Part 5

2198 Words
Judul: Our Story Penname: Niwi Time Link cerita: https://m.dreame.com/n****+/8t7C/Hlj1WWf7FYY0guPgw==.html ________________________________ Part 5 Beberapa menit yang lalu di parkiran sepeda di sekolah SMA Raya, sosok laki-laki memakai kacamata tengah kebingunan di tempat itu. Bagaimana tidak bingung? Melihat sepedanya yang tadi pagi baik-baik saja kini sekarang kedua ban sepedanya telah lenyap entah kemana. Ia sibuk memikirkan sampai tak sadar waktu sudah semakin sore. Ia tak menyangka ada orang se-iseng ini bahkan sangat keterlaluan membuat dirinya marah tapi marah pada siapa? Jika dirinya pun tak tau siapa pelakunya. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang saja walau nantinya ia pasti akan ditanyai seribu pertanyaan dari maminya yang sangat super duper cerewetnya itu. Dengan wajah yang lesu berjalan di koridor sekolah untuk menuju gerbang tapi saat melewati ruang kesehatan tiba-tiba ia mendengar suara memanggil namanya. "Noel! " Ketika ia berbalik ternyata kakak sepupunya yang memanggilnya. ... " Coba jujur sama mami kalau kamu dibully di sekolah! "desak Ifa pada anaknya itu. Ibu mana yang tak terima jika anaknya selalu menjadi korban kejahilan dari seseorang apalagi ini sangatlah parah, ia melihat dua ban sepeda Noel itu hilang entah kemana. " Kenapa kamu bohong sama mami? " " Diem mulu ya! Kalau dikasih pertanyaan itu dijawab! "suara Ifa makin meninggi karena kesal pada anaknya yang terlalu pendiam. Kayden tadinya berada di ambang pintu melihat Ifa memarahi Noel di dalam kamar Noel kini menghampiri sang istri yang sudah emosi dan merangkulnya. " Mi jangan paksa anak kita, kalau memang Noel gak mau cerita ya udah, gak usah dipaksa. Kasian dia. "Kayden mengusap bahu istrinya dan merangkulnya. Kayden merasa heran pada Ifa, tidak biasanya Ifa memarahi anaknya seperti dan sekarang Ifa malah menangis. Hati istrinya saat ini sangat sensitif. " Ayo ke kamar sayang, biarkan Noel belajar." Kayden berusaha membujuk Ifa agar berhenti memarahi Noel. Kayden pernah membaca disalah satu media informasi jika salah satu dampak anak sulit diatur ialah orangtua terlalu mengekang, itulah mengapa dia tak mau melihat Noel merasa terkengkang. "Kamu belajar, biarkan papi yang nenangin mamimu ini. " Noel mengangguk saja dan setelah kedua orangtuanya pergi dari kamarnya barulah dirinya langsung duduk dijendela kamarnya untuk melihat langit biru yang nampak indah walau tak dihiasi germelap cahaya bintang-bintang. "Inilah diriku, inilah sifatku, inilah sikapku dan aku tak bisa mengubah itu semua. Emang salah jika aku anak pendiam? Aku memang begini. "Noel merogoh saku celana dan mengambil sebuah bungkus berbentuk persegi panjang yang di dalamnya terdapat beberapa rokok. Ya diam-diam lelaki itu memiliki kebiasaan buruk disaat hatinya merasa tak tenang seperti ini. Setelah membakar ujung rokok itu, Noel menghisapnya dan menikmati apa yang dilakukannya ini. Tak ada yang tau jika ia memiliki kebiasaan buruk ini kecuali sahabatnya yang memang saat smp ia sudah kecanduan rokok. Noel menatap langit biru yang terlihat indah lalu ketika angin berhembus kencang, ia memejamkan kedua matanya dan merasakan hawa dingin itu. Sekelebat ingatannya tentang seorang gadis cantik memiliki mata yang tajam dan berbentuk sipit, cantik bak seorang model tapi nyatanya gadis itu selalu membullynya. Sejak semasa MOS dulu hingga sekarang selalu memerintahkan dirinya seolah-olah ia adalah pembantunya. Kedua matanya terbuka ketika ia mengingat sesuatu tapi bukan maksud untuk menuduh seseorang melainkan ia hanya menebak saja siapa dalang dibalik sepedanya yang bannya hilang. "Apakah Siska yang melakukan ini? "tanya Noel pada dirinya sendiri. Noel memang bukan anak terlalu pintar tapi ia bisa saja bodoh akan urusan sesuatu, walau ia tampangnya orang cupu tapi bukan berarti dirinya itu kutu buku bahkan untuk membaca buku ia sangat malas. Noel hanya menyukai menulis dan membaca jika perlu saja. Noel langsung beranjak dari duduknya ketika mendengar suara dari ponselnya yang terletak di meja nakas dekat tempat tidurnya. Sebelum mengangkat telepon itu, ia melihat siapa yang menelponnya dan setelah mengetahui jika orang itu temannya barulah ia mengangkat telepon itu. "Halo Put? "tanya Noel sambil mengkerutkan dahinya heran. " Woyy El, lo gak main nih? "tanya seseorang di sana seberang sana, Putra. " Kenapa emangnya? " " Gue pengen main nih, ayo main ke cafe biasanya. " " Lo butuh wifi pastinya kan? "tebak Noel. Noel memanggil teman laki-lakinya Lo-Gue tapi jika pada perempuan ia sudah terbiasa memanggil aku-kamu. " Iya, paketan gue ngadat kan gue pengen main, ayo dong! "Iyaya, gue ganti baju dulu. " " Siap, langsung ke sana ya! " Tak lama kini Noel sudah berganti pakaian, ia memakai jaket denim serta sepatu berwarna biru lalu mengambil dompet dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Noel melirik sebentar ke arah cermin yang tertempel di lemari, setelah penampilannya cukup oke barulah ia keluar dari kamarnya. "Mau kemana kamu? "tiba-tiba muncul papinya sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. " Mau main pi."Noel merapikan rambutnya agar terlihat makin rapi. "Kemana? " " Cafenya tante Karin. " " Yaudah sana! "Kayden mengibaskan kedua tangannya ke depan lalu membalikkan tubuhnya tapi saat ia melangkah, Noel menghentikannya. " Pi pinjem mobil ya? " " Iya. " ... " Hahaha kok bisa sih sepeda lo tinggal badannya doang, gila gila. Tuh sepeda harganya mahal lhoh, dasar anak sultan! "Putra tertawa terbahak-bahak setelah mendengar cerita dari temannya itu. " Hmm gue gak tau harganya berapa, yang beli bukan gue kok. " " Tapi yang jelas, bukan orang kalangan biasa yang punya alat buat lepasin ban sepeda lo. "Putra menyeruput kopi hitamnya sambil memainkan game yang berada diponselnya. Noel menatap sekitar cafe ini yang nampak sangat ramai. Ia tadi sempat bertemu Fio bersama teman temannya sedang mengerjakan tugas kelompok di sini. Kakaknya mengerjakan tugas di lantai dua bersama teman temannya. "Yahh kalah njing! "teriak Putra lalu membanting ponselnya di atas meja membuat beberapa pengunjung di sini menatap ke arah meja mereka. " Mulut lo! "sarkas Noel yang merasa terganggu dengan ucapan kasar dari Putra. " Hehe. "Putra terkekeh pelan lalu kedua matanya membulat tak sengaja menatap seseorang yang dikenalinya berada di meja yang letaknya tak jauh dari meja mereka. " Eh eh itu bukannya Siska ya? "Putra menunjuk seorang gadis tengah bersama seorang lelaki berusia 20 tahunan. Noel yang mendengar nama Siska disebut oleh Putra langsung bertanya," Di mana? Lo jangan bohong! " " Ituloh sama cowoknya! "Putra menarik telinga Noel agar mengikuti arah pandangnya. Noel mengusap telingannya yang terasa panas tapi sepertinya bukan hanya telingannya saja yang memanas melainkan juga hatinya. Hatinya terasa panas melihat sosok gadis yang selalu berkeliaran dipikirannya kini tengah mengobrol sangat asyik bersama seorang pria yang tak dikenalinya. "Cielah tukang bully aja lo naksir. "Putra mengelengkan kepalanya heran menatap Noel yang sekarang sangat murung melihat kedekatan Siska dengan seorang pria. " Apaan sih, gue biasa aja. " " Dari mata, lo gak bisa bohong tapi mulut lo yang bisa bohong. " " Udah ah diem, lo main game kan tujuannya ke sini? Yaudah maen aja sana. " " Enggak ah, mending ngetawain lo aja lebih seru. Duh lo bukan cuman penampilan aja cupu di sekolah tapi nampaknya nyali lo juga cupu. " " Bisa diem gak lo? Gue siram pake jus baru tau rasa ya lo! "Noel sudah memberi ancang-ancang dengan membawa gelas berukuran besar tak peduli jika Putra ialah atlet beladiri. " Woelah santai dong santai. " Akhirnya Putra lebih memilih diam ketika melihat Noel yang hatinya tengah galau, mau ketawa tapi ketawanya jelek membuat dirinya tak jadi ketawa. Putra mulai menggoyangkan tubuhnya ketika mendengar lagu yang sekarang ini lagi tenar-tenarnya dan lagu itu dibawakan oleh band yang tampil di cafe sini. "Entah apa yang merasukimu, hingga kau tega mengkhianatiku yang tulus mencintaimu. Salah apa diriku padamu~~"Putra dengan semangatnya menyanyikan lagu itu tak peduli jika suaranya merdu alias merusak dunia Noel yang makin hancur kemudian ia menarikan lagu itu yang pernah trending disalah satu aplikasi diponselnya. Noel memutar kedua bola mata hitamnya malas melihat temannya satu itu tak ada akhlaknya di tempat umum seperti ini apalagi di sekolah. "Siapa yang mau menyumbangkan suara emasnya di sini? "setelah menampilkan beberapa lagu kini vokalis band tersebut memberi kesempatan bagi para pengunjung yang ingin menyanyi di atas panggung kecil di sana. " Gak ada niatan nyumbang lagu lo El? "tanya Putra pada Noel yang nampaknya asik melihat ponselnya. " Males. " " Ck! Gue kalau jadi lo bangga punya suara bagus. " " Sana nyumbang lagu El! Gue pastikan kalau Siska bakal tertarik sama lo! Cepet! Mumpung Siska ada di sini! Ini kesempatan lo El! "pekik Putra sambil menggoyakan meja yang di tempat dua orang membuat Noel merasa terganggu. " Halah iyaya! "akhirnya Noel mengaku kalah pada temannya itu dan kini ia berjalan menuju ke atas panggung. Banyak orang yang melihatnya ketika ia berjalan menuju naik ke atas panggung dan dari kejauhan Fio melihat adiknya yang nampaknya akan menyanyi lalu Fio memberikan tepuk tangan sekeras mungkin disertai teriakannya memanggil nama Noel dengan lantang. Noel meringis mendengar teriakan kakaknya yang heboh sendiri padahal kakaknya itu juga punya suara bagus tapi jarang menyanyi di cafe milik mamanya sendiri. "Emm ehem hem tes tes, sebelum saya menyanyikan lagu di sini. Saya menyampaikan pesan pada seseorang yang telah lama saya sukai tapi saya masih belum bisa menyampaikan pesan ini padanya secara langsung mungkin lewat lagu ini, saya bisa menghibur para pengunjung di cafe ini sekaligus menghibur hati saya sendiri. "Noel tersenyum tipis lalu seluruh pengunjung kompak bertepuk tangan ketika alat musik mulai dimainkan. Kau ... Diam-diam aku jatuh cinta kepadamu 'Ku ... Bosan sudah 'ku menyimpan rasa kepadamu Tapi tak mampu kuberkata di depanmu Aku tak mudah mencintai tak mudah bilang cinta Tapi mengapa kini denganmu aku jatuh cinta Tuhan tolong dengarkanku beri aku dia Tapi jika belum jodoh aku bisa apa Suara Noel yang sangat indah dan lembut itu mmebuat para pengunjung di sini terhipnotis akan suaranya itu, Noel sempat melirik ke arah Siska yang ternyata memandangnya dari kejauhan lalu dengan cepat ia membuang padangannya ke arah lain. Noel merasa malu ketika mengetahui jika Siska nampaknya menikmati lagu yang dibawakannya ini bahkan terlihat pula Siska ikut menyanyi tapi yang lebih miris dihati, Siska bernyanyi sambil bersenda gurau dengan seorang pria di sampingnya. 'Ku ... Bosan sudah 'ku menyimpan rasa kepadamu Tapi tak mampu kuberkata di depanmu Aku tak mudah mencintai tak mudah bilang cinta Tapi mengapa kini denganmu aku jatuh cinta Tuhan tolong dengarkanku beri aku dia Tapi jika belum jodoh aku bisa apa Tak bisa kupaksakan dirimu 'Tuk jadi kekasihku bila tak jodohku Aku tak mudah mencintai Tapi mengapa denganmu aku jatuh cinta Noel pun menatap kedua mata tajam milik gadis itu yang juga menatapnya, ia memusatkan pandangannya pada gadis, gadis yang berusia 1 tahun lebih tua di atasnya. Siska. Aku tak mudah mencintai tak mudah bilang cinta Tapi mengapa kini denganmu aku jatuh cinta Tuhan tolong dengarkanku beri aku dia Tapi jika belum jodoh aku bisa apa Setelah selesai menyanyikan lagu, Noel pun langsung mengajak tamnnya buru-buru untuk pulang ke rumah. Noel merasa malu karena baru kali ini dirinya bernyanyi di cafe yang sangat ramai apalagi seseorang yang dicintainya juga menontonnya. Benci jadi cinta itu yang dirasakan Noel saat ini. ... "Iko! "teriak seorang gadis remaja memakai sweater dan celana pendek sepaha tengah berlari mengejar adiknya yang jahil padanya. " Hehe akak! "pekik Iko ketika dirinya dipeluk dari belakang oleh kakaknya. " Emm emes emes. "Fio menciumi wajah mungil Iko yang sangat imut itu. " Dah kak dah! "Iko menepuk wajah Fio berulang kali. " Udah dibilang jangan jahil sama kakak, kakak cium nih. "Fio pun menggendong Iko dan sesekali ia mencubit pipi gembul adiknya. Fio berjalan menuju ruang keluarga yang ternyata ada ayahnya menemani Oza yang sedang serius belajar. " Papa! "teriak Iko yang langsung meminta turun dan berlari menghambur ke pelukan papahnya. " Uuh anak papa paling tampan. "Edo menciumi wajah anaknya itu. " Lhah kalau Iko anak tertampan, terus Oza apa pa? "tanya Oza nampak kesal. " Oza juga tampan kok! "seru Fio sambil merangkul adiknya itu. Oza pun memasang tampan keren tapi seketika dirinya merengut kesal mendengar lanjutan ucapan kakaknya itu. " Tampan kalau dilihat dari atas gendung! "Fio pun mendapatkan pukulan dari Oza tapi baginya pukulan itu bukan apa-apa meskipun Oza laki-laki. Edo tersenyum senang melihat interaksi Oza dan Fio yang memang dari dulu tak pernah ada pertengkaran karena saudara tak sedarah, Oza pun juga sudah tau jika kakaknya itu bukan kakak kandungnya tapi ia menyayangi kakaknya layaknya kakak kandung bahkan meskipun kakaknya perempuan, kakaknya selalu melindunginya ketika ia pernah dibully dan pernah dijahili oleh teman-temannya sekolah entah itu SD dan SMP. "Wah pada ngumpul nih? "wanita yang telah melahirkan tiga anak tapi masih terlihat muda itu ikut bergabung bersama mereka bertiga. " Mama! "teriak Iko langsung memeluk mamanya dan meminta gendong. " Cucu ma! "Karin pun duduk di samping Fio yang tengah menonton televisi bersama Edo sedangkan Oza sibuk belajar sesekali dibantu Edo yang berada di sampingnya. Karin menyibak bajunya lalu menyusui Iko, Iko memang baru berusia dua tahun dan masih menyusu padanya. " Mimik cucu hmm? "Fio mengecup kening adik kecilnya itu. " Gimana sekolahmu nak? "tanya Karin pada anak perempuannya itu. " Baik-baik saja ma. " " Gak ada yang jahatin kamu kan? "Ya enggak lah, pastinya orang itu takut sama Fio! "bukan Fio yang menjawab tapi Edo yang langsung menjawab itu disertai kekehannya. " Ih ayah! " " Udah ayahmu suka jahil. Mamah lega aja kalau kamu gak ada masalah di sekolah,"ujar Karin. " Intinya jangan pendam sendiri kalau punya masalah, kamu masih punya orangtua yang pantas diajak curhat," lanjutnya. "Siap ma. " ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD