Satu bulan telah berlalu. Lord Legano belum kembali dari pertapaannya. Sementara itu Putri Lyla masih belum juga sadarkan diri. Langit di atas Chacine Oasis tampak mendung diselimuti awan hitam. Sinar mentari seolah enggan menembus cakrawala selama satu bulan ini. Pertanda seperti ini biasanya akan terjadi hujan yang sangat lebat dilengkapi dengan badai yang mampu menggoyangkan dahan pohon paling besar sekalipun. Namun hujan yang diperkirakan akan turun sangat deras itu bahkan gerimis pun tidak turun.
Suasana semakin mencekam ditambah dengan kemunculan burung gagak yang menjadi pertanda dunia kegelapan tiba-tiba bermunculan di atas atap istana. Angin yang tadinya terasa hangat berubah menjadi dingin dengan suasana mencekam. Rerumputan di sekitar halaman istana sementara yang biasanya hijau subur kini berubah menjadi kering dan berwarna kecoklatan kemudian lenyap begitu saja seperti tertelan ke dalam tanah hanya dalam waktu hitungan satu hari.
Disusul dengan sebuah lubang hitam terbuka yang tadinya hanya sebesar buah apel kini semakin menganga lebar seolah siap menghisap segala hal yang di bawah langit. Terdengar suara raungan menggema dari langit. Membuat rakyat tidak ada yang berani keluar dari rumahnya masing-masing. Suasana kota pun berangsur berubah menjadi seperti kota mati dalam sekejab mata.
“Ada apa ini, Ibu?” tanya Princess Lyra dalam dekapan Ratu Ocellate. Keduanya sedang meringkuk saling berpelukan di bawah tempat tidur untuk bersembunyi saat mendengar suara menggelegar di langit. Ratu Ocellate hanya sanggup melindungi satu putri saja. Dia pun pada akhirnya lebih memilih Princess Lyra karena batinnya masih meyakini sebuah hal bahwa Putri Lyla masih berada di bawah perlindungan dan pengawasan Lord Ivejorn. Ditambah Putri Lyla saat ini sedang dalam keadaan koma.
Ratu Ocellate tidak berani mengambil tindakan gegabah dalam bentuk apa pun. Dia khawatir akan semakin mengacaukan situasi yang sudah tidak terkendali. “Mungkin sedang terjadi sesuatu hal buruk di atas langit. Jadi imbasnya ke bumi,” jawabnya dengan tatapan sendu dan penuh kekhawatiran.
“Lalu bagaimana dengan Ayah?” tanya Princess Lyra.
“Ada Jendral Lucas dan Tuan Zevanus yang menjaga raja. Langit juga tidak akan diam saja bila terjadi sesuatu hal yang buruk pada ayahmu, Nak. Leluhurnya juga pasti akan melindunginya dari hal buruk paling buruk sekalipun.”
“Tapi kita tidak mungkin berdiam diri seperti ini, Ibu. Kita harus keluar dan melihat kondisi di luar.”
“Tidak ada yang bisa kita lakukan selain bersembunyi, anakku.”
“Tidak, Bu! Sebagai calon penerus tahta, aku tidak bisa bersikap layaknya pengecut seperti ini.”
“Jangan lakukan apa pun kecuali atas persetujuan Ibu, Princess Lyra!” Suara Ratu Ocellate meninggi. Seumur hidup dia tidak pernah membentak putri kebanggaannya ini.
“Maafkan, Ibu. Ibu sama sekali tidak bermaksud membentakmu, Nak. Ibu hanya tidak ingin sesuatu yang buruk menimpamu juga seperti Putri Lyla. Kau adalah putri kebanggaan Ayah dan Ibu, dan harapan dari seluruh rakyat Chazia Empire. Kami semua akan melindungi sang penerus tahta meski nyawa menjadi taruhannya.”
“Iya, Ibu. Aku mengerti. Maafkan aku juga, Bu.”
Ratu Ocellate membelai rambut coklat tembaga milik Princess Lyra. Dalam hati kecilnya dia menyesal tidak bisa membantu suami, raja serta ayah dari anak-anaknya keluar dari kekacauan ini. Saat ini hal terbaik yang bisa dilakukannya hanyalah melindungi Princess Lyra, putri kebanggaan sekaligus penerus tahta Chazia Empire hingga tetesan darah terakhir.
Beberapa jam kemudian situasi menjadi aman terkendali. Langit yang tadinya kelam mencekam berangsur menjadi cerah dan sinar mentari mulai masuk lewat celah jendela yang sedang tidak tertutup tirainya. Suhu udara yang tadinya begitu dingin hingga menusuk tulang persendian, kini mulai menghangat. Merasa suasana sudah kembali normal Ratu Ocellate memutuskan mengajak Princess Lyra keluar dari tempat persembunyian mereka. Hal pertama yang dilakukan oleh Ratu Ocellate adalah mencari tahu kondisi di luar kamar yang ditempati oleh Putri Lyla. Sementara itu Princess Lyra melihat keadaan saudari kembarnya.
“Syukurlah, tidak ada sesuatu hal yang lebih buruk lagi menimpamu, Lyla,” ucap Princess Lyra sembari membelai rambut berwarna kekuningan milik Putri Lyla.
“Apakah Putri Lyla baik-baik saja?” tanya Ratu Ocellate saat menghampiri ranjang Putri Lyla.
“Iya, Ibu. Keadaannya masih sama seperti sebelum kejadian aneh sesaat yang lalu.”
“Cepat kau panggil tabib istana untuk melihat kondisi Putri Lyla,” perintah Ratu Ocellate.
“Baik, Ibu.”
Princess Lyra bergegas pergi untuk mencari tabib yang akan memeriksa Putri Lyla. Namun ketika dia hendak membuka pintu kamar, tiba-tiba terdengar suara ibunya berteriak histeris dan detik kemudian ada yang menarik bagian belakang rambutnya lalu mengempaskan tubuhnya ke dinding.
Di tengah rasa keterkejutannya Princess Lyra berusaha untuk bangkit. Meski dengan separuh tenaga dan sekujur tubuhnya terasa nyeri karena hantaman yang begitu keras, Princess Lyra berhasil berdiri dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar. Di dalam kamar hadir seekor naga mengerikan berwarna abu-abu kelam dengan mata merah darah sedang menatapnya penuh kebencian. Sesaat kemudian naga mengerikan itu berubah menjadi sosok Putri Lyla yang tadinya sedang terbujur koma di atas ranjang.
“Lyla! Apa yang terjadi padamu?” Princess Lyra hendak berjalan menuju arah Putri Lyla.
“Jangan Princess!” teriak Ratu Ocellate yang sedang disekap di tembok oleh makhluk yang tak kalah mengerikan dari naga jelmaan Putri Lyla.
Benar saja, Princess Lyra kembali terhempas ke lantai. Beruntung kali ini tubuhnya selamat dari benturan dinding. Sehingga dia bisa segera bangkit setelah jatuh terjerembab. “Katakan padaku, apa yang sedang terjadi? Berhenti kau menyerangku, Lyl!”
“Berhenti memanggilku dengan nama itu, bodoh?!” pekik Putri Lyla. “Aku benci dipanggil dengan nama itu! Sama seperti aku membencimu, Ayah, Ibu dan juga seluruh rakyat negeri terkutuk ini.”
“Jaga ucapanmu, Putri Lyla!” Ratu Ocellate mencoba untuk mengingatkan Putri Lyla. Namun yang terjadi tubuhnya semakin terjerat ke dinding. Napasnya semakin terasa sesak hingga untuk mengeluarkan sepatah kata dadanya merasakan nyeri yang luar biasa sakit.
“Lepaskan Ibu! Kau sudah kerasukan iblis, Lil. Aku mohon sadarlah.”
“Kau yang telah membangunkan iblis di dalam tubuhku, Lyra. Sekarang terimalah pembalasanku!”
Mulut Putri Lyla terbuka lebar dan menyemburkan api panjang ke arah Princess Lyra. Namun keajaiban terjadi. Saat Princess Lyra menyilangkan kedua tangan untuk melindungi dirinya, api yang tadinya siap membakar tubuhnya tiba-tiba padam. Hal itu membuat Putri Lyla murka dan semakin marah.
Putri Lyla menjulurkan kedua tangannya yang bisa memanjang untuk menjangkau Princess Lyra. Namun yang terjadi kemudian adalah tubuh Putri Lyla terhempas ke dinding. Perempuan muda itu memekik kesakitan.
“Kali ini kau bisa selamat, Lyra! Tapi jangan harap keselamatan akan berpihak padamu suatu hari nanti.”
Saat Princess Lyra mengerjap tiba-tiba Putri Lyla terbang melesat keluar kamar melalui jendela yang sedang terbuka. Ratu Ocellate pun selamat dari jeratan di dinding.
“Apa Ibu baik-baik saja?” tanya Princess Lyra meletakkan kepala sang ibu di atas pahanya.
“Ibu baik-baik saja. Sekarang sudah bisa bernapas kembali. Ke mana perginya Putri Lyla?” tanya Ratu Ocellate dengan suara terbata.
“Dia terbang lewat jendela. Aku yakin itu bukanlah Putri Lyla yang sebenarnya. Tatapannya mengerikan. Dan kekuatan yang dimunculkannya tadi, aku tidak pernah melihatnya dalam kitab manapun yang pernah aku pelajari selama ini.”
“Benar, Princess. Saudarimu telah bersekutu dengan iblis. Sebenarnya Ibu sudah merasakan hal yang janggal padanya. Tapi ayahmu tidak memercayai ucapan Ibu. Dia bersikukuh untuk mencari tahunya sendiri pada Dewa Langit di puncak Gunung Adamuth.”
“Tapi siapa kira-kira yang telah mengenalkan Putri Lyla pada iblis, Ibu? Sementara selama ini yang diketahui Putri Lyla hanya tentang kesenian dan kecantikan. Putri Lyla tidak akan membiarkan dirinya tampil tidak sempurna di mata semua orang. Dan tadi yang terjadi padanya lebih dari kata buruk, Bu,” ujar Princess Lyra masih tidak bisa memercayai sepenuhnya apa yang telah dilihatnya beberapa saat yang lalu.
“Entahlah. Ibu tidak berani mengatakan hal yang sedang Ibu pikirkan saat ini. Ibu tidak mau menuduh orang lain tanpa bukti. Jadi Ibu akan mencari tahunya sendiri dan menunjukkan pada ayahmu bahwa kecurigaan Ibu selama ini terbukti benar.”
“Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu Ibu?”
“Yang perlu kau lakukan hanyalah satu, kau harus selamat dan tetap hidup apa pun yang terjadi. Masa depan Chazia Empire ada di tanganmu, Princess Lyra.”
Princess Lyra menangis sambil memeluk tubuh ibunya yang jatuh pingsan karena sesak napas. Tak berselang lama prajurit istana datang untuk melihat keadaan mereka. Princess Lyra segera memanggil tabib istana untuk memeriksa kondisi Ratu Ocellate. Setelah mendapatkan perawatan dari seluruh tabib terbaik, Ratu Ocellate telah pulih kembali. Princess Lyra merasa lega melihat kondisi sang ibu yang berangsur pulih.
Keesokan siangnya penjaga gerbang utama Chacine Oasis menyampaikan kalau rombongan Lord Legano hampir mendekati perbatasan kota. Tidak lama lagi akan melewati pintu gerbang utama kota. Ratu Ocellate segera bersiap untuk menyambut kedatangan raja. Begitupun dengan Princess Lyra.
Tak perlu menunda waktu lebih lama, Lord Legano meminta seluruh anggota dewan serta penasehat kerajaan untuk berkumpul di ruang pertemuan darurat. Raja meminta pada ketua dewan keamanan yang mendapat titah untuk melindungi kota serta istana sementara selama Lord Legano dan Jendral Lucas tidak ada di tempat, untuk menceritakan kondisi kota dan istana sementara. Kedua dewan keamanan yang bernama Ezodan menceritakan secara detail setiap hal yang terjadi selama raja tidak ada. Tak satupun luput dari laporannya. Hanya satu hal yang tidak bisa ia sampaikan, yakni kejadian di kamar Putri Lyla serta kepergian Putri Lyla. Karena pada saat kejadian hanya disaksikan oleh Princess Lyra dan Ratu Ocellate saja. Lord Legano tertegun seolah tak percaya saat mendengar cerita Ezodan soal kejadian mengerikan dan suasana mencekam sesaat sebelum raja dan rombongannya kembali ke Chacine Oasis. Namun penasehat kerajaan dan anggota dewan yang lainnya turut membenarkan penjelasan Edzodan tadi, membuat Lord Legano memercayai semua penjelasan yang tidak masuk akal menurutnya.
~~~
^vee^