Part 9

2060 Words
Part 9 "Masuk dulu nak! "Ifa tersenyum ramah sembari tangannya menunjuk ke arah ruang tamu. Tubuh Siska masih mematung bahkan kakinya pun sangat sulit digerakkan, ia berdiri tepat diambang pintu dan melihat jelas jika dalam rumah itu sangatlah mewah, ia akui rumahnya pun kalah mewah dengan rumah ini dan yang membuatnya langsung tak sadarkan diri ditempat ialah terdapat foto pigura dengan ukuran yang besar dan difoto itu terdapat si cupu tengah tersenyum manis ke arah kamera. "Astaga! Temannmu pingsan El! "pekik Ifa terkejut melihat gadis itu pingsan diambang pintu sedangkan Noel yang akan berjalan masuk ke kamarnya pun membalikkan lagi tubuhnya dan berlari menuju tempat Siska pingsan. "Bawa ke kamar tamu!" ... "Itu benar mami lo? "Tangan Siska menunjuk seorang wanita paruh baya yang masih cantik walau usianya sudah tak muda lagi. Siska sudah sadar dari setengah jam yang lalu tapi masih saja dirinya belum percaya jika rumah ini adalah rumah Noel. Noel yang duduk di sebelahnya pun hanya bisa mengelus d**a, sabar menghadapi orang-orang yang memiliki watak seperti Siska. Kini mereka berdua berada di ruang makan, duduk menunggu hidangan makan malam yang masih belum disiapkan sebab Siska yang pingsan tadi membuat Ifa khawatir sendiri dan hampir saja Ifa menelpon dokter pribadi keluarga ini. Apalagi seluruh pembantu disini dipulangkan jika malam hari dan hanya makan malam saja Ifa yang mengurusi. "Aku capek jawab pertanyaanmu, lebih baik kamu diam saja!"ucap Noel dengan nadanya yang tegas. "Songong banget jadi orang kaya! "Siska melirik sinis ke arah Noel. Ifa yang melihat anaknya sudah dekat dengan seorang perempuan tersenyum lebar. " Anak-anak yuk makan dulu! "ajak Ifa sambil membawakan nampan berisi lauk pauk khusus untuk makan malam. Siska menatap berbinar pada makanan yang dibawakan maminya Noel tapi kedua matanya melirik takut-takut pada wanita cantik itu. Dahi Ifa mengernyit heran menatap gadis remaja itu yang sepertinya ketakutan padanya. "Tante, saya pernah lihat tante di youtube,"ujar Siska pelan. "Oh ya, tante memang aktif di youtube. Kamu subcribe channel tante gak nih? "Ifa tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi putihnya yang bersih. " Ah itu emm enggak tante. "Siska menggaruk tekuknya yang tak terasa gatal. " Eh cup--emm maksudku Noel! "Siska hampir saja memanggil Noel dengan sebutan cupu. Kedua sisi pipi Siska memerah sambil tangannya menutup bibirnya. Noel terkekeh pelan sedangkan Ifa bingung menatap gadis remaja itu yang tampaknya kini sedang kikuk sendiri. " nama kamu siapa? "tanya Ifa pada Siska. " Nama saya Siska tante. " " Oh ya nanti kamu pakai baju tante aja ya, mandi sekalian di kamar tante biar badan seger. " " Kalian teman satu kelas kan? "tanya Ifa pada keduanya. " Enggak mi, "balas Noel. " Lha trus kok Siska ngikut kamu pulang ke rumah? "tanya Ifa pada anaknya itu. " Emm tante nanti saya pulang kok, "balas Siska yang merasa tak enak. " Eh kamu harus nginep, udah malem lhoh. Nanti tidur di kamar tamu. " " Tapi tante--" "Udah jangan merasa tak enak! Anggap aja rumah sendiri! Oh ya jangan kapok maen ke sini ya! Sering-sering maen ke sini juga! " Mereka pun memulai makan malam dengan hikmat. Selang beberapa menit kemudian... Acara makan malam bersama pun selesai bersamaan dengan suara salam dari luar pintu. Ifa tersenyum lebar menyambut kedatangan suaminya dan anak bungsunya yang sudah pulang ke rumah. "Wahh udah pulang anak mami. "Ifa mencium gemas pipi gembul Nafa, anaknya yang berusia 9 tahun itu.. Kemudian wanita itu mencium punggung tangan suaminya dan dibalas kecupan hangat dikeningnya oleh Kayden. Sosok lelaki yang masih terlihat muda walau usianya tak lagi muda tak sengaja menatap seorang gadis remaja cantik yang tengah berdiri di samping anaknya. Siska terkesiap melihat lelaki tampan itu bahkan dibilang bapak-bapak pun tak pantas. "Itu papi lo? "tanya Siska dengan nada lirihnya tanpa menatap Noel. Noel mengangguk mantap lalu ia berjalan mendekat ke arah Kayden, Kayden tersenyum menatap anaknya yang tengah mencium punggung tangannya. " Mami itu pacar kakak ya? "tanya Nafa sambil menunjuk ke arah gadis seusia kakaknya tengah berdiri mematung di hadapannya. Sontak pertanyaan itu membuat Siska langsung membuka bibirnya segera dan menjawab," Bukan dek, emm kita temenan. " Kayden dan Ifa terkekeh pelan serta saling pandang. " Anak kita udah gede ya sekarang? Udah berani bawa cewe ke rumah nih? "Goda Kayden sambil merangkul anaknya, yang tingginya hampir menunggulinya. " Papi! " " Udah gak usah malu, sama orangtua sendiri juga. Oh ya om belum kenalan sama kamu nak, nama kamu siapa? "tanya Kayden pada gadis manis itu. " Nama saya Siska. " " Kamu orang Cina kah? "tanyanya lagi. " Iya, papah keturunan Cina. "Siska tersenyum tipis lalu ia juga mencium punggung tangan Kayden. Walau begitu ia masih punya rasa sopan santun pada orang yang lebih tua. " Hayuk ke ruang keluarga, biar bisa ngobrol lebih nyaman lagi!"ajak Ifa pada keempat orang itu. ... "Wajah kakak kenapa? "tanya Nafa pada Siska yang sedang sedih menatap layar ponselnya sesekali menggerutu kesal. Siska yang merasa namanya terpanggil pun menoleh menatap seorang anak kecil yang tengah mengkhawatirkan dirinya. " Orang asing saja mengkhawatirkanku, kenapa papa sama sekali tidak mengkhawatirkanku? "tanya Siska dalam hati. " Eh kakak malah bengong, "sindir Nafa sambil cekikian. Siska hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya pelan. Dari kejauhan Noel sesekali menatap Siska yang sedang duduk di atas sofa ruang keluarga bersama adiknya. Degup jantung lelaki itu tak karuan melihat betapa cantiknya Siska jika tersenyum, menambah aura yang sangat sejuk. Senyuman wanita itu mampu menghipnotis Noel yang juga ikut tersenyum melihatnya. Merasa dipandangi seseorang, Siska pun menoleh menatap orang itu, ya Noel yang tengah tertangkap basah menatapnya dari sofa seberang sana. "Kakak temani Nafa main yuk, Nafa gak punya teman main. Nafa punya temen main cuman di sekolah! "Nafa menggoyangkan lengan Siska diikuti suaranya yang girang. Siska menatap gadis kecil itu tersenyum dan mengangguk bertanda menuruti ajakan Nafa itu. " Ayo, di mana? "tanya Siska pada Nafa. " Di ruang bermain Nafa aja, Nafa punya rumah barbie besar banget dan bagus! "Nafa memperagakan rumah barbie, mainan miliknya. Siska beranjak berdiri dengan tangannya yang ditarik Nafa, ketika kedua orang itu berdiri dan itupun langsung mencuri perhatian Noel. Lantas Noel ikut berdiri dan berjalan ke arah luar tapi sebelum itu Nafa bertanya pada kakaknya. "Kakak mau kemana? "tanya Nafa pada kakaknya itu yang tengah gelagapan dan hampir pula ponselnya jatuh ke bawah. " Ehh emmm kakak mau, mau belajar yahh ke kamar. Yaudah kakak mau ke kamar dulu ya? "Noel tersenyum menutupi rasa canggungnya saat bertemu pandang dengan manik Siska. Tampaknya gadis itu masih merasa kesal padanya sebab gadis itu merasa tertipu padahal dia sendiri yang tidak percaya jikalau Noel memang anak orang kaya. Nafa mengulum senyum tipis lalu menggandeng tangan Siska dan pergi meninggalkan Noel dari tempat itu. Noel pun segera ke dapur untuk mengambil air minum tapi saat di dapur ia malah disambut tawaan seperti ejekan dari kedua orang tuanya itu. "Hahaha, anakku malu-malu kucing nih, "goda Ifa melihat anaknya yang wajahnya seperti kepiting rebus. " apaan sih mi. "Noel menutupi wajahnya lalu berjalan cepat menuju tempat kulkas. Kayden melihat istrinya yang tengah tersenyum lebar menambah kesan cantiknya wanita di sampingnya itu. Sebenernya Kayden ingin mengatakan sesuatu tapi ia menahannya dan nantinya sebelum tidur mungkin ia akan mengatakan sesuatu pada istrinya itu, sesuatu yang sedari dulu ia harapkan. Ifa berjalan menuju anaknya lalu memeluk tubuhnya anaknya yang lebih tinggi darinya. "Mami tau kamu, kamu suka kan sama Siska? " Noel hanya tersenyum kecil lalu membalas pelukan maminya itu. ... Klek' Suara pintu terbuka mengalihkan pemandangan gadis itu yang tadinya sedang menatap langit di jendela, maniknya menatap seseorang yang baru saja membukakan pintu kamarnya eitss lebih tepatnya kamar tamu yang dipakai ia untuk menginap sementara di rumah milik seseorang itu. "Lhoh Siska belum tidur? "tanya Ifa tersenyum ramah Terlihat di sana Siska sedang duduk di jendela besar tengah memakai baju piyama miliknya, untungnya baju itu sangat muat pada gadis remaja itu. " Eh tante? "Siska pun langsung berdiri menatap maminya si cupu sedang berjalan ke arahnya. " Kamu sedang ngapain? Kok belum tidur? "tanya Ifa dengan nadanya yang lembut. " Lihat mama di sana! "Siska menunjuk bulan purnama di atas langit biru yang indah di malam hari ini. Hati Ifa merasa tersenyuh melihat Siska yang seperti anak kecil merindukan mamanya yang sudah tiada. Ifa jadi teringat ibunya dan ayahnya yang berada di surga sana. " kamu sedang merindukan mama mu kan? "tanya Ifa lagi. Raut Siska berubah sedih lantas mengangguk membalas pertanyaan Ifa. " Sini! "suruh Ifa pada Siska untuk mendekat ke arahnya. " Kenapa tante? "tanya Siska tapi Siska tetap berjalan mendekati Ifa yang tengah berdiri di hadapannya. Ifa pun memeluk gadis remaja yang hatinya saat ini tengah rapuh itu, ia mengusap punggung Siska yang tiba-tiba saja menangis menumpahkan segala sesuatu yang dipendam di hati kecilnya. "Nangis saja, gapapa,"ucap Ifa yang memaklumi apa yang dialami Siska itu. "Aku rindu mama, mama yang selalu mengerti apapun yang aku mau tapi tidak dengan papah, papah selalu mengekangku dan mamaku selalu membelaku di depan papa. Kenapa Tuhan lebih milih mama yang diambil duluan? Kenapa tidak papa aja? "tanya Siska disela-sela tangisannya. " Huss gak boleh ngomong gitu Siska! "tegur Ifa dengan nada yang masih lembut. Setelah Siska tenang akhirnya kedua orang itu memutuskan untuk duduk di jendela mengabaikan angin malam nakal yang membuat mereka berdua kedinginan. " Jika kamu merindukan mamamu, kamu boleh anggap tante mamamu. " Ucapan itu membuat Siska langsung menoleh menatap Ifa yang selalu menatapnya tersenyum. Jiwa keibuan Ifa tak diragukan lagi, dari dulu ia selalu menganggap teman teman anaknya adalah anaknya juga. Apalagi Fio, ketika berdatang ke rumahnya ia selalu menuruti anak mungilnya itu bahkan dikalau tidur ia selalu memeluk Fio layaknya masih anak bayi dulu. "Terima kasih tante, hati Siska makin tenang kalau di dekat tante. " " Oh ya besok kamu pulang dianter sama Noel ya? " Hening Siska tak mau menjawab ucapan Ifa itu. Ifa yang merasa khawatir pun bertanya," Kenapa diam Siska? " " Aku gak mau pulang ke rumah, papa seakan akan mau membunuhku. Aku tidak mau pulang, aku takut. "lagi-lagi kedua mata Siska berkaca-kaca, ya saat berada di rumah ini Siska sering menangis padahal wajah Siska itu terlihat seakan akan anak itu kuat namun gadis remaja itu adalah manusia biasa yang hatinya pun bisa hancur. " Huum kalau gitu kamu tinggal sementara di sini dulu, tante usahakan papamu tidak akan mengekangmu seperti ini lagi. " " Terima kasih tante, tante banyak membantu Siska,"balas Siska mengulas senyum tipis. "Sama-sama sayang, bukannya kamu punya mama tiri? "tanya Ifa pada Siska. Raut wajah Siska berubah, cemas. " Kamu kenapa? " " Sebenernya tante, aku punya pacar dan ibunya pacarku adalah mama tiriku. " " Apa? " " Aku dari dulu sepakat tidak putus sama pacarku tante, jadi sampai sekarang pun aku masih berpacaran dengannya membuat mama tiriku membenciku yang tak bisa menerima takdir itu. " ... Tok tok tok Bunyi ketukan pintu membuat seorang Devan yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya pun langsung bergegas beranjak berdiri. Laki-laki itu berjalan menuju arah pintu luar rumah kost kost-sannya itu. Setelah ia buka ternyata seorang wnaita paruh baya yang sangat ia sayangi tengah berdiri di depannya dengan membawa dua kantomg plastik berukuran besar di kedua tangannya. "Bunda? "Devan terkejut melihat bundanya yang tiba-tiba saja datang tanpa pesan. Melihat ibundanya kesusahan membawa kantong plastik berwarna hitam itu lantas saja Devan langsung menghampiri bundanya dan membantu membawakan dua kantong plastik besar itu. " Bunda kok gak bilang Devan dulu kalau mau ke sini. " " Kenapa harus bilang ke kamu? Yang bayar kost ini kan bunda, jadi terserah bunda dong. "Vely, nama bundanya Devan. Vely langsung duduk di sofa ruang tamu terlihat meja ruang tamu tengah berantakan terdapat buku yang berserakan di mana-mana apalagi ada baju serta seragam sekolah yang juga berantakan entah itu baju bersih atau kotor yang berceceran di atas sofa. "Emm biar Devan beresin dulu bun. "Devan meringis melihat bundanya tengah menatap jijik ruang tamu rumah ini yang nampak seperti kapal pecah. " Gak usah! Kamu duduk! "sentak Vely membuat Devan kaget tapi lelaki itu tetap menuruti perintah ibundanya untuk duduk di sofa. Vely berdiri lalu berjalan menuju salah satu rak baju bersih dan tak sengaja matanya menatap celana dalam yang sepertinya itu bukan milik anaknya. Vely tau betul apapun tentang anaknya sedangkan Devan terlihat panik kala ibundanya menuju rak baju bersih di dekat televisi. "Bunda, "lirih Devan kala Vely membalikkan badannya dan menatap tajam ke arahnya. Tatapan tajam dari ibundanya itu menandakan jika sebentar lagi emosinya akan naik seketika. " INI APA! "Vely menuju celana dalam laki-laki itu bukan milik anaknya yang tergeletak rapi di dalam rak baju. Ia jelas hapal karena yang selalu membelikan kebutuhan anaknya adalah dirinya. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD