Pagi ini, Kintan tetap membuat sarapan untuk suaminya, tapi kesan cuek itu masih terasa. Kintan tak banyak bicara. Tak lagi tersenyum. Ia kesal. Padahal ia sadar jika berlaku demikian kepada suaminya itu tidak boleh. Tapi rasa kesalnya benar-benar membuatnya enggan mengatakan apa pun. “Kamu kenapa sih? Dari semalam cuek banget. Kamu sakit?” Vian menempelkan punggung tangannya di kening Kintan. Tapi dengan cepat Kintan menarik tubuhnya. Menghindari sentuhan Vian. “Aku nggak papa?” Ucap Kintan dengan wajah dinginnya. Rasa kesalnya bertambah karena ia memang sedang PMS. Mereka makan dalam diam. Vian beberapa kali mencuri pandang ke arah istrinya. Tapi hari ini Kintan benar-benar mencueki dirinya. Selesai sarapan, Kintan langsung membereskan sisa makan mereka. “Kamu capek ya? Ma