberapa kuat itu, hanya dengan mendengar pernyataan Mr. Milovan, aku tahu, kalau para Nom itu akan segera merasakan rasanya 'neraka'! A/N : Hy! Apa kabar? Masih ada yang baca cerita ini? Maaf kalau ada typo-typo, maklum saya kebut nulisnya, mumpung ada mood dan ada ide, jadi langsung dituangkan deh! Kritik saran jangan lupa yah. Luna bakal usahain tepat update setiap hari ya! Tenang aja, Luna bakal banyak"in stok, supaya updatenya gak telat~ update setiap hari jam 12 siang kok! Jadi, stay tune, ya! It's my Exodus! Luna
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD