“Paman”. Kintan memanggil lelaki muda itu dengan sebutan paman. Lelaki dengan kisaran usia dua puluh tiga tahunan dengan tubuh tegap. ia memakai sirwal yang menambah kegagahan dan pesonanya. “Hah?” Vian semakin bingung. Ia sudah mengingat di mana ia pernah melihat lelaki itu. Tapi kenapa Kintan memanggilnya, Paman? Lelaki itu mendekat ke arah Kintan. Kintan langsung menyalaminya. Vian masih terus menatap dengan ekspresi yang bertanya-tanya. “Mas”. Kintan menyenggol lengan Vian karena ia melamun sehingga tidak sadar jika lelaki di hadapannya mengajak untuk bersalaman. “Hah”. Vian langsung tersadar dari lamunannya. Ia lalu menggapai tangan lelaki itu untuk membalas uluran tangannya. “Fahmi”. “Vian”. Mereka saling memperkenalkan nama masing-masing. “Lelaki ini pamanku mas. Adi