Part 17
"Perilakumu di sekolah ternyata begini ya? Papa nyekolahin kamu di sekolah favorit biar kamu jadi anak yang bisa dibanggakan tapi kenyataannya kamu membuat papamu ini malu! "bentak seorang lelaki paruh baya pada seorang gadis remaja yang tengah berdiri di hadapannya sembari menundukkan kepalanya ke bawah.
" Nilai selalu jelek terus buat ulah? Maksud kamu apa hah! "pria baru baya itu mendorong dahi anaknya dengan jari telunjuknya.
"Gara-gara kelakuanmu papah membatalkan meeting papa bersama klien penting, papa benar-benar kecewa sama kamu." pria itu nampak memijitkan pangkal hidungnya yang terasa pusing.
Mereka berdua berada di ruang kepala sekolah dan tak hanya mereka berdua saja melainkan bersama dua keluarga lainnya berada di sini. Ya orang yang kini sedang dimarahi adalah Siska.
"Ayo pulang! "Bram pun keluar dari ruang kepala sekolah mengabaikan tatapan orang yang berada di dalam ruangan tersebut.
Siska mendongakkan wajahnya kembali lalu ia menatap orang-orang yang berada di dalam ruang kepala sekolah ternyata kedua temannya juga sedang dimarahi oleh kedua orang tua mereka masing-masing apalagi Bella yang terlihat menangis sebab dirinya merasa menyesal atas apa yang dilakukannya walau ia tak turut ikut andil dalam hal itu.
Dengan perasaan yang kacau balau, Siska pun keluar dari ruang kepala sekolah itu setelah menatap tajam bu Kinah. Di sana papahnya berbicara pada dua asistennya yang sedari tadi menunggu di depan ruang kepala sekolah, Bram memberikan tas kerjanya pada salah satu asistennya lalu ketika mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya membuat ia langsung menoleh, anaknya tengah menghampirinya.
"Kamu harus diberi hukuman biar jera. Kita bicarakan lagi di rumah. Pulang sana! "Bram mengusir anaknya dengan bentakan yang keras dan untunglah sekarang waktunya pelajaran jika tidak pastinya Siska akan menanggung rasa malu ketika dilihat banyak murid di sini.
" Tapi pah--"
"Kenapa? Mau bantah!" Bram menatap tajam Siska hingga membuat Siska tak mampu lagi berkata, ia melirik ke arah yang ditunjuk papahnya dan di sana seorang supir pribadinya tengah menunggu kedatangannya.
Papahnya baru saja pergi bersama dua asistennya sedangkan dirinya berjalan pelan menuju sopir pribadinya. Saat melangkah tak sengaja dirinya menatap seseorang dari tempat yang tak jauh, di samping pohon besar dekat lapangan basket terlihat jelas Noel tengah berdiri mematung di sana. Siska pun segera membuang pandangannya ke arah lain dan segera berjalan menuju mobilnya. Entah mengapa dirinya semakin kesal pada lelaki itu, lelaki yang membuatnya terkena hukuman skors selama tiga hari.
Mobil yang ditumpangi Siska melaju meninggalkan sekolahannya. Bersamaan dengan itu Noel pun langsung berlari menuju ke ruang kepala sekolah dan ternyata ia bertemu Bella serta kedua orang tuanya yang baru keluar dari ruang kepala sekolah.
"Noel? "sapa sosok pria paruh baya tengah tersenyum ramah menatap Noel.
Noel tersenyum sopan dan mencium punggung tangan kedua orang tua Bella yang mana memang ia sangat kenal sebab tetangganya. Ia juga melirik sekilas ke arah Bella yang wajahnya terlihat murung.
"Maafkan kesalahan Bella dan teman-temannya ya? Tante tidak tau kalau anak tante ini suka usil bahkan sampai merusak benda milik orang lain. "wanita paruh baya itu menatap bersalah pada Noel.
" Om bakal ganti rugi nak, maafkan anak kami. Jangan dendam ya sama anak kami. "
" Noel sudah memaafkan mereka sedari dulu, Noel gak pernah ada rasa dendam sama Bella. "
" Lihatlah Bella! Dia lelaki baik, kenapa kamu malah berbuat hal merugi padanya?! "Lovina-ibu dari Bella itu memukul pelan bahu anaknya.
" Bella sekarang kamu minta maaf pada Noel dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi!"perintah Eril-ayah dari Bella pada anaknya semata wayangnya itu.
"Noel maafin gue ya, "lirih Bella yang merasa bersalah.
" Iya gapapa kok. "Noel tersenyum tipis lalu ia pamit untuk masuk ke dalam ruang kepala sekolah.
Di sana bu Kinah sedang duduk sendiri dan tengah sibuk pada beberapa lembaran kertas yang berserakan di atas meja kerjanya.
Setelah mengucapkan salam, Noel pun menghampiri Bu Kinah yang tersenyum menyambut kedatangannya.
"Ada apa Noel? "
" kenapa bu Kinah ingkar janji sama Noel? "
" Ingkar janji apa yang kamu maksud? "tanya Bu Kinah yang tampak masih belum mengerti maksudnya.
" Bu Kinah kan yang bilang ke mereka tentang cctv itu? "
Bu Kinah menghela napasnya pelan lalu berkata," Biar mereka itu mengerti tentang apa yang dilakukannya itu salah. "
" Bu, saya kan sudah bilang kalau tentang cctv itu tidak usah diperpanjang. Noel sudah memafkan mereka kok bu. "
" Tapi bagi ibu sendiri, mereka itu harus dihukum agar tak mengulanginya lagi. "
" Bu Noel mohon jangan beri mereka hukuman yang berat. "
" Ibu hanya memberi hukuman skors selama dua hari dan selama itu Siska juga diberi tugas agar tak tertinggal mata pelajaran selama di skors. "
" Bu tolong jangan hukum mereka seperti itu."
"Keputusan ibu sudah tidak bisa ganggu gugat, biarlah mereka menjalani hukuman sesuai dengan apa yang diperbuat. "
...
" Bu Ela sepertinya saya tidak bisa kembali ke sekolah karena teman saya tidak mau ditinggal sendiri di rumah sakit. "Fio tengah berbicara pada gurunya lewat ponselnya.
" Iya bu baik, terima kasih. "tak lama setelah itu Fio mematikan ponselnya dan diletakkan di atas meja nakas dekat brangkar.
Fio melirik laki-laki yang tengah kesulitan mengambil potongan buah mangga, gadis itu menghembuskan napasnya kesal lalu mendekat ke arah laki-laki itu.
" Gimana? Sakit kan rasanya? "Fio menatap sinis ke arah laki-laki itu yang duduk di atas brangkar dan di atas pahanya terdapat piring berisikan beberapa potongan buah mangga.
" Help me, please. "Fio merasa aneh pada laki-laki itu yang dulunya senang menatap tajam dirinya dan sekarang ini justru seperti anak kecil yang ingin diberi perhatian.
Fio pun meraih mangkok berukuran sedang lalu memegang sendok dan mulai menyuapi laki-laki itu hingga tak sadar, buah mangga tadi akhirnya dihabiskan.
"ini alamat apartement gue dan ini nomer hp gue. "laki-laki itu memberikan ponselnya pada Fio membuat Fio langsung mengernyitkan dahinya bingung.
" Ngapain sih? Gak penting amat bagi gue. "
" Lo bilang gak penting amat? "Laki-laki itu mulai terlihat emosi pada Fio.
" Iyalah, lo siapa gue? Lo itu orang asing."
"Yaudah, kenalin nama gue Kenzo Julian, gue kelas 12 ipa 1, kapten basket, cowok paling tampan di sekolah. "laki-laki itu menjulurkan tangannya ke hadapan Fio.
" Gue udah tau nama lo, gak usah kenalan pun gue udah tau lo siapa. "
" Lha trus kenapa lo nganggap gue orang asing? "
" Lo bukan temen gue. "
" Yaudah sekarang temenan aja. "
" Idihh, ogah kali temenan sama lo. "Fio beranjak berdiri sembari mengambil tas sekolahnya yang tergeletak di atas meja nakas samping brankar.
" Lo mau kemana? "
" Balik lah. "
" Gue ditinggal sendiri gitu? "tanya Kenzo pada Fio yang terlihat sedang membenarkan tali sepatunya.
" Lha lo mau apa? "
" Pulang juga. "
" Yaudah ayo! "
...
" Ini apartemen lo? "tanya Fio memastikan apakah ini benar apartemen laki-laki songong itu.
" Iya, bukain dong! "suruh Kenzo sambil seraya melemparkan kunci ke arah Fio dan untunglah Fio sangat gesit menerima kunci dari lemparan Kenzo.
Fio mencebikkan bibirnya melihat sikap songong Kenzo lalu membuka pintu perlahan, Kenzo masuk duluan tapi saat menyadari sesuatu ia langsung menoleh ke belakang saat melihat Fio yang masih berdiri di depan kamarnya itu.
"Kenapa lo gak masuk? "
" Dompet gue lo kantongin, gimana gue mau pulang? "Fio merasa kesal pada laki-laki itu, Kenzo tak bawa uang sehingga yang membiayai semuanya ialah Fio. Dari saat Kenzo pingsan, Fio memberi cemilan untuk cowok itu hingga biaya transportasi, itu semua ia tanggung sendiri.
" Oh ya gue lupa, tapi lo jangan pulang dulu. "
" Apa lagi sih? "Fio menghentakkan kedua kakinya, ia sungguh merasa lelah saat ini.
" Makan dulu yuk di sini, baru deh lo pulang. "bujuk Kenzo pada gadis yang selalu memasang wajah jutek itu.
" Dasar! "Fio sebenernya terlihat malas namun karena perutnya yang sudah sangat terasa lapar pun akhirnya menurut saja apa yang dikatakan oleh Kenzo itu padanya.
Ruang apartemen Kenzo sangat terlihat luas dan rapi juga yang membuat Fio heran adalah banyaknya rak buku di sekitar ruangan itu. Buku-buku aneka jenis genre tertata sangat rapih dan Fio yakini jika laki-laki sangat menyukai membaca buku dan sama persis seperti teman sebangkunya di sekolah.
Oh ya ngomong-ngomong tentang Resha, Fio jadi kepikiran temannya itu saat dirinya dekat dengan Kenzo bahkan sampai mengunjungi apartemen Kenzo seperti sekarang ini. Perasaan bersalah pun muncul saat teringat jika Resha sangat mencintai Kenzo tapi ternyata malah dirinya yang dekat dengan Kenzo.
"Malah ngelamun di sini. "tegur Kenzo entah sejak kapan berdiri di sampingnya.
Fio hanya melirik saja lalu kakinya melangkah menuju ruang dapur apartemen Kenzo ini, ia baru sadar sesuatu.
" Mana lauk pauknya? Ini meja kosong. "Fio menatap meja makan yanh terlihat kosong dan hanya diisi vas bunga berada di tengah meja makan itu.
" Ya masak dulu, gue punya beberapa bahan masakan kok. "
" Siapa yang masak kalau gitu! "
" Ya lo lah! "
" Sialan! "spontan Fio memukul bahu Kenzo dengan kasar hingga membuat Kenzo meringis kesakitan.
...
Seorang laki-laki remaja berjalan santai menuju rumahnya, ia pulang sekolah selalu berjalan kaki sebab jarak rumah kostnya ke sekolah sangat dekat. Ketika sampai di rumah, ia terlebih dahulu menaruh tasnya ke atas meja depan jendela kaca besar rumahnya lalu melepaskan sepasang sepatunya serta kaos kaki. Tapi saat ia kembali beranjak berdiri untuk sekedar mengaca dari jendela tak sengaja melihat sosok jubah hitam menutupi seluruh tubuhnya termasuk wajahnya dan yang membuat laki-laki itu bergetar tubuhnya adalah sosok itu membawa sebuah benda tajam ditangannya.
Dilihat dari pantulan kaca jendelanya sosok berjubah hitam itu tengah berdiri di depan pagar rumahnya. Tubuh laki-laki remaja itu bergetar sebab sangat ketakutan dan ditambah lagi suasana sekitar rumahnya sangat sepi. Kemudian mau tak mau ia segera menolehkan kepalanya ke belakang kala sosok itu seperti ingin menerkamnya dari arah sana dan saat pandangannya ke belakang ternyata sosok itu menghilang dengan cepat.
Laki laki itu segera masuk ke dalam rumah dan bersamaan dengan itu ibunya tengah berdiri di hadapannya menatap dirinya khawatir.
"Devan? Kamu kenapa? "tanya Vely pada anaknya yang tiba-tiba saja masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan salam.
Laki-laki remaja itu ialah Devan dengan segera ia langsung memeluk bundanya membuat Vely makin bingung.
" Nak kamu kenapa? "tanya Vely lagi ketika merasakan tubuh Devan bergetar ketakutan.
" Takut bun,"lirih Devan saat memeluk ibundanya.
"Takut apa nak? Cerita ke bunda! "perintah Vely yang sudah sangat khawatir pada anak semata wayangnya itu.
...