Part 19
"Telat dua puluh menit. "Kenzo menatap jam tangannya yang melingkar indah dipergelangan tangannya kemudian ia memandang gadis yang ditunggu sedari tadi tengah duduk begitu saja di sebelahnya.
" Ngapain nyuruh gue di sini? "tanya Fio yang merasa malas.
" Nemenin gue makan. "Kenzo mengambil kotak bekal yang berada di atas meja depannya.
" Gitu doang? Yaudahlah gue mau balik ke kelas ajalah. "Fio beranjak berdiri dari duduknya ketika kakinya mulai melangkah, Kenzo menarik tangannya dan menyuruhnya untuk duduk kembali.
" Gue mau makan dan lo harus nemenin gue. "
" Apaan sih lo ini! Kenapa gak minta tolong ke Resha aja! "
" Kalau gue maunya lo, gimana? "Kenzo membuka kotak bekalnya yang ternyata berisi salad buah, ia mulai memakan salah satu buah kesukaannya.
" Lo jangan buat gue merasa bersalah sama Resha, lo gak lihat apa sih? Kalau temen gue itu suka sama lo. "
" Maka dari itu lo harus nurutin kata gue biar gue gak buat temen lo sakit hati. "
" Sebenarnya salah gue apa sih sama lo, lo buat gue berada di situasi sulit kayak gini hah! "Fio mulai frustasi sembari mengacak-acak rambutnya.
" Salah lo itu.... Lo buat gue sakit hati! "Kenzo menatap tajam tepat pada manik Fio.
" Sakit hati? Woyyy lo bangun deh kalau saat ini masih tidur. Kenal lo aja gue kagak gimana hubungannya dengan sakit hati coba? "Fio berdiri dan mengahadap ke arah Kenzo yang masih santai saja sambil memakan salad.
" Udah deh lebih baik lo diem dan nurut kata gue. "
" Gampang banget lo ngomong kayak gitu hah! "bentak Fio yang kini makin emosi melihat Kenzo yang bersikap santai.
" Santai dong, gak usah marah-marah napa sih? Kayak anak kecil."
Plakkk
Tamparan keras mengenai salah satu sisi pipi Kenzo, pipi kirinya terdapat cap telapak tangan Fio juga membekas warna merah. Kenzo terdiam sejenak tapi setelah itu ia menaruh kotak bekalnya di atas meja lalu beranjak berdiri menghadap ke depan Fio.
"Berani sama gue? "Tatapan Kenzo makin tajam dan itu pula tak membuat Fio merasa takut.
" Ngapain gue takut sama lo? "
" Lo kemarin bilang mau kan kalau ada di sisi gue karena gue sakit dan butuh perhatian. "
" Itu kemarin saat gue merasa kasihan sama lo, lagian kan lo punya tuh pacar Devan tuh. Ngapain lo minta ke gue heh? "
" Jangan sebut nama itu di depan gue! "suara Kenzo meninggi hingga membuat Fio tersentak kaget. Bagaimana pun juga laki-laki yang sudah mengeluarkan suara bentakan keras pasti membuat seorang gadis seperti dirinya langsung terdiam.
" Kalau gak mau yaudah! Tapi lihat saja lo bakalan nurut sama gue! "Kenzo menyeringai sinis lalu pergi berlalu meninggalkan Fio yang berdiri mematung di tempatnya.
Tanpa mereka sadari seseorang tengah memperhatikan mereka sedari tadi. Di balik dinding, orang itu tengah memikirkan apa yang diucapkan oleh dua orang itu tadi.
" Sejak kapan Kenzo bisa dekat dengan Fio? "tanya orang itu dalam hati. Ya orang itu adalah Devan yang memang saat mau ke kamar mandi tak sengaja melihat Fio dari kejauhan tiba-tiba berlari menuju dalam belakang sekolah dan itu membuat dirinya sempat khawatir tapi yang membuat dirinya makin bingung adalah saat di sana Fio malah bertemu dan berbincang dengan Kenzo apalagi ketika tadi Devan sempat mendengar suara bentakan dari Kenzo.
Devan sebenernya merasa tak tega jika melihat Fio dibentak seperti itu tapi ia juga tak campur dulu untuk urusan mereka karena lebih baik ia akan mencoba mendekati Fio di saat kondisi yang tepat. Hati kecil Devan juga berkata, tak mau jika Kenzo lebih dulu dekat dengan Fio yang notabenenya Fio adalah cinta pertamanya dulu.
...
"Itu guru les mu, sebagai hukuman kamu tak diperbolehkan keluar rumah sebelum mendapatkan nilai mata pelajaran kimia bagus dan juga kamu harus mendapatkan peringkat satu saat ulangan akhir semester satu nanti,"ujar seorang pria paruh baya yang tengah memperkenalkan seorang wanita muda yang berdiri di sampingnya pada anaknya.
Seorang gadis berkuncir kuda itu menatap malas wanita muda yang dibawa papahnya untuk menjadi guru les privat padanya. Papahnya masih sama yaitu memaksakan dirinya agar putrinya sepertinya.
"Pah mendapatkan peringkat satu itu sangat sulit bagi Siska. Kenapa papa sangat berambisi sekali? "tanya Siska yang mulai jenuh pada sikap papahnya. Ini sudah ke dua puluh guru privat dari papanya untuknya.
" Sudah jangan membantah dan jangan buat papah emosi di saat mood papah lagi baik sekarang. "Bram menghela napasnya pelan.
" Mulai les nanti malam dan untuk ponselmu, papah sita sampai hukuman skorsmu selesai. "Dengan mudahnya Bram mengadahkan tangannya tepat di depan Siska.
Siska menyerahkan ponselnya begitu saja sebab ia tak mau jika membuat papanya makin marah dan pada akhirnya main tangan kepadanya.
" Untuk browsing kamu bisa pakai komputer papa, tapi gunakan dengan bijak! "
"Iya pa."
Siska pun menuju kamarnya setelah urusannya dengan papa telah selesai. Kedua matanya tiba-tiba berkaca-kaca kala melihat foto pernikahan papanya dan mendiang mamanya terpanjang sangat indah di dinding kamarnya yang terletak di atas televisi. Di saat dirinya terkena amukan papahnya atau hatinya saat sedih selalu saja yang diingat olehnya adalah kata-kata lembut dari mamahnya yang selalu membuat perasannya kian membaik. Mamahnya memang memiliki wajah yang terlihat tak bersahabat tapi hati mamanya baik serta tutur kata mamahnya lembut berbeda dengan dirinya yang memiliki sifat dan wajah galak tapi ia memilki sisi hati yang sangat rapuh.
"Siska rindu mama."
Hanya kalimat itu yang bisa diucapkan oleh gadis berusia enam belas tahun itu ketika mendapati foto mamanya yang tengah tersenyum lebar menghadap kamera.
"Siska capek ma hidup ditekan seperti ini, Siska ingin nyusul mama ke sana. "Siska teringat dirinya hampir saja koma selama tiga bulan karena kecelakaan, itu memang disengaja oleh Siska sebab merasa frustasi namun yang membuatnya bangun dari koma adalah mamanya yang berada di alam lain memarahi dirinya. Oleh karena itu, Siska berhenti menyiksa diri tapi tetap saja hatinya terus saja tergores luka yang menganga entah siapa yang berhasil menyembuhkannya.
"Siska ingin bahagia dan bebas. "itulah keinginannya sejak mamahnya masih hidup, kematian mamahnya malah membuatnya semakin tersiksa batin maupun fisik. Papahnya berbuat semena-mena padanya dan juga pada mendiang mamahnya dulu. Mamahnya meninggal karena ulah papahnya dulu yang sering selingkuh di belakang mamahnya dan hasilnya belum ada satu bulan meninggalnya mama, papa malah menikah dengan wanita yang sekarang menjadi mama tirinya.
"Kenapa Siska tidak ditakdirkan hidup bahagia seperti teman Siska yang lain? Siska ingin merasakan bagaimana rasanya dimanja kedua orang tua, keluarga hidup rukun dan damai. Memiliki orang tua yang mendukung apapun keinginan anaknya selama itu positif. "gadis itu memiliki cita-cita menjadi perias dan perancang busana namun saat dirinya berkeinginan khusus dibidang itu, papahnya malah marah padanya dan menolak semua keinginannya itu.
Papahnya menginginkan dirinya harus sepertinya, menjadi pengusaha dibidang kimia yaitu pemilik usaha parfum yang sangat terkenal di negara yang terkenal dengan julukan negeri tirai bambu itu.
Siska mengambil buku sketsanya, ia membuka buku itu yang telah lama menemaninya sejak saat dirinya masih di sekolah dasar. Di sana terdapat coretan indah hasil karyanya dan beberapa lagi karya yang ia buat tak terhitung jumlahnya. Ia memang sangat suka menggambar dress bahkan sering merias wajah kedua temannya. Teringat kedua temannya, ia memang sengaja bilang pada kepala sekolah jika yang paling pantas dihukum adalah dirinya. Biarlah ia yang menanggung semuanya sendiri, ia sudah terbiasa dengan keadaannya yang seperti ini.
Tok tok tok...
Suara ketukan pintu dari arah luar kamarnya membuat Siska yang tadinya asik menggambar sesuatu pun langsung segera membereskan peralatan gambar di laci meja belajarnya.
"Kak Nico? "kedua mata Siska menatap berbinar kala ternyata yang mengetuk pintu ialah Nico.
" Sayang, kamu udah makan? "tanya Nico yang langsung masuk ke dalam kamarnya Siska serta tak lupa menutup kembali pintu kamar Siska.
" Sudah kak. "
" Yahh kakak telat dong bawainnya. "desah Nico yang merasa percuma jika membawa makanan untuk Siska yang ternyata Siska sudah makan.
" Emang kakak bawa apa sih? "tanya Siska yang kedua matanya langsung tertuju pada kantong plastik yang dibawa oleh Nico.
" Nih ya, kakak bawa pangsit tapi ternyata kamu sudah makan. "
(pangsit: mie ayam)
" Gapapa kok kak, Siska mau makan pangsit. "
Ucapan Siska membuat Nico tersenyum misterius tanpa Siska tau.
" Yaudah kakak yang ngambil mangkok di dapur ya, kamu tunggu di sini dulu. "
" Biar Siska aja gapapa kok kak. "
" Gak usah, lebih baik kamu di sini aja. "
" Yaudah deh kak. "
Nico pun keluar dari kamar Siska.
" Kesempatan bagus ini. "Nico melirik sekitar dan bertanya pada asisten rumahnya jika Bramasta dan mamanya tengah keluar rumah. Nico tersenyum licik sambil mengeluarkan satu butir obat yang nantinya akan dicampurkan pada makanan Siska.
...
Siska memakan pangsit itu dengan lahapnya sesekali gadis itu tersenyum menatap kakaknya yang juga sedang makan pangsit.
"Makan kayak anak kecil nih, belepotan. "Nico membersihkan sekitar bibir mungil Siska yang belepotan.
Kedua sisi pipi Siska memerah atas apa yang dilakukan Nico padanya.
" Bulshing nih ciyee. "Nico malah mencubit kedua pipi Siska pelan.
" Apaan sih kak! "Siska memukul bahu Nico pelan.
" Oh, btw kita sudah pacaran hampir berapa tahun ya kira kira."wajah Nico terlihat seperti memikirkan sesuatu.
"Ihh masak kakak lupa tanggal jadian kita. "
" Enggak kok kakak masih inget dan oh ya sebentar lagi anniv kita yang ke 3 tahun lhoh. "
" Tapi kak... "Siska meringis ketika tiba-tiba kepalanya terasa pusing bahkan saat melihat sekitar pun mulai buram.
" Eh Siska kamu kenapa? "raut wajah Nico terlihat khawatir kala Siska tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya ke lantai.
" Pusing, "lirih Siska dengan suaranya yang pelan lalu kedua matanya tepenjam tak sadarkan diri.
" Berhasil, "gumam Nico seraya menyeringai iblis melihat mangsanya telah terbaring di depannya.
Nico pun langsung menggendong tubuh Siska dan dibaringkan di atas kasur. Nico menatap binar pada tubuh Siska yang terlihat mulus bahkan tangannya sudah merayap kemana-mana.
"Putih bersih, mulus ohh s**t! "umpat Nico ketika melihat betapa seksinya tubuh kekasihnya itu yang suka berpakaian terbuka.
" Dia wanita yang gampang ditipu dan dengan bodohnya sedari dulu ia selalu memakai pakaian yang tembus pandang dan itu juga tepat di depannku. Kamu pikir aku lelaki yang tak punya nafsu gitu? Kamu salah sayang, justru dengan berpakaian seperti itu membuat nafsuku makin naik. "tangan Nico merayap ke tubuh Siska bagian atas.
Tapi saat tangannya hampir saja membuka kancing baju Siska, terdengar seseorang mengetuk pintu kamar Siska.
" Den Nico ada di kamar nona Siska? "tanya seorang asisten rumahnya itu dengan suara yang sedikit keras.
" Iya bi, ada apa? "Nick mengumpat lagi di dalam hatinya kala nafsu makin... Err
" Den Nico dicari teman-temannya di bawah."
Nico memejamkan kedua matanya saat teringat jika hari ini ia ada janji bersama teman-temannya.
"Argh kenapa bisa lupa sih! "
...
" Halo? Ini siapa? "tanya Fio yang baru saja selesai mandi dan dirinya belum berganti pakaian. Fio juga heran pagi-pagi sekali ponselnya berdering bertanda ada panggilan masuk.
" Ini tante Fara, maminya Resha. "
Fio mengernyitkan dahinya bingung," Oh tante Fara, ada apa tante? "
" Resha sakit Fi, tante minta tolong titip surat ya. Nanti sopir Resha ke rumah kamu. "
" Oh baik tante, "ucap Fio.
" Terima kasih, Fio. "
" Sama-sama tante. "
Fio merasa aneh pada Resha padahal kemarin temannya itu terlihat baik-baik saja dan tak ada gejala sakit.
Fio segera memakai seragam sekolahnya kemudian berjalan menuju dapur yang di sana terdapat Edo, Karin, Iko serta Oza yang telah menunggunya.
" Nah kak Fio sudah datang, yuk kita sarapan. "Karin pun mulai menyiapkan nasi untuk suaminya serta anak-anaknya.
Beberapa menit kemudian...
Fio sudah sampai di sekolah setelah diantar oleh Edo. Ia sebenarnya ingin menaiki motor sportnya namun berhubungan Oza yang ingin menaiki motornya membuat dirinya mengalah walau sebenarnya Edo sudah menegur adiknya itu. Fio bersyukur memiliki ayah tiri yang baik dibanding anak-anak lainnya yang bernasib sama.
Kini kedua kaki jenjangnya melangkah menuju kelasnya yang lumayan jauh juga. Saat dirinya akan menyupel kedua telinganya dengan heandset serta pandangannya ke bawah, ia hampir saja di tabrak motor dari arah berlawanan.
"Naik motor jangan ngawur dong! "pekik Fio secara spontan sambil memukul motor bagian depan, tak peduli jika telapak tangannya memerah.
" Berhenti mukulin motor gue! "orang yang menaiki motor itu pun melepaskan helm full facenya dan menatap tajam pada Fio.
" Lo? Lo lagi, lo lagi! "
" Gimana? Temen lo gak masuk kan hari ini? "
Mendengar ucapan itu membuat Fio langsung berpikir.
" Jadi.. "
" Ya temen lo gak masuk karena kehujanan kemarin. Sorry gue tinggal sendirian di taman. "Laki-laki itu tersenyum miring.
" Lo tega ya! "teriak Fio tak memperdulikan beberapa murid yang melintas melihat dirinya aneh.
....