Part 12

3588 Words
Part 12 "Lo ajak gue kemana sih? "tanya Siska malas. " Ya keliling aja di sekitar sini, biar gak jenuh di rumah terus,"Balas Noel seraya tersenyum tipis menatap Siska yang juga menatapnya. "Yaelah gue gak jenuh kali. "Siska memutarkan kedua bola mata hitamnya malas. " Trus waktu aku ngajak kamu tadi, kenapa kamu mau? "tanya Noel sebal, tapi ia hanya berpura-pura saja. " Yaudah deh, balik lagi. "Siska pun membalikkan tubuhnya untuk berjalan kembali ke rumah Noel. " Lhoh Siska? "seseorang tengah terkejut menatap temannya yang berjalan mengarah padanya. Siska pun juga sama terkejutnya melihat Bella berada di hadapannya dengan berpakaian seragam sekolah hari ini. Noel hanya melihat mereka biasa saja tapi ia memutuskan untuk di samping Siska. "Oh hay Noel? "sapa Bella ramah pada Noel. Noel hanya mengulum senyum tipis disapa oleh Bella. "Eh kok lo malah nyapa dia sih!" Siska menepuk bahu Bella kasar membuat Bella meringis. "Lha kenapa? " " Kok lo malah gitu sih? Apa jangan-jangan lo udah tau kalau Noel itu tinggal di sini? "tanya Siska sambil menyipitkan kedua matanya. " Iya emang, eh sebelumnya gue minta maaf sama lo. Sorry sorry banget kalau gue emang nyembunyiin ini, Noel itu tetangga gue dan dia bukan anak miskin seperti apa yang lo bilang di sekolah. Dia anak pemilik perusahaan bokap gue, bokap gue kerja di perusahaannya Noel,"jelas Bella sambil meringis lagi kala lengannya dicubit oleh Siska. Wajah Siska merah padam dengan perasaan malu dan emosi yang bercampur aduk. "Lo kenapa gak bilang dari dulu sih! "teriak Siska yang mulai marah merasa dikhianati oleh temannya itu. Bella meringis memandang Siska yang terlihat sangat marah padanya lalu ia menatap Noel yang juga menatapnya tajam. Noel seakan mengancam Bella agar tak mengucapkan hal sebenarnya. Gadis itu pun turun dari sepedahnya agar lebih mudah ketika mengobrol. " Lo malah diem sih! Gue males temenan sama lo! "Siska pun mendorong tubuh Bella lalu berlalu pergi dari sini. " Sis Siska! "teriak Bella yang hampir saja jatuh ke belakang. " Sorry ini gara-gara gue. "Noel menatap bersalah pada Bella. " Ah gapapa, tapi lo jangan nyerah buat jinakin Siska ya! Yaudah gue mau berangkat school dulu! "pamit Bella pada Noel sambil menaiki sepedanya untuk pulang ke rumah. " Iya Bel, makasih. "Noel mengangguk dan melambaikan tangannya pada Bella, tetangganya. Lantas Noel berlari untuk mengejar langkah Siska yang menghilang, tapi ia yakin jika gadis itu ke rumahnya. Setelah sampai pulang ke rumah, ia bertemu dengan salah satu pembantu rumahnya yang sedang bersih-bersih. "Bibi? " " Iya Den, ada apa? "tanya seorang wanita paruh baya menatap bingung ke arah anak majikannya. " tadi bibi lihat Siska pulang ke rumah?" "Oh teman den Noel ya? "pembantu itu nampak menggaruk tekuknya yang tak terasa gatal. " Iya bi. " " Itu tadi sih sempat ke sini entah ngambil apa trus cuss pergi gitu. " Deg! Jantung Noel berdegub kencang tak karuan lalu ia pamit pergi sambil berlari keluar rumah. " Duh Siska kemana nih? "Noel mengacak-acak rambutnya yang basah setelah ia keliling di sekitar perumahan yang nampak luas. Napasnya pun tak beraturan tapi ia tetap mencari Siska, ia khawatir pada Siska dan ia pun takut jika Siska kembali pulang ke rumahnya, mengingat jika papahnya Siska sangatlah seram baginya. Ia pun akhirnya memutuskan segera mencari Siska di daerah perumahannya tapi saat di tengah perjalanan maniknya tak sengaja menatap seorang gadis yang ia kenali tengah asyik memakan arum manis dan duduk di depan salah satu perumahan yang berjualan makanan. Noel tersenyum lega serta napasnya pun kian teratur kamu kembali dan ia melangkah mendekati gadis yang ia cari sejak tadi. "Siska? "panggil Noel membuat Siska yang sedang asyik makan pun menoleh menatap ke arahnya. " Cepat larinya ya kamu. "Noel pun duduk di samping Siska sedangkan Siska menatap Noel dengan wajahnya yang bingung. " Lo Noel? "tanya Siska memastikan apa yang ia lihat. Noel yang sedang melepaskan kancing bajunya bagian atas pun langsung menoleh ke arah Siska. "Iyalah." bibir Noel berkedut menahan tawanya agar tak meledak saat melihat wajah Siska yang menurutnya lucu saat ini. "Kamu kalau makan yang rapih dong. "tangan Noel yang terasa gatal pun akhirnya mengusap lembut area bibir Siska yang nampak belepotan. Kedua mata Siska mengerjapkan tiga kali dan sadar jika sedari tadi ia menatap Noel. Melihat sikap manis Noel padanya membuat kedua sisi pipinya terasa gatal serta munculnya rona merah di pipinya lamtas ia langsung mengalihkan pandangnya ke arah lain. Ya tadi ia sempat tak mengira jika itu Noel yang menghampiri, sungguh sangat berbeda tampilannya. Dengan rambut acak-acakan serta keringat bercucuran di sekitar sisi wajah Noel membuat ketampanan Noel makin bertambah dan ditambah lagi kerah kemeja Noel pun tak terkancing. "Aku tadi khawatir kalau kamu kembali pulang ke rumahmu. "Noel mengadahkan wajahnya ke atas menatap langit yang nampak mendung di pagi hari. Deketan belum tentu jadian kan? Eh, gak gitu-batin Noel. " Kenapa lo harus khawatirin gue? Lo tuh bukan sapa-sapa bagi gue."ucapan dengan nada yang santai terlontar begitu dari bibir manis Siska. "Suatu saat aku akan jadi orang yang berarti bagimu, "gumam Noel dengan suara yang pelan. " Apa maksudmu? "tanya Siska yang langsung menoleh ke arahnya. " Eh tidak apa-apa kok. " ... Ayahmu adalah orang biadap, orang tak punya malu sama sekali. Walau ayahmu dipenjara tak mungkin aku membiarkan anaknya hidup tenang, aku akan terus mengganggumu karena itu kesenangan bagiku. Kamu harus menanggung dosa besar yang dilakukan ayahmu dulu terhadap keluargaku karena ayahmu penyebab kematian orangtuaku! Ku doakan ayahmu mati membusuk di jeruji besi sana, hahaha Lagi Tapi... Ayah dipenjara?! Sebuah surat berada di latar depan rumahnya bertuliskan seseorang ingin membalaskan dendamnya padanya. Tentang kesalahan ayahnya di masa lalu membuat dirinya ikut larut dalam kesalahan itu. Malas mengurusi orang itu, orang yang menyebabkan diriku seperti ini-jerit sosok laki-laki itu lalu melanjutkan kegiatan yang lain. Sosok lelaki itu meremas sebuah surat dan dibuangnya di tempat sampah dekat rumahnya. Makin lama makin terbiasa dengan surat ancaman dari seseorang yang tak ia ketahui. Bahkan ia heran mengapa harus membalas dendam padanya padahal ia tak mengenali siapa orang yang pernah menjadi korban kesalahan ayahnya di masa lalu bahkan ia juga tak mengerti keadaan ayahnya sekarang ini. "Devan? Kok melamun sih. Ayo bantuin bunda nyiapin makanan, nanti nenek sama kakek ke sini masak iyah bunda masih nata makanan kan gak enak. "Vely menghampiri anaknya yang berdiri di depan mobilnya. " Eh iya bun. "Devan mengulum senyum tipis lalu berlari kecil masuk ke dalam rumah bundanya karena hari ini kedatangan kakek neneknya membuat ia harus pulang ke rumah. " Kamu ngiris buah sana, mungkin tante Jeni sama om Arif ke sini juga!"suruh Vely yang masih memasak makan malam hari ini. "Kok ada tante Jeni sih? "tanya Devan yang tak menyukai jika ada tantenya maupun omnya yang nantinya akan datang ke rumahnya. " Lho kenapa? " " Devan gak suka kalau ada dua orang itu! "Devan sangat tak menyukai mereka berdua sebab jika mereka berdua datang ke rumahnya, pastinya mereka akan berkata buruk padanya apalagi ayahnya. Ia memang membenci ayahnya tapi jika ada orang yang menghina tentang keburukan ayahnya itu makin membuat dirinya emosi. Ia juga tak mau jika bundanya terlihat sedih sebab dari keluarga ibunya semuanya sudah membenci keluarga ayahnya kecuali nenek dan kakeknya(orang tua Vely). "Enggaklah sayang, udah kamu jangan mempunyai pikiran seperti itu. "Vely tersenyum seakan-akan nantinya akan baik-baik saja. Selang setengah jam kemudian... " Jadi Devan, mau kamu jodohkan dengan anak temanmu itu? "tanya seorang pria berumur itu pada Vely, anak pertamanya itu. " Iya pa, lagian Devan mau kok. Iyakan Van? "tanya Vely pada anaknya yang sedang makan. Devan hanya mengangguk saja walau hatinya ingin menolak. " Cucuku, "lirih nenek Devan membuat Devan langsung menolehkan pandangannya menatap neneknya yang sedang tersenyum padanya. " Kamu yakin nak, kalau mau dijodohkan?" "Yakin nek. " " Tidak apa-apa kok Nek, ini semua demi kebaikan Devan,"ucap Vely sambil mengiriskan buah Naga untuk Devan. " Tapi tidak menikahkan? Hanya dijodohkan saja? "tanya Kakek Devan yang nampaknya belum paham. " Tidaklah Kek, mungkin setelah lulus jika Devan mau, biar nikah muda saja apalagi di jaman sekarang itu rawan pergaulan bebas. Aku pun tak mau jika itu terjadi pada Devan, "jelas Vely membuat kakek dan Nenek Devan tersenyum menyetujui ucapan anaknya itu. " Yakin nih gak ada sesuatu di Devannya? Kok mendadak sekali yah? "sindir tante Jeni yang tadinya masih diam mendengar percakapan antara Vely-kakaknya dengan kedua orangtua mereka membahas mengenai perjodohan Devan. " Ah enggak lah, kita sudah dari dulu kok membahas ini. "Vely mencoba untuk menyembunyikan sesuatu demi anaknya. " Kak Vely, kakak seharusnya tau kalau pernikahan dini itu rawan perceraian karena emosi mereka itu masih labil. Apakah kakak gak mikir itu dulu? Lagian lebih baik Devan sekolah dulu sampai ke jenjang lebih tinggi atau bisa dapet kerjaan. Lhah ntar kalau udah nikah biar hidup enak gak gantung ke kakak."sebenarnya ucapan Jeni itu ada benarnya juga tapi mengingat ia memiliki alasan lain membuat dirinya tak mengurungkan niatnya untuk menjodohkan Devan dengan anak sahabatnya. "Iya kakak tau kok, hanya saja ini pilihan terbaik untuk anak kakak,"balas Vely sembari mengulum senyum tipis dibibirnya. " Apakah kamu Devan, kamu sholatnya teratur nggak? Punya pacar gak? Bisa jaga hawa nafsu? "tanya om Arif yang kini mulai berbicara. Sontak pertanyaan itu membuat semua orang yang berada di meja makan kompak menatap mengarah pada seseorang yang diberi pertanyaan. " Sholat."jawaban singkat tapi tak dapat langsung dipercayai oleh Arif maupun Jeni. "yakin tuh? "tanya Jeni dengan tatapannya yang sinis. " Ya untunglah dia sholat jadi dia tidak seperti ayahnya. "ucapan menohok dari omnya itu membuat Devan langsung menghentikan kunyahan makanan di dalam mulutnya. Vely pun menghentikan mengiris buahnya dan menatap was-was ke arah Devan. " Ada pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, yahh tante sering mendengar ucapan itu apalagi ada yang kejadian nyata. Contohnya kalau ada orang tuanya suka maling biasanya anak nya ikut maling juga tapi beberapa aja sih tergantung diri sendiri tentunya,"ujar Jeni tanpa menyadari ucapan itu sebuah kalimat sindiran agak kasar pada Devan. "Yang jelas Devan masih mengingat agamanya kalau agamanya kuat pastinya dia tak seperti ayahnya itu. "tambanya lagi. " Jeni, Arif sudah jangan berkata seperti itu, "tegur Kakek Devan. " Iya kita bicara seperti ini agar cucu kesayangan papa mama tidak seperti ayahnya. " " SUDAH CUKUP! "teriak Devan yang sudah tak tahan lagi oleh ucapan tante dan omnya. Semua orang di sini pun terkejut, untungnya kakek dan neneknya sudah mengerti apa yang akan terjadi sebab Vely sudah memberitahukan kepada kedua orang tuanya terlebih dulu. " Terserah Anda berdua berkata buruk kepada saya tapi untuk berkata buruk pada ayah saya, jangan salahkan aku jika aku bisa seperti ayahku!"Devan menunjuk sepasang suami istri yang duduk di hadapannya itu. "Ouh mau jadi ga--" "Hentikan! "Vely beranjak berdiri, ia tak mau mendengar ucapan Jeni yang akan berkata buruk kepada anaknya. Vely pun menyuruh Devan untuk segera ke kamarnya dan bersiap diri sebab besok sekolah membuat Devan nanti harus pulang ke rumah kostnya. " Jeni, kakak sudah bilang sedari dulu. Cukup sudah jangan ungkit-ungkit tentang masa lalu suami ah tepatnya mantan suamiku. Apalagi berbicara buruk pada anakku dan serta menyamakan anakku dengan suamiku. "Raut wajah Vely berubah sedih, kedua matanya mulai berkaca-kaca. Rohana-ibu dari Vely serta Jeni beranjak berdiri dan menghampiri Vely. " Sudah lebih baik kalian pergi dari sini! "usir Hasan pada kedua orang itu. Jeni memang sedari dulu merasa iri dengan kehidupan Vely terbilang sangat kaya raya sukses dengan usahanya serta memiliki sosok suami dulu menjadi seorang CEO terkenal berbanding terbalik dengannya yang tak bisa bekerja karena tak punya keahlian apalagi auaminya bekerja sebagai guru honorer yang gajinya tak seberapa. Anaknya hanya satu dan masih bersekolah dasar. Setelah ada kabar buruk tentang ayahnya Devan alias mantan suami Kakaknya membuat dirinya terus saja mengejek kehidupan Vely sampai ia merasa puas. Sekedar membocorkan sedikit fakta jika ayah Devan adalah seorang pengusaha yang terkenal di Bali dulu, tapi semenjak pemberitaan tentang kasus protitusi di vila Bali beberapa tahun yang lalu membuat ayah Devan membangun usaha di Jakarta dan itu diberikan kepada Vely sedangkan dirinya tetap bekerja di Bali. Kesuksesan dan kejayaan keluarga Vely itulah membuat Jeni merasa makin iri dan dengki. Jeni dan Arif pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. "Mama dan papa sudah tau alasan kamu ingin menjodohkan anakmu dengan anak dari temanmu. "Rohana dan Hasan tersenyum dan saling pandang. ... "Noel, kamu gak sekolah?" tanya Ifa yang baru saja pulang dari kantor Kayden. Wanita itu mengantarkan makan siang ke kantor suaminya sebab Kayden yang meminta sendiri dan membahas sesuatu hal pribadi. "Enggak mi. " " Mana Siska? "tanya Ifa lagi. " Lagi mandi. " Ifa mengernyitkan dahinya sebentar lalu menatap jam dipergelangan tangannya," Padahal udah jam 12,masa baru mandi. " " Habis renang tadi mi. " " Yaudah, kamu ke sana gih ke kamar Siska, waktunya makan siang. " " Tau aja mi. "Noel mengulum senyum tipis sembari berdiri dan menghampiri maminya. " Mami mau nyiapin buat kalian, "ucap Ifa sembari mengacak rambut anaknya. Meskipun ia memiliki pembantu, ia akan tetap memasak disela-sela sibuknya bekerja. Mengingat mendiang Nia, ia ingin seperti ibunya Kayden yang tetap turun tangan ketika memasak. Perlu waktu pula dirinya membiasakan diri di dapur apalagi wanita itu tak bisa memasak namun semenjak kehadiran Noel membuat Ifa sangat giat belajar memasak ditemani almarhum ibunya. Noel pun menaiki tangga menuju kamar tamu yang terletak di lantai dua hanya beberapa langkah ia sudah sampai di depan kamar tamu, Siska. Noel mengentuk pintu berulang kali lalu tak lama pintu itu terbuka menampilkan Siska yang tengah memakai baju rumahan milik maminya serta rambut sebahunya yang lurus tergerai sangat indah berwarna hitam pekat. Noel menelan ludahnya pelan menatap Siska yang nampak err-- "Napa sih? "sentak Siska melihat gelagat Noel yang nampak aneh di hadapannya. " Emm ayo ke bawah makan siang! "ajak Noel sembari mengusap tekuknya mengusir rasa gugupnya jika ditatap seperti itu oleh Siska. " Ouh ya bentar. "Siska pun kembali masuk ke dalam kamar sedangkan Noel malah ikut melangkah masuk ke kamar itu. Noel langsung disambut harumnya parfum khas Siska, ia yakini itu parfum kesukaan Siska yang pastinya itu tak dijual di Indonesia. " Eh lo ngapain masuk? Sana lo! Gak sopan!"kedua mata Siska melotot melihat Noel yang malah duduk atas di atas kasur tempat ia berbaring. "Lhoh emang kenapa? Ini kan rumahku, suka-suka aku lah."Noel menatap Siska yang tengah berkacak pinggang di hadapannya. "Tapi tetep aja gak sopan! Sekarang pergi gak?! "Siska menatap tajam pada Noel tapi lelaki itu tak takut justru terkekeh pelan. " Enggak ah males, emang kamu juga gak ke bawah? " " Isshh lo pergi dulu! "Siska pun yang sudah merasa sebal langsung mecubit pinggang Noel hingga membuat Noel memekik kesakitan. " Iyaya haduh! "Noel bermaksud memegang tangan Siska yang mencubit pinggang tapi malah Siska terdorong ke depan karena Noel tak sengaja menarik tangan Siska hingga membuat Siska menubruk tubuh Noel, Noel yang tak imbang dengan tubuhnya pun ikut terjungkal ke belakang dan untungnya lelaki itu masih berada di atas kasur. Kedua orang itu nampak bertatap muka sebab wajah mereka nampak dekat sekali bahkan Siska bisa merasakan jika jantungnya dan jantung Noel sama-sama berdegup kencang tak karuan, ia juga merasakan deru napas Noel sampai-sampai indera penciumannya merasakan harum mint dari mulut Noel. Posisi mereka berdua sangat intim sekali tapi itu hanya beberapa saat saja setelah terdengar suara seseorang memanggil nama mereka berdua. Kedua mata Siska membulat saat tak sengaja ia menoleh dan ternyata di ambang pintu seseorang tengah berdiri di sana. "Aaaaa! "teriak Siska langsung beranjak berdiri dan berdiri mematung di samping kasur serta menundukkan kepalanya karena merasa malu. Sama seperti Noel yang juga ikut berdiri menatap maminya yang tengah melipatkan kedua tangannya menatap bergantian ke arahnya serta Siska, Ifa menyenderkan tubuhnya di samping pintu. "Kalian sedang apa? "tanya Ifa bingung mielihat dua remaja itu sama-sama menundukkan kepala. " Tadi ada masalah sedikit mi tapi sekarang tidak apa-apa,"jawab Noel sembari menghampiri Maminya yang berdiri di sana. "betul kata cup--maksud aku Noel. "Hampir lagi keceplosan ketika gadis remaja itu menyebutkan nama Noel. " Ayo ke bawah udah ditungguin dari tadi kok lama banget. "Siska mengangguk patuh dan bersiap diri termasuk memekai pelembab diwajahnya. Mereka bertiga pun akhirnya turun ke bawah untuk makan siang. " Mami masak apa nih? "tanya Noel ketika menatap hidangan yang sungguh menggugah seleramya. " Makanan kesukaanmu, oh ya Siska gak punya alergi kan? "tanya Ifa pada Siska yang duduk di hadapannya. "Tidak tante,"balas Siska tersenyum sopan. " Syukurlah kalau gitu. Yuk selamat makan. " ... " Mami sama papi kenapa ngumpulin adek sama kakak? "tanya Nafa pada kedua orangtuanya. " Mas aja deh yang bilang ke mereka!"suruh Ifa yang merasa malu di depan kedua anaknya apalagi di ruang keluarga ini juga ada Siska yang tengah memangku Nafa. "Papi sama mami berencana honeymoon, "ucap Kayden sembari tersenyum tipis. Jika Nafa melongo tak tau maksudnya apa saat ini berbeda lagi dengan Noel yang tengah tersedak oleh air liurnya sendiri. Kayden serta Ifa meringis menatap Noel yang wajahnya seperti mengejek ke arah mereka. " honeymoon itu apa pi? "tanya Nafa yang masih bingung dengan bahasa asing itu. " Berbulan madu yang artinya mami sama papi buat adik--awww. "Noel yang mulutnya terlalu licin itu membuat Ifa gemas sendiri dan menampar pipi anaknya itu. " Nafa pengen punya adik gak? "tanya Kayden pada Nafa. " Dulu sih pengen tapi untuk sekarang, Nafa udah gak mau. "Nafa menggelengkan kepalanya pelan bertanda tak mau. Ifa dan Kayden saling pandang sejenak lalu Kayden pun tak menyerah begitu saja. " Kalau Nafa punya adik, Nafa bakal punya teman main. " " Nafa pikir-pikir dulu deh,"celoteh Nafa sambil mengetuk pelan pelipisnya dengan jari telunjuknya. "Mau ya nak. "Kayden berusaha membujuk anak bungsunya itu. " Iihh papi dibilang kok tetap ngeyel sih. "muka Nafa merengut kesal menatap papinya dan kini malah papinya menggedongnya secara paksa. " Papi kan Nafa udah besar ngapain digendong sih? " Kini Kayden dan Nafa berdebar masalah adik membuat Noel bosan di sini, ia melirik Siska yang nampak membaca majalah fashion milik maminya. " Siska, "bisik Noel tepat di samping telinga Siska. Siska yang merasa geli pun langsung menepuk telinga Noel dan menatap tajam ke arah laki-laki itu. Noel meringis sambil mengusap telinganya yang terkena amukan singa betina di sampingnya. " Lo lama-lama makin songong deh! "Siska masih menjaga ucapannya agar tak bernada tinggi. Gadis itu pun beranjak berdiri kemudian pamit ke belakang pada Ifa yang tengah menengahi suaminya dan anaknya yang saling adu mulut. Noel pun mengikuti langkah kaki Siska dari belakang. "Padahal ini rumahku lhoh, "gerutu Noel membuat Siska langsung menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. " Santai aja, gue bentar lagi juga dijemput sama pacar gue,"ucap Siska santai lalu ia melanjutkan langkahnya menuju halaman belakang rumah keluarga ini. "Emm bukan itu maksud ku tadi aku salah ucap. "Noel bergegas menyusul langkah kaki Siska. " Terus? " " Ya aku hanya ingin kamu tau kalau ini rumahku."Ucapan Noel tidak ada benarnya sebab sebenarnya laki-laki itu merasa terbakar api cemburu saat Siska bilang tadi, nanti akan dijemput pulang oleh pacarnya alias kakak tirinya. "Idihh lo pikir gue bakal baik sama lo karena lo kaya? Helawww itu bukan gue kali,"balas Siska menatap sinis ke arah Noel. Noel terdiam menatap sendu pada Siska namun yang ditatap seolah-olah menganggap remeh dirinya. Lelaki berkaca mata itu memilih duduk di dekat ayunan sedangkan Siska duduk di ayunan sambil bersenandung ria. Suasana sangat hening di sekitar kolam renang itu, Siska melirik sekilas ke arah laki-laki yang selalu membuat dirinya merasa marah dan sebal tapi diam-diam laki-laki itu juga membuat moodnya lebih baik dan seolah-olah melupakan tentang papanya yang membuatnya terpuruk karena ketakutan. Noel telah menghiburnya dengan caranya sendiri dan entah mengapa gadis itu seperti merasa bersalah selalu berkata kasar pada laki-laki itu padahal Noel telah banyak membantunya jika bukan Noel siapa lagi yang membantunya seperti ini apalagi orang tua Noel yang sangat baik sekali. Meminta pertolongan pada temannya? Tak mungkin baginya sebab merasa malas jika urusannya diurusi juga oleh temannya, entahlah mengapa. Siska memegang dadanya yang berdebar tak karuan bukan hanya sekali ini saja tapi seringkali saat ia berada di dekat Noel. Ia suka pada laki-laki itu? Siska langsung menggelengkan kepalanya cepat tak mau. Jika dilihat dari dekat Siska akui kalau Noel itu juga tampan apalagi tak memakai kaca mata tebalnya itu. "Siska? "panggil Ifa yang tiba-tiba saja datang ke sini. Siska terkesiap apalagi bersamaan dengan itu Noel memandangnya juga, gadis itu langsung berdiri ketika ia merasa terpanggil. " Kamu dicariin kakakmu di depan, katanya kamu minta pulang. Kok gak bilang ke tante sih, padahal tante juga ingin nganterin kamu pulang. "Ifa tersenyum tipis sembari mengusap pipi Siska. " Siska merasa gak enak aja sama tante, tante sudah baik sama Siska juga. "Siska tersenyum lebar membuat kedua matanya yang sipit makin menyipit. Noel ikut mengulas senyuman manisnya kala melihat senyuman manis Siska, Siaka melirik Noel membuat Noel langsung membuang pandangannya ke arah lain karena merasa malu. ... " Kak Niko? "pekik Siska menatap sosok lelaki yang tengah berdiri gagah di ruang tamu keluarga Noel ini. Seorang laki-laki berusia 23 tahun pemilik nama Nicolas alias Niko itu membalikkan badannya dan seketika ia tersenyum lebar kala melihat Siska tengah berdiri di hadapannya itu. Siska langsung memeluk Niko begitupula Niko yang mengusap rambut Siska dengan lembut. "Mi aku mau ke kamar dulu ya? "pamit Noel yang tak kuasa menahan lara hatinya menatap sosok yang dicintainya berpelukan dengan pria lain (kekasih Siska). Ifa yang belum sempat menjawab ucapan Noel pun akhirnya diurungkan sebab Noel sudah berlari menuju kamarnya menaiki tangga. Beberapa menit kemudian setelah berbincang-bincang agak lama. "Tante Siska pamit pulang dan sebelumnya Siska berterima kasih, terima kasih banyak untuk tante yang telah merawat Siska di sini. "Siska mencium punggung tangan Ifa. Ifa tersenyum sedih dan tak rela jika Siska pergi dari rumahnya. " Sering-sering main ke sini dong ya? " " Kalau sempat tante. "Siska tersenyum menatap Ifa yang tampak tak ikhlas jika dirinya meninggalkan rumah ini. " Tante saya juga berterima kasih, Anda telah merawat adik saya dengan baik. "Niko mencium punggung tangan Ifa juga. Ifa membalas dengan tersenyum saja. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD