Tuan William memperhatikan Juan dan Elena yang sudah berbaik semula.
Mereka sarapan bertiga, Juan yang tak berselera makan, meminta untuk di suapi oleh istrinya.
" Tahu tidak, melihat kalian seperti ini Grandpa jadi teringat pada mendiang Grandma kamu, El.."
Juan melihat kearah Tuan William, begitu juga Elena, detik kemudian Elena sedikit menjaga jarak dari Juan.
" Kamu sudah kenyang belum.." tanya Elena sambil mengusap bibir Juan.
" Iya terima kasih.." jawab Juan gugup, dia tak berani menolak perlakuan lembut wanita itu karena sedang berada di depan Tuan William.
" Aku ambil air ya.."
Juan mengangguk.
" Kalian romantik sekali.." kata Tuan William.
" Seandainya saja tidak ada Grandpa sudah lama aku memukul wajah pria gay itu.."
" Gay tapi bisa membuatmu meminta sampai dua kali.."
Elena membulatkan mata mendengar bisikan di telinganya, dia menoleh ke belakang.
" Kamu, apa yang kamu lakukan disini.." Elena melihat kearah belakang pria itu sudah tidak Grandpa William disana.
" Apa yang kamu lakukan.." tanya Elena ketika Juan menarik pinggangnya.
" Nanti kalau ada orang yang melihat bagaimana.."
" Biar mereka menjadi saksi kalau aku bukan seorang gay.."
" Lepaskan, Juan.." Elena memberontak meminta di lepaskan.
" Aku akan pastikan kamu tidak akan berani mengatakan gay padaku lagi.."
Pria itu membalikkan tubuh wanita itu, lalu di tolak ke meja.
" Juan, jangan gila ya kamu.."
" Kamu yang gila.." Juan mendekati wanita itu.
" Aku minta maaf.." Elena terus meminta maaf sebelum pria itu semakin gila.
Juan sedikit menjauhkan diri, dia memang hanya ingin menakuti saja wanita itu.
" Ceh.. itu saja ketakutan.." Juan melihat wanita itu berlari keluar dari dapur.
" Dasar pria sialan.." umpat Elena, dia masuk ke dalam kamar mandi.
" Elena.."
Wanita itu melihat kearah pintu, ternyata Juan mengejarnya.
Dia segera mengunci pintu.
" Hey.. Grandpa memanggilmu, katanya akan menjemput adik kamu di bandara.."
" Aku tidak mau ikut.." jawab Elena, buat apa dia ikut menjemput adiknya di bandara.
Tidak pulang lebih baik.
Juan kembeli turun ke bawa untuk memberitahu pada Tuan William bawa Elena tidak ikut.
" Tidak apa apa.."
Juan mengerutkan dahinya, aneh sekali sepertinya Tuan William sudah tahu kalau Elena akan menolak untuk di ajak menjemput adiknya.
" Elena membenci adiknya.." kata Tuan William membuat Juan yang sedang menyetir melihat kearah pria paruh baya itu.
" Karena adiknya Mommy mereka meninggal."
Lanjut Tuan William.
" Kalau Daddy.."
" Anak saya di bunuh oleh temannya sendiri karena berebut harta.." jawab pria paruh baya itu.
" Aku tidak akan memaafkan keluarga mereka, aku masih ingat betul wajahnya.."
" Jadi Elena sudah tidak Daddy dan Mommy sejak kecil.."
" Ya, anak saya meninggal waktu menantu saya sedang hamil.."
" Maaf Grandpa, jadi orang yang membunuh itu sudah kaya raya sekarang.."
" Ya kaya karena hasil rampasan.." jawab pria paruh baya itu sambil tersenyum sinis.
" Aku mendapat tahu pria itu sudah menikah lagi, dan menceraikan isteri lamanya.."
Juan melihat pria paruh baya itu, kenapa sama persis dengan kejadian Daddy dan Mommynya bercerai karena orang ketiga.
" Siapa laki laki itu, Grandpa.." tanya Juan ketika sudah di bandara.
" Nanti saja ceritanya.. ayo turun, saya tidak mau sampai cucu saya terlalu lama menunggu dia suka kesal.."
" Berarti dia perempuan ya.." tanya Juan apa lagi mendengar suka kesal.
Tuan William hanya tersenyum kecil, dia turun dari mobil.
" Ethan.."
Ethan? Fikir Juan, berarti laki laki, dia melihat ke depan ada seorang pria ada headset di telinganya.
" Ethan.." Tuan William memeg bahu pemuda itu. " Cucu Grandpa.."
" Grandpa.." Ethan menurunkan headset ke lehernya.
" Cucuku.." Tuan William memeluk cucunya dengan linangan air mata di pipi.
Juan tersenyum, Tuan William sangat menyayangi kedua cucunya.
Dia cemburu pada kehidupan Elena dan Ethan yang mendapat kasih sayang dari Grandpa mereka.
Mereka sudah tidak ada orang tua namun kasih sayang Grandpa William pada mereka sangat dalam.
Juan yang masih memiliki orang tua kandung terasa tidak ada, adiknya sekarang bersama Mommynya.
Dan dia hidup bersama Daddy dan Mommy tirinya.
Sumpah, dia membenci Daddynya yang sejak dulu hanya mempergunakannya saja..
Suatu hari nanti dia akan menghancurkan pria tua itu.
Oleh karena itu dia inginkan anak dari Elena, agar dia bisa mewarisi semua kekayaan Daddynya.
Dan singkirkan Mommy tirinya yang mata duitan itu, tapi Daddynya tak pernah sadar itu.
" Juan.."
Juan tersadar dari lamunannya ketika Tuan William memanggil namanya..
" Dia Juan kan.." kata Ethan sambil tertawa kecil. " Hello aku Ethan.."
" Juan.." Juan membalas jabat tangan Ethan sambil tersenyum kecil.
" Panggil dia kak Juan karena dia kakak iparmu.."
" Oh ok lupa.."
Sepertinya Ethan orangnya friendly sekali, cara bicaranya tak kaku.
" Sebenar ya, Grandpa.." Ethan sedikit menjauhi kakak ipar dan Grandpanya ketika menerima panggilan dari seseorang..
" Sepertinya yang menghubungi dia kekasihnya.." kata Juan melihat Ethan terus tersenyum lebar ketika mendapat panggilan dari seseorang.
" Kita tunggu di mobil.." kata Tuan William sambil tersenyum.
Juan ingin mendorong troli berisi koper Ethan, tapi terus di larang Grandpa William..
" Ayo.."
***
Elena mendekati jendela, dia tak mau bertemu Ethan, tapi dia juga penasaran.
Benarkah Ethan pulang.
Lama wanita itu berdiri di sana sampai akhirnya mobil Juan memasuki kawasan rumah..
Dia melihat Ethan keluar dari dalam mobil dengan senyuman lebar di bibirnya.n
Elena tak suka melihat itu, dengan wajah tak tahu malu, berani sekali Ethan kembali ke rumah itu.
" Kak El.." terdengar suara Ethan dari depan pintu kamar.
Elena menoleh kearah pintu, dia sudah mengunci pintu tak mungkin Ethan bisa masuk menemuinya..
Wanita itu duduk di hujung kasur, bayang bayang Mommynya mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan Ethan memenuhi fikiran.
" Aku ada sesuatu untuk kak El, aku taruh disini saja ya.."
Elena melihat lagi kearah pintu, sepertinya Ethan sudah pergi.
Tak lama kemudian pintu di buka, Elena tahu yang baru saja membuka pintu adalah Juan.
Pria itu memang ada kunci kamarnya.
" Sepertinya Ethan berikan untuk kamu.." satu bungkusan kado di taruh atas kasur.
" Kamu kenapa?" Juan memaksa Elena untuk melihatnya.
" Juan.." Elena memberontak ketika Juan memegang tengkuknya.
" Mmpphh!" Menolak d**a Juan yang tiba tiba menciumnya.
" Nikmat!" Juan mengusap bibirnya lalu menjilat jarinya sendiri.
" Aku ke kamar mandi dulu.." Juan mencolek dagu istrinya, lalu masuk ke kamar mandi.
Elena mengusap bibirnya dengan kasar, pria itu asal nyosor saja..
" Awas kau pria gay.." umpat Elena geram, dia mengusap bibirnya lagi.