"Adinda!" Mengabaikan tatapan tajam kekasihnya, Dinda melebarkan senyum lalu mengambil kotak kue dari atas meja, menyodorkan padanya. "Nath, marahnya ditunda dulu ya?" pinta gadis itu berusaha mengendalikan situasi. Senyuman di bibirnya masih tersungging. "Liat nih aku bawa apa?" Wajah lelaki itu malah semakin dingin. Sejujurnya Dinda mulai gelisah, tapi berusaha bertahan. "Mana ponsel aku?" tanya Nathan dengan nada suara tak seperti biasanya. Dinda tertawa hambar. "Ya ampun Nath, aku lagi nanya sama kamu loh. Kamu-" Lelaki itu malah melengos, mengambil ponselnya yang tergeletak di sofa. Membuang nafas kasar, lelaki itu menatap tajam. "Kamu sengaja matiin ponsel aku, 'kan?" "Ma-maksud kamu apa?" Dinda berpura-pura tak mengerti. "Gak usah pura-pura!" bentakan Nathan membuatnya tersen