Olivia Gagal Menjodohkan Cinka

1218 Words
Damar merasa tidak enak karena teman yang ia bawa tak jadi berkenalan dengan Cinka. Karena itu, Damar protes pada Olivia atas sikap sang kakak yang dinilai terlalu sombong dan tidak mau menghargai lelaki yang ingin mendekatinya. Namun, Olivia tak bisa berbuat apa-apa karena ia tak bisa memaksa kakaknya. “Kamu gimana sih? Aku kan jadi gak enak sama temenku. Dia sampai batalin meeting sama kliennya demi buat ketemu kakak kamu. Tapi sikap kakak kamu malah kayak gitu. Kesannya kakak kamu terlalu sombong dan gak mau menghargai laki-laki yang pengen kenal sama dia,” ucap Damar. “Bukan cuma kamu, aku juga ngerasa gak enak sama temen-temen aku yang udah dateng tadi. Tapi mau gimana lagi? Aku gak bisa maksa kak Cinka untuk kenalan sama orang yang mau kita kenalin sama dia,” ucap Olivia. “Mendingan kita gak usah cariin jodoh buat kak Cinka deh,” ucap Damar. “Kalau kita gak cariin jodoh buat kak Cinka, nanti kita gak nikah-nikah dong. Kamu tahu sendiri kan kalau wasiat orang tuaku minta kak Cinka dulu yang nikah baru adik-adiknya,” ucap Olivia. “Tanpa kita ngejalanin wasiat orang tua kamu juga gak masalah,” ucap Damar. Olivia berkata, “Kalau kita gak ngejalanin wasiat orang tuaku, nanti harta warisan orang tuaku gak dibagi dong.” “Aku gak peduli sama harta warisan itu. Yang aku pedulikan adalah kita cepet nikah tanpa mikirin harta warisan orang tua kamu!” ucap Damar. Olivia mengatakan, “Beb, harta orang tuaku itu banyak. Kalau harta warisan itu dibagi bisa membantu perekonomian kita setelah menikah nanti. Kita bisa pakai harta warisan itu untuk membangun bisnis yang besar, kita bisa hidup mewah, dan kita gak perlu takut akan kekurangan uang.” “Beb, aku cinta sama kamu dan aku yakin kalau kamu juga cinta sama aku. Sebelum menikah, kita juga harus memikirkan bagaimana kehidupan setelah menikah nanti. Aku sudah biasa hidup mewah dan aku gak mau nanti hidup miskin kalau aku gak dapat sepeserpun harta warisan orang tuaku,” imbuhnya. “Aku harap kamu ngerti ya. Apa yang aku lakukan ini juga bukan cuma buat aku kok tapi buat kamu juga. Karena kalau harta warisan orang tuaku dibagi kan bisa kita nikmati berdua,” pungkasnya. Awalnya, Damar ingin cepat-cepat menikah karena ia sudah tak sabar ingin membina rumah tangga bersama wanita yang ia cinta. Disamping itu, Damar juga merasa ketinggalan karena beberapa teman sesama fotografernya sudah banyak yang menikah, sehingga Damar juga ingin cepat menikah. Namun, setelah mendapat penjelasan dari Olivia, Damar akhirnya mau bersabar. Jika saja Damar memiliki banyak uang, tentu ia tak peduli bahkan tak perlu harta warisan orang tua Olivia. Akan tetapi, Damar tak memiliki uang banyak bahkan tabungannya juga tidak seberapa. Damar hanya seorang fotografer freelance, sehingga penghasilannya tidak menentu. Dengan penghasilan tidak menentu, tabungan tidak seberapa, dan aset berharga juga tidak punya, bisa-bisa kondisi perekonomian rumah tangganya nanti akan sulit. Oleh sebab itu, Damar tak punya pilihan lain selain menuruti keinginan Olivia. “Ya udah aku ngikut aja baiknya gimana. Kalau itu yang kamu mau dan itu yang terbaik buat kita, kenapa enggak? Aku pasti setuju,” ucap Damar. “Nah gitu dong. Makasih ya kamu udah ngertiin aku,” ucap Olivia. “Gak perlu bilang makasih karena apa yang kamu inginkan itu kan demi kebaikan kita bersama,” ucap Damar. “Aku sayang banget sama kamu,” ucap Olivia memeluk Damar. “Aku juga,” ucap Damar tersenyum. ***** Setelah Damar pulang, Olivia pergi ke kamar Cinka. Olivia ingin Cinka membuka hati kepada siapapun pria yang ingin mendekatinya. Olivia ingin Cinka melupakan semua kejadian buruk di masa lalunya. Hal ini karena Cinka berhak bahagia tanpa bayang-bayang masa lalu. “Kak,” ucap Olivia masuk ke dalam kamar Cinka yang tidak dikunci. “Masuk ke kamar orang tanpa ketuk pintu dulu itu gak sopan,” ucap Cinka. Olivia berkata, “Habisnya kalau aku ketuk pintu dulu gak kakak bukain sih, jadi aku masuk aja ke kamar kakak.” “Tau gitu tadi aku kunci aja pintunya,” ucap Cinka. “Kak, aku mau ngomong penting sama kakak. Aku…,” ucap Olivia tetapi dipotong oleh Cinka. “Sepertinya aku udah tau kamu mau ngomong apa,” ucap Cinka. “Kak, aku mau kakak mulai buka hati kakak. Kakak berhak bahagia tanpa bayang-bayang masa lalu yang menghantui kakak. Ayo kak bangkit dari masa lalu jangan biarin masa lalu bikin kakak gak punya masa depan,” ucap Olivia. “Gak punya masa depan? Memangnya kamu pernah melihat masa depanku sampai-sampai kamu bilang aku gak punya masa depan?” tanya Cinka dengan nada tinggi. “Kita ini perempuan kak, kita gak bisa hidup tanpa laki-laki. Sebanyak apapun uang yang kakak punya gak akan pernah bisa membeli peran laki-laki di hidup kakak. Aku pengen kakak mulai menerima kehadiran laki-laki di hidup kakak biar masa depan kakak lebih bahagia,” ucap Olivia. “Aku gak pernah mencampuri kehidupan kamu dan aku harap kamu juga gak perlu repot-repot mengurusi hidup aku,” ucap Cinka. Olivia berkata, “Sebagai adik, aku pengen yang terbaik buat kakak. Aku ingin melihat kakak seperti wanita dewasa di luar sana yang menikah, punya anak, dan berkeluarga dengan bahagia.” “Kita berjalan sesuai garis hidup kita masing-masing. Kamu beruntung bertemu satu laki-laki yang sangat menyayangimu, dia gak pernah mengkhianati kamu, bahkan dia juga gak pernah memanfaatkan kelebihan yang kamu punya. Sedangkan aku? Aku gak seberuntung kamu. Aku berkali-kali bertemu laki-laki tapi aku sama sekali tidak pernah menemukan ketulusan dalam diri mereka!” ucap Cinka. “Kisah cinta menyakitkan yang aku alami di masa lalu udah cukup bikin aku kecewa, sakit hati, dan berhenti mencari cinta lelaki lagi. Aku bisa hidup bahagia tanpa pria, aku bisa hidup mandiri tanpa bantuan laki-laki, dan aku yakin aku bisa bahagia dengan diriku sendiri. Aku harap kamu ngerti dan stop ngenalin aku ke cowok manapun itu,” imbuhnya. “Dengerin aku dulu kak. Apa yang aku lakukan sama kakak itu demi kebaikan kakak,” ucap Olivia. “Kebaikan aku atau kepentingan kamu? Kamu pikir aku gak tahu kalau tujuan utama kamu pengen aku menikah karena kamu gak mau kehilangan harta warisan orang tua kita kan? Sekali lagi aku tekankan sama kamu kalau aku gak mau nikah! Aku tetap bisa bertahan hidup dengan jerih payahku sendiri tanpa mengharap warisan orang tua,” ucap Cinka. “Kakak jangan egois dong. Kakak harus mikirin kehidupan aku, Sarah, dan Zoya nantinya gimana,” ucap Olivia. “Kamu kan udah kerja. Kamu pasti bisa lah menghidupi diri kamu sendiri,” ucap Cinka. “Tapi gimana dengan Sarah yang masih kuliah dan Zoya yang masih sekolah? Mereka butuh biaya kak,” ucap Olivia. “Kamu gak usah khawatir karena aku masih mampu membiayai biaya kuliah Sarah dan biaya sekolah Zoya. Mereka tetap bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya tanpa harus mengandalkan warisan orang tua kita,” ucap Cinka. “Duh.. Harus cari alasan apa lagi ya supaya bisa bikin kak Cinka mikir untuk nikah,” batin Olivia. “Udah deh. Mendingan kamu keluar dari kamarku sekarang,” ucap Cinka menarik tangan Olivia dan menyuruhnya keluar. “Kak, dengerin aku dulu kak. Aku belum selesai ngomong sama kakak,” ucap Olivia. “Tapi aku udah selesai ngomong sama kamu. Aku udah tahu arah pembicaraan kamu jadi sebaiknya kita akhiri aja obrolan yang gak penting ini,” ucap Cinka mengeluarkan Olivia dari kamarnya kemudian menutup pintu kamarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD