Gadis itu melebarkan kedua kelopak matanya saat melihat Arga masuk ke kamarnya. Rauna masih sedikit mengingat kejadian semalam jika kehormatannya sedang di ujung tanduk dan dibawa keluar oleh seorang pemuda yang tak jauh beda dengan postur tubuh suaminya. “Pak Arga! Kau sudah apa kan saya!” Namun, bukannya Arga merespons sama-sama marah dituduh hal yang sama sekali tak pernah ia lakukan justru malah menolongnya tadi malam. “Kau sudah bangun?” Arga membawakan segelas air putih hangat untuknya. “Aku kenapa ada di sini? Bukannya tadi malam ….” “Kau minum dulu, tak usah memikirkan hal apa pun demi kesehatanmu.” Arga memberikan segelas air hangat. “Hangat?” “Iya, jangan ngeres itu otak udang.” “Pak Arga pikir aku sakit harus minum air hangat? Saya tidak suka lebih tidak suka Anda menghin