God Apps (Castle of Doom) Part 7

2921 Words
 Permainan di dalam Kastil milik Jiro masih belum berakhir, Kriss dan kawan-kawannya masih harus menghadapi bahaya lain yang terus mengintai mereka. Sementara itu di ruang komputer tempat Jiro sedang berada, dari layar komputer yang ada dihadapannya, saat ini dia masih sedang menyaksikan perjuangan Kriss dan kawan-kawan yang sedang bersusah payah melawan para anak buah spesial miliknya, Jiro terus menatap layar dengan perasaan antusias dan senyuman lebar di wajahnya.  Namun senyuman lebar itu mendadak menghilang, ketika dia telah menyaksikan pertarungan antara Lisa dan Queensy si pembunuh bayaran dengan busur panah, yang dimenangkan oleh Lisa, lalu pertarungan Beni melawan Boris si penghancur tulang, yang dimenangkan oleh Beni dengan susah payah. Setelah Beni dan Lisa berhasil memenangkan pertarungan, mereka berdua segera pergi menjelajahi Kastil milik Jiro lagi untuk mencari keberadaan temannya yang lain.  Sedangkan Jiro yang sudah melihat 2 anak buahnya kalah, hanya berkata. “Hmm... Padahal aku sudah membayar mahal mereka.” Gumam Jiro.  Sementara itu, di tempat lain, atau lebih tepatnya di tempat Kriss sedang berada. Kriss terlihat sedang dalam keadaan telungkup tak sadarkan diri, dan beberapa saat kemudian dia mulai bangun lalu berdiri sambil masih merasakan pusing di kepalanya. Saat ini dia berada di sebuah ruangan bawah tanah yang gelap dan berdebu, setelah sebelumnya dia jatuh ke dalam lubang, lalu meluncur dan terhempas ke ruangan itu.  Setelah cukup lama memperhatikan seluk beluk ruangan itu, Kriss mulai menyadari sesuatu yang janggal, yakni kedua pistol dan juga kacamata miliknya ternyata sudah tidak ada. Sepertinya ada orang yang telah mengambil senjata milik Kriss ketika dia sedang tak sadarkan diri tadi, sehingga kini Kriss sama sekali tak punya senjata yang bisa dia gunakan untuk melawan musuh. Oleh karena itu, sekarang dia hanya bisa menghela nafas sambil merasa kesal.  Namun, selain itu dia juga terus bertanya-tanya di dalam benaknya, “Kira-kira siapa orang yang telah mengambil senjataku? Dan kenapa dia tidak langsung membunuhku?”  Untuk menjawab rasa penasarannya itu, Kriss segera berjalan menuju anak tangga yang ada di ruangan tersebut untuk naik ke atas, lalu setelah dia berada di atas, dia segera membuka pintu untuk masuk ke ruangan selanjutnya.  Setelah dia berhasil keluar dari ruang bawah tanah, kini Kriss berada di tengah lorong yang panjang, saat dia melihat ke kanan, yang dia temukan hanyalah jalan buntu. Sedangkan ketika dia melihat ke arah kiri, dia menemukan adanya sebuah pintu. Maka tanpa pikir panjang, Kriss langsung saja berjalan ke arah kiri, atau lebih tepatnya ke arah pintu tersebut, walaupun saat ini dirinya tidak mempunyai senjata sama sekali, namun Kriss tetap memasuki ruangan itu dengan penuh percaya diri, dan sambil tetap berhati-hati tentunya.  Kriss membuka pintu secara perlahan sambil sedikit mengintip ke dalam, lalu setelah dia memastikan bahwa keadaan di dalam cukup aman, maka dia segera masuk ke dalam ruangan itu, yang keadaannya sangat sepi. Di dalam sana, Kriss dibuat terpukau oleh betapa luasnya panjang ruangan itu, juga dengan banyaknya pilar-pilar besar yang berjajar di sepanjang ruangan. Membuat suasana disana seakan terasa di Yunani.  Tepat di dekat pintu masuk Kriss barusan, ada sebuah meja dengan pistol di atasnya, yang masih dalam keadaan belum dirakit, juga tersedia 10 butir peluru di atas meja tersebut.  Dan jauh di seberang meja tersebut, atau lebih tepatnya di sisi lain tempat Kriss sedang berada saat ini, rupanya juga ada meja yang sama, dengan pistol yang belum dirakit dan 10 butir peluru. Saat melihat hal itu, sontak saja Kriss langsung merasa kebingungan, lalu dia terkejut ketika tiba-tiba saja ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan itu dari sisi yang satunya, jauh di hadapan Kriss.  Dia adalah seorang lelaki, Postur tubuh orang itu cukup proporsional, dia mengenakan kemeja kuning dan celana jeans, dengan topi koboi yang menghiasi kepalanya. Dia nampak santai berjalan ke dekat meja yang sama seperti yang ada di dekat Kriss saat ini, sambil menghisap rokok yang ada di mulutnya. Lalu setelah dia sudah berdiri di dekat meja, dan saling menatap dengan Kriss dati kejauhan, maka dia segera berbicara.  “Hallo, Inspektur Kriss. Namaku adalah Rodriguez, si penembak ulung ... Aku diperintahkan untuk menghabisimu disini. Sebenarnya aku bisa saja menghabisimu di basement tadi, ketika aku sedang melucuti senjatamu. Namun itu tidak seru, karena aku telah dibayar mahal untuk memberikan hiburan terhadap Boss ku disini.” Ucap Rodriguez.  “Apakah Boss yang kau maksud itu adalah Jiro?” Tanya Kriss.  “Binggo... Benar sekali.”  “Apa yang dia ingin kita lakukan disini?” Kriss bertanya lagi.  “Simple saja... Di dekatmu sudah ada pistol yang belum dirakit dengan 10 butir peluru, dan didekatku juga ada pistol yang belum dirakit dengan 10 butir peluru. Maka yang harus kita lakukan hanyalah berlomba untuk merakit pistol tersebut, lalu memasukan kesepuluh peluru ke dalamnya, dan sudah selesai, maka kita bisa mulai menembak lawan ... Tapi karena peluru yang kita miliki masing-masing hanya berjumlah 10 butir saja, jadi kusarankan untuk menggunakannya secara bijak.” Ucap Rodriguez.  “Hmm... Aku mengerti.” Kriss yang tidak punya pilihan lain, terpaksa harus mengikuti permainan tersebut.  Beberapa saat kemudian, mereka berdua sudah bersiap di mejanya masing-masing dengan tangan di belakang, raut wajah keduanya terlihat sangat serius dan penuh tekanan. Lalu Rodriguez mulai menghitung mundur.  “Baiklah Inspektur, aku akan mulai menghitung ... 1, 2, 3, mulai!!”  Seketika itu juga, tangan mereka segera mengambil setiap komponen pistol satu-persatu, dan mulai merakitnya secara teliti dan cepat. Pengalaman Kriss selama 12 tahun di kepolisian membuat dirinya sudah terbiasa berurusan dengan pistol, sehingga dia bisa merakitnya dengan cekatan. Namun kemampuan Rodriguez juga tidak kalah cepat darinya, karena sejak dari kecil pun Rodriguez sepertinya sudah terbiasa memegang pistol, untuk bertahan hidup di lingkungan yang keras.  Mereka berdua merakit pistol dengan penuh ketelitian, satu persatu bagian berhasil disambungkan sehingga kini bentuk pistol yang sesungguhnya mulai kelihatan di genggaman tangan mereka. Mereka mengerjakannya secara hati-hati, karena jika ada satu bagian saja yang terlewat, maka mereka harus mengulanginya lagi dari awal. Namun karena mereka berdua adalah professional, maka hanya dalam waktu singkat, sebuah pistol sudah berhasil mereka rakit, mereka menyelesaikannya secara bersamaan.  Kemudian tiba waktunya untuk memasukan 10 peluru secara satu persatu ke dalam kotak peluru, dan setelah semuanya sudah dimasukan, maka mereka bisa mulai menembak. Lalu secara mengejutkan, rupanya mereka juga berhasil memasukan 10 peluru dalam waktu yang bersamaan, sehingga seketika itu juga mereka langsung berlari ke arah samping sambil menembakan peluru ke arah lawan, Kriss menembakan 2 buah peluru, sedangkan Rodriguez hanya 1 peluru, namun keduanya tidak berhasil mengenai lawan.  Maka, setelah mereka berdua sudah dalam keadaan bersembunyi di balik pilar, Rodriguez segera berkata.   “Hahha, baru mulai kau sudah menghamburkan 2 peluru, sehingga kini kau hanya punya 8 peluru yang tersisa.”  Lalu Kriss menjawab, “Jumlah peluru tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur kemenangan, yang berhasil menembak dan menumbangkan lawan lah yang akan menjadi pemenangnya.” Ucap Kriss.  Namun ternyata, ketika Kriss sedang berbicara, Rodriguez sudah menyelinap mendekatinya dari belakang, sehingga seketika itu juga Kriss dalam keadaan terbuka. Rodriguez yang sudah dalam posisi membidik tubuh Kriss, langsung memberikan 2 buah tembakan, namun untungnya Kriss segera membungkuk lalu membalas tembakan dari Rodriguez sebanyak 2 kali juga, sehingga Rodriguez segera bersembunyi lagi di balik pilar untuk menghindari tembakan tersebut. Lalu keduanya kembali menyembunyikan diri di balik pilar.  Sisa peluru Rodriguez 7, sedangkan sisa peluru Kriss 6   Rodriguez mulai berpindah tempat lagi ke arah pilar yang lebih dekat dengan tempat Kriss berada, sedangkan Kriss bergegas berlari ke arah pilar di seberangnya, supaya dia bisa menjauhi Rodriguez, namun ketika Kriss berlari, dia mendapatkan tembakan pada pundak kirinya hingga menyebabkan Kriss berlari terburu-buru lalu menabrak pilar, setelah itu dia bersembunyi dengan keadaan duduk sambil memegangi pundak kirinya yang mengeluarkan darah. Kriss menekan lukanya sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat, kemudian dia mencoba untuk tetap tenang sambil mengatur nafasnya.  Sedangkan Rodriguez mulai berbicara lagi, “Hahaha... Sekarang jumlah peluru di pistol kita sama, yakni 6 peluru. Tapi kau sudah terluka, sepertinya sekarang kita tahu siapa yang akan menjadi pemenangnya.” Kemudian Kriss menjawab perkataan dari Rodriguez. “Baiklah kalau begitu, aku akan mulai serius.” Ucap Kriss.  Posisi Kriss dan Rodriguez kini saling bersebrangan, Kriss berada di jajaran pilar sebelah kanan, sedangkan Rodriguez berada di jajaran pilar sebelah kiri. Seketika itu juga, Kriss langsung berlari melewati pilar-pilar yang berjajar di dekatnya, sedangkan Rodriguez yang melihat hal itu sontak saja langsung ikut berlari melewati pilar-pilar yang berjajar sama seperti Kriss. Mereka berlari sambil menembaki satu sama lain, namun karena laju mereka terhalang oleh jajaran pilar, maka peluru-peluru yang mereka tembakan semuanya mengenai pilar, kemudian ketika mereka berdua sudah sampai pilar yang berada di ujung, maka mereka berdua segera bersembunyi di balik pilar ujung tersebut.  Ketika barusan keduanya berlari sambil menembak, Masing-masing dari mereka telah menembakan 3 peluru, sehingga kini mereka berdua hanya memiliki 3 peluru yang tersisa di pistol masing-masing, dan apakah dengan hanya 3 buah peluru, Kriss bisa menang melawan Rodriguez?  Kriss yang tidak kehabisan akal, segera menggunakan jurus terakhirnya, yakni pengalihan. Dia sedikit mengintip ke arah Rodriguez sedang berada saat ini, lalu setelah memastikan bahwa musuhnya itu sedang dalam keadaan diam, maka Kriss langsung saja berteriak.  “Hey! Tali sepatumu lepas.”  “Hah?”  Maka seketika itu, Rodriguez langsung saja menengok ke arah bawah untuk melihat tali sepatunya, namun ketika dia melakukan hal itu, kepalanya jadi sedikit menunduk, sehingga topi koboinya keluar dari pilar dan kelihatan oleh Kriss. Maka tanpa basa-basi Kriss segera menembak topi koboi tersebut hingga benda itu terhempas dari kepala Rodriguez.  Lalu Rodriguez yang merasa terkejut dengan hal yang baru saja terjadi, segera menembak ke arah Kriss dengan perasaan marah sekaligus kesal, karena topi kesayangannya ditembak dan terhempas dari kepalanya. Sedangkan Kriss yang dengan sigap segera bersembunyi lagi, berhasil menghindari 2 buah tembakan dari Rodriguez. Sehingga kini di pistol Rodriguez hanya tersisa 1 peluru, sedangkan di pistol Kriss masih tersisa 2 peluru.  Kemudian Kriss mengajak Rodriguez untuk sama-sama keluar dari persembunyian mereka, dan melakukan duel menembak secara jantan. Kriss akan menghitung sampai 3, setelah itu mereka berdua harus keluar dan mulai menembak lawan secara cepat. Lalu Rodriguez yang tidak punya pilihan lain selain menerima tantangan dari Kriss, segera menyetujui hal itu.  Namun, sebelum Kriss menghitung sampai 3, rupanya Rodriguez berbuat curang dengan cara terlebih dahulu keluar dari persembunyian dan membidikan pistolnya ke arah tempat Kriss akan menunjukan dirinya, dengan begitu maka sudah dipastikan bahwa 1 peluru milik Rodriguez akan berhasil mengenai tubuh Kriss, dan Rodriguez akan keluar sebagai pemenangnya.  Beberapa saat kemudian, Kriss mulai menghitung sampai 3.  “1, 2, 3, Mulai!!”  Maka Rodriguez langsung bersiap untuk menembak Kriss yang akan segera muncul di hadapannya. Namun rupanya hal yang mengejutkan terjadi, karena Kriss tiba-tiba saja muncul dari sisi yang satunya lagi, bukan tepat di hadapan Rodriguez. Maka dari itu Rodriguez tidak dapat mengantisipasi kehadiran Kriss, yang sudah dalam keadaan siap menembakkan 2 peluru dari pistolnya.  Dengan cepat, Kriss menembak tangan Rodriguez yang sedang memegang pistol sehingga pistol yang ada di tangan Rodriguez langsung terlempar dan jatuh ke lantai. Sehingga kini di dalam pistol Kriss hanya tersisa 1 peluru lagi, yang langsung dia tembakan tepat di d**a kanan musuhnya itu, sehingga Rodriguez seketika langsung jatuh terkapar, sambil berteriak kesakitan, setelah menerima tembakan telak dari peluru terakhir milik Kriss.  “Aaaaaakkhhh!!”  Kemudian Kriss segera berjalan dan mengambil pistol milik Rodriguez yang tergeletak di lantai, dalam pistol itu ada 1 peluru yang tersisa. Lalu tanpa banyak bicara, Kriss langsung saja menembak paha kiri Rodriguez yang sedang dalam keadaan terkapar sambil merasa kesakitan, sehingga sontak saja hal itu membuat Rodriguez langsung terkejut dan kembali berteriak.  “Aaaaaakkhhh!! Sial!!”  Lalu Kriss berbicara, “Seluruh peluru sudah digunakan, sekarang kau diamlah disini.” Ucap Kriss.  Setelah itu Kriss yang sudah berhasil memenangkan pertarungan, segera pergi meninggalkan ruangan tersebut untuk lanjut mencari teman-temannya. Dengan luka tembak di pundak kirinya, Kriss berusaha untuk berjalan dengan tenang, walaupun dia harus menahan rasa sakit. Ketika itu dia tidak mementingkan hal lain, karena Yang dia pikirkan dan membuatnya cemas saat ini hanyalah keselamatan dari teman-temannya.  Sementara itu, di tempat lain. Romi masih terus mencari-cari keberadaan dari teman-temannya, sepertinya sudah berjam-jam dia menjelajahi seisi kastil dan masuk ke berbagai ruangan yang ada di dalam kastil besar itu. Sehingga Dia sudah mulai kelelahan dan ingin beristirahat, hingga akhirnya dia tiba di sebuah ruangan dapur yang cukup luas, dengan meja bar, meja makan, meja dapur, dan kulkas yang besar.  Tanpa memastikan keadaan di sekitarnya, Romi langsung saja berjalan ke arah kulkas dan membuka pintu kulkas tersebut untuk melihat isinya. Lalu dia dibuat terpukau oleh berbagai bahan makanan juga minuman yang jumlahnya sangat banyak dan beragam di dalam kulkas tersebut. Maka tanpa pikir panjang, dia segera mengambil sebuah minuman yang akan melepaskan dahaganya saat itu juga.  Namun ketika dia menutup pintu kulkas tersebut, tiba-tiba sudah ada seseorang yang berdiri di sampingnya, dengan menggunakan topeng badut, dan memiliki rambut gondrong yang acak-acakan. Orang itu berdiri sambil memegangi 2 buah pisau belati di tangannya, dan ketika Romi menoleh ke arah orang itu, Romi hanya diam tertegun sambil memperhatikan pakaian compang-camping yang dikenakan oleh pria misterius tersebut. Dialah Arcane si pembunuh berantai, yang dicari-cari oleh kepolisian di seluruh provinsi Indonesia.  Romi yang masih dalam keadaan tertegun, mulai menyapa. “Ha- Hai.”  “Rraaaahhhh!!”  Lalu tiba-tiba, Arcane mengayunkan pisau belatinya kepada Romi. Maka seketika itu juga, Romi langsung mundur menjauh dan menghindari tebasan demi tebasan yang dilayangkan oleh Arcane kepadanya, tebasan-tebasan itu sangat kuat dan mematikan sampai-sampai minuman yang ada di genggaman tangan Romi langsung terbelah dan tumpah ke lantai setelah terkena oleh tebasan pisau belati dari Arcane. Tak lupa Romi juga segera menggunakan sebuah pistol yang sebelumnya dia dapatkan dari Beni, namun ketika Romi membidik Arcane, sebuah tebasan langsung membuat pistol itu terlepas dari genggaman tangan Romi, sehingga Arcane dengan mudah segera memungutnya, lalu melemparkan pistol itu sampai keluar jendela.  Saat ini, Romi sedang berada dalam keadaan yang sangat berbahaya, dimana dia sedang berduaan di dalam satu ruangan bersama seorang Pembunuh berantai, yang sangat beringas juga berbahaya. Arcane terus berusaha untuk menebas setiap bagian tubuh Romi.  Kemanapun Romi pergi, Arcane selalu mengikutinya, dan dengan menggunakan segala benda yang ada di dapur itu, Romi berusaha untuk melawan Arcane, namun serangannya selalu bisa dipatahkan oleh tebasan dari pisau belati Arcane. Sebenarnya Romi juga selalu berusaha untuk mendaratkan pukulan kepada Arcane dengan menggunakan sarung tangan peningkat kekuatannya, namun tebasan-tebasan liar dari Arcane selalu membuat Romi menjadi ragu dan takut terluka, sehingga dia hanya bisa menghindar sambil merasa kebingungan, dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam keadaan yang sangat mendesak itu. Bahkan ketika Romi naik ke meja makan, berkali-kali kaki dan pahanya hampir terkena oleh tusukan dari pisau belati Arcane, sehingga membuat Romi jadi merasa semakin panik sembari kewalahan untuk bisa terus menghindar.  Selain itu, Romi juga mencoba untuk melemparkan beberapa kursi kayu kepada Arcane, namun dengan mudah Arcane selalu bisa menepis bahkan menghindari lemparan dari Romi. Maka, Romi yang sudah merasa sangat putus asa, mulai berbicara.  “Tu- tunggu dulu, bisakah kita beristirahat dulu sebentar, mari kita berbicara secara baik-baik. A- apa hal yang paling kau inginkan saat ini?” Tanya Romi, sambil terus menjaga jarak dari Arcane.   “Aku ingin menggorok lehermu.”  Jawaban dari Arcane tersebut membuat Romi menelan ludah dan semakin merasa panik, tetapi Romi tetap kembali bertanya. “Se- setelah kau melakukan itu, apa yang akan kau lakukan? Pikirkanlah tentang masa depanmu. Jiro akan segera kami tangkap, dan setelah itu nasibmu juga akan sama seperti dirinya, maka sebaiknya sekarang kau pergi saja dari tempat ini, dan nikmati uang bayaranmu di tempat lain.” Suruh Romi.  “Hehhe... Aku tidak dibayar sama sekali.” Jawab Arcane.  “Apa?”  “Apakah kau tahu? Bahwa aku ini adalah seorang pembunuh berantai. Aku terbiasa membunuh banyak orang, dan korbanku kebanyakan adalah perempuan. Jiro berkata bahwa dalam kelompok kalian ini ada seorang perempuan, iya kan? Maka setelah membunuhmu, aku akan mengincar perempuan itu, dan aku akan sangat menikmati ketika pisauku ini menyentuh kulitnya. Nyawa perempuan itu, adalah bayaran yang setimpal untukku, Haha.” Ucap Arcane dengan perangai gilanya. Perempuan yang Arcane maksud itu adalah Lisa.  Lalu, Romi yang mendengar hal itu dari mulut Arcane, seketika menjadi sangat marah, seakan emosinya tersulut ketika dia tahu bahwa Arcane sedang mengincar dan akan menyakiti Lisa. Maka dengan raut wajah penuh emosi, Romi langsung saja berjalan mendekati Arcane dan akan meluncurkan sebuah pukulan kepada sang pembunuh berantai itu.  “Takkan kubiarkan kau menyakiti kak Lisa!!”  Namun sayang sekali, dengan cekatan, Arcane dapat menghindari pukulan dari Romi, lalu menyayat lengan Romi hingga berdarah.  “Aaakkhh!” Romi merasa kesakitan di bagian lengannya.  Setelah itu Arcane mulai melancarkan lagi serangan-serangan mematikan dari pisau belatinya. Maka seketika itu juga, Romi langsung menghindar dan berlari keluar dari ruangan tersebut. Arcane yang segera mengejarnya secara beringas, tidak menyadari bahwa ternyata Romi sudah menunggunya dibalik pintu dengan sebuah pukulan. Lalu ketika Arcane membuka pintu untuk mengejar Romi, maka sebuah pukulan dari Romi langsung saja mengenai perut Arcane secara telak. Hingga menyebabkan tubuh Arcane terhempas dan menghantam sebuah lemari sampai hancur.  Maka setelah itu, Romi langsung saja berjalan mendekati Arcane, lalu Arcane yang mulai berdiri dengan keadaan sempoyongan, mulai mengayunkan lagi pisau belatinya kepada Romi, namun karena Arcane sudah mengalami luka yang cukup serius, maka pergerakannya jadi sedikit melambat, sehingga dengan leluasa Romi bisa menghindari serangan dari Arcane, lalu dia berhasil mendaratkan lagi Beberapa pukulan ke tubuh Arcane, bahkan pukulannya kepada dagu Arcane, sampai menyebabkan tubuh Arcane meluncur ke atas lalu menabrak atap dan kembali jatuh ke bawah dengan keras.  Setelah Arcane benar-benar sudah dibuat babak belur oleh Romi, maka Romi segera berhenti memukuli musuhnya itu, kemudian dengan emosi yang sudah kembali normal seperti semula, Romi segera melihat keadaan di sekelilingnya yang sudah porak poranda akibat pertarungannya melawan Arcane disana. Lalu setelah memastikan bahwa lawannya itu kini sudah tak sadarkan diri, maka Romi memutuskan untuk segera meninggalkan tempat tersebut, dia akan kembali melanjutkan pencarian terhadap teman-temannya.  Dengan perasaan terpendamnya terhadap Lisa, akhirnya Romi bisa menandingi kecepatan dan kelincahan dari Arcane si pembunuh berantai, sehingga dirinya berhasil mengalahkan lawannya itu, dengan menggunakan sarung tangan peningkat kekuatannya. Dengan tekad yang kuat, Romi mampu menumbangkan sang pembunuh berantai yang berniat untuk menyakiti teman-temannya.  Romi dan Kriss sudah berhasil mengalahkan lawannya masing-masing, sama halnya seperti Lisa dan Beni. Sekarang mereka berempat sedang dalam posisi berpencar dan saling mencari satu sama lain di dalam kastil besar milik Jiro tersebut. Apakah mereka semua bisa bertemu kembali? Dan kira-kira hal mengejutkan apa lagi yang akan mereka temui di dalam kastil tersebut? Terus ikuti kisahnya hanya di God Apps (Castle of Doom).  Berlanjut ke Part 8
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD