Bab 1. Awal permusuhan

1150 Words
6 bulan sebelumnya Tanpa disadari, Karina yang melamun berjalan di lorong sepi sebagai perbatasan ruangan petinggi, tubuhnya menabrak tubuh seorang pria didepannya, karena ia terlalu cepat melangkah dan tidak memperhatikan arah depan. Tabrakan tidak dapat dielakkan, tubuh Karina seperti menabrak bantal empuk berdiri yang ternyata ia menabrak tubuh atletis seorang pria yang pastinya berakhir dengan hal yang memalukan. "Aduh!!" Pipi Karina merasakan rasa nyaman saat bersentuhan dengan d**a pria yang menabraknya, atau yang di tabraknya, entahlah siapa yang salah. Pria tersebut juga secara reflek mengulurkan tangannya dan menarik pinggang Karina seakan sedang memeluknya. Keduanya bagai tersengat aliran listrik, rasa nyaman yah rasa nyaman yang sedang mengelitik hati mereka masing-masing dan turun mengelitik perut keduanya, menikmati perasaan tersebut sekian detik. Tersendak sadar telah menabrak seorang pria, Karina segera mendorong tubuh besar itu dengan wajah kesal sekaligus menyesal telah menikmati sedikit kehangatan dari pelukan tersebut, merasa dirinya seperti hampir saja berselingkuh dibelakang kekasihnya. Cepat-cepat Karina lebih dulu memarahi pria tersebut untuk menutupi rasa malu, Karina sangat menyadari kalau dirinya yang salah karena tidak memperhatikan jalan dan terburu-buru. "Hey!!! Kalo jalan ha - ti, hatii.." Seruan suara menggebu Karina berubah melembut dan memelan, bola matanya melebar terpana menatap makhluk sempurna dihadapannya. Ternyata matanya harus ternodai karena masih mengagumi pria lain selain Charles. Karina menabrak seorang lelaki tampan dengan jambang tipis menjulur memakai kacamata hitam. Rambutnya disisir kebelakang klimis dengan belahan tegas di samping ala pompadour. Kulitnya putih bersih, hidung mancungnya nampak sempurna berpasangan dengan kacamata yang dipakainya. Jangan lupa dengan alis dibalik kacamata hitamnya begitu pekat dan tegas. Hanya satu kekurangan yang ada dalam diri pria tersebut. Walaupun bibirnya nampak sempurna, tapi tidak ada segaris senyuman yang terlihat. Begitu angkuh menantang Karina yang tengah menatapnya nyalang dibalik kacamata tersebut. Dan pria ini sama sekali tidak menunduk hormat ataupun melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang pria sejati bila ada wanita yang tidak sengaja menabrak dirinya. Hanya terlihat dua alis tebalnya yang hampir bertautan yang memperlihatkan raut wajah dinginnya. Katakanlah Karina mulai membandingan perangai pria ini dengan tunangan yang selalu menghormatinya bak putri raja. Pria ini hanya menatapnya sekilas dari balik kacamatanya, melepaskan rangkulan tangannya dari pinggang Karina. Pria itu tidak bermaksud sombong, memang perawakannya terlihat seperti itu. Mata hazel Karina yang nampak jernih ketika berusaha menembus tatapan dirinya yang terhalang kacamata, bagai menghipnotis Brahm seperti melihat mujizat yang sedang berdiri di hadapannya. Namun Brahm harus mencoba mengendalikan dirinya di hadapan Karina, berbalik dan berlalu saja meninggalkan Karina tanpa sepatah katapun dengan gejolak pemikiran dalam otaknya. Emosi Karina pun terpantik karena sikap pria arogan yang sudah menabraknya. Tanpa rasa sungkan, Karina meluapkan kekesalannya "Dasar pria brengsekk, udah nabrak orang ngak mau minta maaf malah pergi. Ganteng tapi suombong!" Teriakan Karina berhasil membuat pria tersebut berhenti, sebelum berbalik Brahm tersenyum senang berhasil membuat Karina kesal, kemudian berbalik kembali menoleh kepada Karina yang sedang memberikan raut kesal, sedangkan Brahm merespon dengan mengangkat sebelah alisnya dan bertolak pinggang. Tanpa senyum, masih menatap angkuh menunggu kelanjutan emosi apalagi yang ingin Karina sampaikan pada dirinya. Siapapun yang melihatnya pasti setuju dengan pikiran Karina dengan sikap arogan pria ini. Tentu saja memang hal ini yang ingin Brahm tanamkan pada pikiran Karina dan berhasil. ‘Ini orang bukannya minta maaf, malah lihatin orang kayak gitu banget.. Pake acara tolak pinggang lagi, ngak ada dosanya. Jangan-jangan dia bisu kali, takut ketahuan trus sok angkug gitu .’ Karina pun bertolak kedua pinggang menantang agar terlihat kalau ia benar-benar sedang marah. Sisi malaikat hitam dalam dirinya sedang berkobar mengibarkan bendera perang. “Anda itu sudah nabrak perempuan. Harusnya minta maaf, bukannya malah berdiri nantangin orang kayak gitu! Pakaian kamu itu rapi yang artinya kamu itu orang berpendidikan, ngerti etika kalau sudah salah harus bagaimana kan.” Pria tersebut masih diam memandangnya, garis lengkung menarik di bibirnya. Ternyata gadis di hadapannya ini semakin menarik jika sedang marah-marah. ‘Akhirnya aku bisa melihat kamu marah-marah lepas seperti ini lagi. Bukan seseorang yang selalu menyembunyikan perasaannya sendiri.’ Gumam Brahm masih menatap lekat memandang mata coklat indah itu. “Apa jangan-jangan kamu itu buta dan bisu juga tuli? Sampai-sampai ngak sadar udah salah. Orang bisu saja masih bisa pakai isyarat tangan buat minta maaf.” Sambil memperagakan gaya minta maaf. “ Ngak punya etika banget yah. Pakaian udah keren, tapi minusnya banyak!” Karina dapat melihat dengan jelas pria dihadapannya berdecih campur tawa kecil. Karina mengakui hanya sebuah decihan senyum meledek pria itu semakin menambah kadar ketampanannya. Dan bonusnya, dia melepaskan kaca mata hitamnya serta memandang tajam kepada Karina. Tatapannya berhasil membuat Karina lupa untuk bernafas sejenak mengagumi kesempurnaan makhluk Tuhan yang sombong dihadapannya. “Kamu!” Pikiran Karina mendadak kosong, merasa seperti mengenali wajahnya namun lupa dimana dan siapa. Melangkah mendekat perlahan, mata Brahm berhasil mengunci tatapan Karina. Wanita itu dibuat mematung tidak berkutik, masih mencoba berpikir keras siapakah pria ini? Saat tubuh keduanya hanya berjarak sejengkal tangan, Brahm menunduk menatap dekat wajah Karina yang ikut mendongak dengan rasa penasarannya. “Ka, kamu ngapain?” Dengan lancangnya Brahm mengusap lembut pipi Karina. Bukannya menepis, Karina malahan seperti orang yang sedang dihipnotis dengan bola mata Brahm yang mengunci pandangan matanya. Jantung keduanya mulai berdetak tak karuan walaupun keduanya saling menutupi. Hanya deru nafas keduanya saling menderu terlihat dari naik turun pada paru-paru mereka. Puas membuat Karina mematung, Brahm kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan Karina yang masih berdiri mematung setelah melihat wajah pria itu. ‘Kok dia manis kalo senyum..’ Kemudian menggelengkan kepalanya berulang kali. ‘Ah, udah gila kali, gua yang ditabrak kenapa gua yang salting. Sudahlah, untung ngak ada orang yang lihat di sini. Perasaan kayak pernah liat tapi siapa yah?’. Karina mengendikkan bahunya menepis semua pikiran gilanya. ‘Ini gara-gara Lena deh sering ngomongin cowok ganteng, otak gua ikut kecuci sama dia.’ Lalu berjalan meninggalkan lorong tersebut untuk segera bertemu dengan tunangannya yang sudah menunggunya di depan parkiran kantor. Sementara pria tampan itu sudah kembali ke dalam ruangan kerjanya yang berada satu gedung yang sama dengan Karina. Matanya menatap lurus pada indahnya sinar jingga di langit yang sedang memberitahu matahari untuk berganti shift dengan rembulan. Sinar yang menembus pada dinding kaca yang berada di belakang meja kerjanya. Pandangannya nampak kosong seakan rohnya sedang berkelana ke kehidupan lain dan meninggalkan tubuh itu berdiri mematung membelah kembali kilasan kejadian di masa lalu. Senyuman terbit di bibirnya walaupun sangat tipis, namun hatinya sedang melompat kegirangan seperti mendapatkan sebuah lotere kehidupan. ‘Ternyata dunia itu sempit. Kemana saja kamu selama ini.’ Tersadar dari lamunan, Brahm mengeluarkan telepon genggamnya, membuka email dari bagian HRD karena permintaannya mengirimkan daftar nama staf di kantornya ini beberapa menit lalu. Setelah mendapati nama yang dicari, Brahm menghubungi seseorang karena dugaannya memang benar tentang wanita itu. “Gua mau loe selidiki seseorang. Cari tahu semua informasi orang ini. Namanya Karina Wulandari.” Keduanya melamun menatap jendela di tempat yang berbeda. Brahm dari ruang kerjanya dan Karina menatap ke luar jendela mobil yang sedang mengantarnya pulang. Lamunan dengan pemikiran yang berbeda tetapi dengan debaran jantung yang seirama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD