Ketemu Calon Ipar

1976 Words
Ketika jam pulang tiba, Badi menawarkan untuk mengantarkan Zoya pulang. Namun, Zoya menolak. Meskipun begitu, Badi terus saja menawari Zoya agar mau diantarkan pulang olehnya. Agar tidak dipaksa secara terus menerus, Zoya lebih memilih pulang bersama dengan Pandu. “Sebagai tanda permintaan maafku, aku anterin pulang ya. Aku jamin kamu pulang dengan aman dan selamat sampai rumah kamu,” ucap Badi berbicara dengan Zoya diatas motornya. “Gak usah repot-repot aku bisa pulang sendiri,” ucap Zoya. “Ayolah Zoy aku anterin pulang ya. Gratis kok,” ucap Badi. “Aku bilang enggak ya enggak. Kenapa sih kamu gak pulang sendiri aja. Lagian kamu kan udah janji gak bakal ganggu aku lagi,” ucap Zoya. “Siapa yang ganggu kamu sih Zoy? Niatku baik kok. Aku cuma mau nganterin kamu pulang,” ucap Badi. “Tapi kan aku udah bilang kalau aku gak mau. Jangan maksa dong!” ucap Zoya. “Aku gak maksa, aku cuma ngajak kamu. Ya kalau kamu gak mau berarti kamu harus mau,” ucap Badi. “Itu namanya maksa!” ucap Zoya. “Aku cuma gak mau kamu pulang sendirian,” ucap Badi. Saat berjalan, Zoya melihat ada Pandu keluar dari tempat parkir. Zoya pun meminta Pandu mengantarkannya pulang agar ia tak terus dipaksa oleh Badi. “Ada bang Pandu tuh. Aku nebeng bang Pandu aja biar gak digangguin sama Badi terus!” batin Zoya. “Siapa bilang aku pulang sendirian. Aku pulang sama bang Pandu kok,” ucap Zoya. “Bang Pandu!” ucap Zoya berteriak memanggil Pandu lalu menghampirinya. “Eh ada kamu Zoy. Udah waktunya pulang nih?” tanya Pandu pada Zoya. “Iya bang. Aku nebeng sama abang ya,” ucap Zoya. “Boleh-boleh aja sih tapi abang mau ke pasar dulu. Kamu mau ikut ke pasar dulu baru abang anterin pulang?” tanya Pandu. “Gak apa-apa bang. Yang penting aku pulang sama abang,” ucap Zoya. “Ya udah ayo,” ucap Pandu. “Mas tukang kebun ngalah kek sama yang lebih muda. Biarin Zoya pulang sama saya,” ucap Badi. “Kamu tanya aja sama Zoya. Dia mau pulang sama kamu atau sama saya,” ucap Pandu. “Aku mau pulang sama abang aja,” ucap Zoya. Badi turun dari motor, lalu menarik tangan Zoya “Pulang sama aku aja dong Zoy. Kenapa sih susah banget berbuat baik sama kamu,” ucap Zoya. “Kalau kamu mau berbuat baik sama aku, jangan ganggu aku!” ucap Zoya berusaha melepaskan tangannya dari Badi. “Heh! Lepasin tangan Zoya. Jangan macam-macam sama Zoya atau kamu berhadapan dengan saya!” ucap Pandu. “Mas apaan sih, gak usah ikut campur deh. Mas tuh cuma tukang kebun!” ucap Badi. “Saya calon kakak iparnya Zoya. Jadi saya berhak ikut campur. Saya gak mau siapapun termasuk kamu mengganggu atau bahkan menyakiti Zoya!” ucap Pandu. “Calon kakak ipar? Hahaha ngaco banget,” ucap Badi. “Badi, jangan kurang ajar ya! Apa yang bang Pandu katakan itu bener. Lagian kamu kenapa sih jadi orang nyebelin terus. Padahal kan kamu udah janji kalau kamu gak akan bikin aku sebel lagi,” ucap Zoya. “Berapa kali sih Zoy aku bilang sama kamu. Kalau maksud aku itu baik, aku cuma mau nganterin kamu pulang. Menurut aku itu bukan suatu tindakan yang menyebalkan,” ucap Badi. “Berapa kali juga sih aku bilang sama kamu kalau aku gak mau kamu anterin pulang. Tindakan memaksa orang lain itu menyebalkan!” ucap Zoya. “Tuh kamu denger sendiri kan, Zoya ngomong apa? Mendingan sekarang kamu pulang sendiri dan biarkan Zoya pulang sama saya!” ucap Badi. “Baiklah. Terserah kamu aja!” ucap Badi menghidupkan motornya dan bergegas untuk pergi. Di Rumah Malam ini, Cinka dan adik-adiknya sedang berkumpul di ruang keluarga. Akan tetapi, mereka sibuk sendiri-sendiri. Cinka membaca buku, Olivia membaca majalah, Sarah menonton televisi, dan Zoya bermain ponselnya. Ketika sedang membuka sosial media, Zoya melihat temannya merayakan pesta ulang tahun yang ke-17 tahun. Melihat hal tersebut, Zoya teringat bahwa sebentar lagi ia juga berulang tahun. Tentu saja Zoya juga menginginkan hal yang sama. Zoya ingin ulang tahunnya yang ke 17 tahun dirayakan. “Keren banget nih acara ulang tahunnya Angel yang ke-17 tahun. Pokoknya ulang tahunku yang ke-17 tahun nanti harus dirayakan,” batin Zoya ketika melihat beberapa foto temannya merayakan ulang tahun. Zoya mendekati kakak-kakaknya dan duduk di tengah-tengah mereka, Cinka mengatakan “Kamu apaan sih dek. Udah bagus duduk disana kok malah nyusul kita disini,” “Tau nih. Sofanya kan cuma muat bertiga. Kalau kamu duduk disini jadinya sempit,” ucap Olivia. “Aku mau ngomong penting sama kalian,” ucap Zoya. “Ya udah kalau mau ngomong. Kamu berdiri biar kita dengerin. Kalau kamu ngomong disini kita gak fokus dengernya,” ucap Sarah. “Mau disini atau disana kan sam aja kak,” ucap Zoya. “Kalau disini kita kesempitan. Udah kamu berdiri aja ah,” ucap Olivia. “Ya udah deh,” ucap Zoya kemudian berdiri. “Nah gini kan lega jadinya,” ucap Sarah. “Sekarang kamu mau ngomong apa? Buruan ngomong,” ucap Cinka. “Jadi gini kak, temen aku kan ulang tahun yang ke-17. Nah pestanya tuh meriah banget sampai mengundang penyanyi terkenal, banyak tamu undangan, dan..” belum sempat melanjutkan sudah disanggah oleh Sarah. “Langsung to the point aja deh, gak usah muter-muter gitu ngomongnya. Langsung ke intinya aja maksud kamu apa?” tanya Sarah. “Sebentar lagi kan aku ulang tahun yang ke-17 tahun dan aku mau ulang tahunku dirayakan seperti teman aku itu,” ucap Zoya. “Daripada kamu merayakan ulang tahun kayak gitu, mending kamu merayakan ulang tahun sama kakak-kakak kamu ini. Kita bisa merayakan ulang tahun kamu di puncak atau tempat mana aja yang bagus sekaligus quality time,” ucap Cinka. “Setuju-setuju. Pasti seru tuh apalagi kalau di puncak,” ucap Sarah. “Enggak, enggak. Aku gak setuju!” ucap Zoya. “Kenapa gak setuju sih? Padahal seru tahu,” ucap Olivia. “Aku kan ulang tahun yang ke 17 tahun, sweet seventeen gitu loh. Masa dirayakan sama keluarga lagi kayak tahun-tahun sebelumnya. Aku pengen kayak temen-temenku yang lainnya kak. Ulang tahunnya yang ke 17 tahun dirayakan secara meriah dan mengundang teman-teman bukan cuma keluarga aja,” ucap Zoya. “Dek, yang namanya ulang tahun itu sama aja. Mau kamu ulang tahun yang keberapa itu gak ada bedanya,” ucap Olivia. “Kak, 17 tahun kan usia yang spesial. Makannya aku juga mau ulang tahunku yang ke 17 tahun dirayakan dengan spesial juga,” ucap Zoya. Cinka mengatakan, “Ya udah deh kalau itu mau kamu, kakak turuti.” “Yeay! Serius kak?” tanya Zoya. “Tapi ada syaratnya,” ucap Cinka. “Apa syaratnya?” tanya Zoya. “Pesta ulang tahun kamu yang ke 17 tahun dirayakan di rumah aja,” ucap Cinka. Zoya mengatakan, “Yah! Kok dirumah sih kak? Aku pengennya acara ulang tahunku dirayakan di hotel, restaurant, atau taman gitu.” “Mau dirayakan dimana juga sama aja. Mau ulang tahun kamu dirayakan di hotel, restaurant, atau tempat manapun juga gak akan mengubah usia kamu. Intinya dimanapun tempatnya usia kamu tetep 17 tahun,” ucap Olivia. “Kalau itu sih aku juga tahu tapi kalau dirayakan di hotel atau restoran kan kelihatan mewah gitu kak. Malu dong sama temen-temenku kalau pesta ulang tahunku biasa aja,” ucap Zoya. “Jangan salah, dirayakan di rumah juga bisa mewah dan meriah kok. Tenang aja kita bisa kok bikin pesta ulang tahun kamu mewah dan meriah meskipun hanya dirumah aja,” ucap Cinka. “Betul tuh. Kita bertiga bakal bikin acara ulang tahun kamu super meriah,” ucap Sarah. “Gimana caranya? Kasih tahu dulu dong,” ucap Zoya. “Soal dekorasi biar kakak dan Pandu yang ngatur,” ucap Cinka. “Ada pengisi acaranya gak?” tanya Zoya. “Jangan khawatir kan ada Tomi,” ucap Sarah. “Bisa apa kak Tomi?” tanya Zoya. “Tomi kan anak band. Nanti kakak bakal nyuruh Tomi dan temen-temennya manggung di acara ulang tahun kamu,” ucap Sarah. “Terus foto-fotonya gimana?” tanya Zoya. “Jangan khawatir kan ada Damar. Nanti biar Damar yang jadi fotografernya,” ucap Olivia. “Pokoknya kamu tenang aja. Kita jamin pesta ulang tahun kamu bakal mewah dan meriah. Kamu persiapkan diri kamu aja. Oke,” ucap Cinka. “Bener ya? Awas bohong loh,” ucap Zoya. “Enggak. Udah deh percaya aja sama kakak,” ucap Cinka. ***** Hari ini Cinka, Olivia, dan Sarah memanggil pacar-pacar mereka masing-masing untuk datang membantu mempersiapkan pesta ulang tahun Zoya. Untungnya, pacar-pacar mereka tidak sibuk dan bisa datang untuk membantu mensukseskan acara ulang tahun Zoya yang ke 17 tahun. Tomi datang duluan tetapi ia tak langsung masuk ke dalam rumah Cinka, melainkan menunggu kedatangan Damar. Kebetulan keduanya sudah lama saling kenal, sehingga mereka sudah akrab. Beberapa saat kemudian, Damar baru datang dengan mengendarai mobilnya. “Bro!” ucap Tomi menyapa Damar. “Udah disini aja lo,” ucap Damar. “Iyalah, kan gue nungguin elo.” ucap Tomi. “Kenapa gak masuk duluan aja,” ucap Damar. “Gak enak bro. Didalem cewek-cewek semua. Jadi gue nungguin elo aja biar bisa barengan,” ucap Tomi. “Haha lo kayak sama siapa aja. Lagian ini kan rumah pacar lo dan lo juga udah sering ke rumahnya. Jadi santai ajalah gak usah canggung gitu,” ucap Damar. “Bukan canggung tapi gak enak aja,” ucap Tomi. “Btw, mobil lo, lo taruh dimana? Kok gak kelihatan,” ucap Damar. “Ada tuh disitu,” ucap Tomi menunjuk mobilnya di pojok halaman rumah Cinka. “Oh disitu. Ya udah masuk sekarang aja yuk,” ucap Damar. “Yok,” ucap Tomi. Ketika hendak masuk, Tomi dan Damar melihat seorang pria yang tidak mereka datang ke rumah Cinka dengan mengendarai motor. Ya, pria tersebut adalah Pandu, pacar Cinka. Hanya saja mereka belum mengenal Pandu, sehingga mereka tidak tahu siapa Pandu dan apa hubungannya dengan Cinka. “Eh siapa tuh,” ucap Damar ketika melihat kedatangan Pandu. “Kurir kali,” ucap Tomi. “Kayaknya bukan deh soalnya dia gak bawa barang,” ucap Damar. “Mungkin tukang listrik,” ucap Tomi. “Gak deh kayaknya. Tukang listrik kan biasanya bawa mobil gak motor kayak gitu,” ucap Damar. “Apa mungkin bank keliling?” tanya Tomi. “Makin gak mungkin lagi. Kak Cinka kan orang kaya jadi gak mungkinlah dia punya hutang. Nih ya punya hutang di bank konvensional aja gak mungkin apalagi hutang di bank keliling. Ngaco emang lo,” ucap Damar. “Habisnya penampilannya kayak bank keliling. Tuh lihat aja dia bawa tas, pakai jaket, terus motornya motor bebek. Biasanya kan penampilan bank keliling kayak gitu,” ucap Tomi. “Lo mikir dong ya kali kak Cinka punya hutang di bank keliling. Gue yakin dia bukan bank keliling,” ucap Damar. “Daripada penasaran mending kita samperin aja,” ucap Tomi. ****** Tomi dan Damar menghampiri Pandu, lalu bertanya “Mau cari siapa mas?”  “Saya mau ketemu yang punya rumah ini,” ucap Pandu. “Mau ketemu yang punya rumah ini. Memangnya ada urusan apa mas sama yang punya rumah ini?” tanya Damar. Tak lama kemudian, Cinka datang dan menghampiri mereka “Loh kalian udah saling kenal?”  “Memangnya dia siapa kak?” tanya Tomi. “Tomi, Damar, kenalin dia Pandu. Dia pacar aku. Pandu kenalin ini Damar, pacarnya Olivia. Dan ini Tomi pacarnya Sarah,” ucap Cinka mengenalkan mereka. “Oh jadi ini yang namanya Pandu yang diceritain Olivia waktu itu,” batin Damar. “Maaf ya. Gue gak tau kalau kalian ternyata pacarnya adik-adik Cinka. Kalau gitu kenalin gue Pandu,” ucap Pandu bersalaman dengan Tomi dan Damar. “Gue Tomi,” ucap Tomi bersalaman dengan Pandu. “Gue Damar,” ucap Damar bersalaman dengan Pandu. “Ya udah kalian langsung masuk aja yuk,” ucap Cinka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD