Chapter 5 : Tom and Jerry

1448 Words
Febby mengajak Ruby dan Anggun duduk disofa. Mengambil minuman dari kulkas dan makanan menaruhnya di meja. “Kalian kangen apa sama gue? kesepian yee?” ledeknya. “Is is is.. kan tadi udah ketemu di kantor.” Anggun sudah mengap-mengap menatapnya dengan kesal. Mata Febby menatap mata Anggun dengan mengejek. “Ahaha.. Angle lo kenapa sih sayang. Eh? Sesuaikan dengan nama dong yang anggun. Jangan marah-marah ihh cepet tua loh nanti.” Cibirnya. Febby memiliki panggilan sayang pada dua orang gadis di depannya ini yang satu kadang suka di panggil Bunga Lily. Sedangkan gadis yang satu dipanggil dengan panggilan Angle. Tapi mereka Febby, Anggun, Karina dan Ruby memiliki panggilan sayang yang sama yaitu ‘Bee’ yang mereka gunakan. “Febby lo.. sungguh menyebalkan!” rajuknya. “Menyebalkan? Memang aku kenapa. Aku baik-baik saja Kau saja yang selalu marah-marah gak jelas padaku. Jangan bilang Kau jatuh cinta padaku.” Celoteh Febby yang mendapat toyoran dari Anggun. “Bangun.. jangan mimpikan Aku. Aku tidak suka.” Sarkas Anggun. Febby terkekeh. “Jangan gengsi begitu. Memeng tidak sesak memendam sendiri?” “Kau yang pandai memendam perasaan. Dasar pengecut. Tidak gentle.” Ketus Anggun seraya senyum mengejek yang membuat Febby gelagapan. “Kenapa, eh?” tanya Anggun kemudian masih menyunggingkan senyumnya. “Apa? Aku jadi ngantuk melihat senyum mu itu. Ahh.. manik mataku pun tak ingin melihatnya.” Ucap Febby. “Kau..” Febby tersenyum bodoh melihat Anggun dan Ruby. “Sudah.. sudah, udah seperti Tom and Jerry saja kalian ini.” Ucap Ruby. “Jadi nonton gak nih?” tanyanya kemudian yang di angguki Febby dan Anggun. Anggun menatap sengit Febby dengan memajukan bibirnya. Dibalas Febby dengan memajukan bibirnya juga tapi dengan menggoda yang semakin membuat Anggun kesal. Mereka fokus menonton Film Action terbaru di layar Tv itu. Sambil menyantap berbagai snack dan minuman diatas meja. Sepanjang nonton film Action di selangi celotehan dan rancauan dari mereka. Terutama Anggun, dia paling sibuk dan rempong mengomentari film Action itu. Dengan segala rancau. Febby dia tampak seperti membalas dari celotehan Anggun kadang setuju dan kadang bertentangan. Sedangkan Ruby hanya tertawa menanggapinya dan tetap fokus dengan apa yang ia saksikan. Sampai akhirnya film yang mereka saksikan berakhir. “Yah.. yah.., kok habis? Jangan dulu dong.” Ucap Anggun. “Dasar, Bodoh dipelihara.” Sahut Febby. “Apa kau bilang? Aku bodoh. Asal kau tahu aku tidak mungkin seperti ini sekarang jika aku bodoh. Mungkin aku sekarang masih pakai seragam dan pegang buku dan peda di sekolah khusus.” Ucapnya dengan nada sombong. Hal itu malah membuat imajinasi Febby melayang tinggi membayangkan bagaimana sosok Angun yang seperti itu. Sempat hening Febby terdiam membayangkan hal itu dan tiba-tiba membuatnya tertawa terbahak-bahak. Sontak saja kedua teman Febby itu menoleh kearahnya. Anggun menoleh kearah Febby dengan tatapan bingung yang membuatnya terlihat bodoh dimata Febby. Hingga Ruby buka suara. “Ada apa Bee?” tanya Ruby. Ya, kacau sekali untuk sebuah panggilan dari 4 sahabat itu. Kadang lo gue, aku kamu, Bee, dan aah.. Entahlah, senyambung-nyambung nya mereka berempat saja deh. Kalau mereka merasa nyaman, hee.. Lanjut! “Tau tuh jangan-jangan kesurupan kali ya.” Ucap Anggun sambil memakan sisa snack yang ada di meja. “Hahaa.. tidak-tidak aku hanya.. sedang membayangkan saja bagaimana Anggun mengenakan seragam sekolah khusus.” Ucapnya. Anggun berdecak dan melemparkan bantal sofa ke arah Febby yang bisa di hindari nya. Ruby tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya itu. “Aku bosan.” Celetuk Anggun. “Ahh.. ck. Sebenarnya aku juga bosan. Gimana kalau kita ke Taman saja?” tanya Febby. “Taman Monyet?” tanya Anggun. “Kau saja yang jadi monyet. Tidak Ada monyet di tempat ini.” Ketus Febby. “Ck. aku hanya bertanya. Jadi bukan ke taman monyet?” tanyanya lagi. “Untuk apa jauh-jauh cari taman. Disini juga ada taman.” Jawabnya. “Boleh. Ayo kesana. Bawa gitar ya.” Sahut Ruby menengahi. “Oke siap boss kuh. Aku ambil gitar dulu kamu mau juga gak?” tanyanya. “Iya dong. Mang kamu saja yang mau main aku juga mau bee.” Jawab Ruby. “Oke oke..kamu bawa snack dan minuman nya di kulkas bee.” Titah Febby. “Ya.” Sahutnya. “Aku bawa apa? Aku mandor saja ya.” Serunya dengan menampakkan deretan gigi putihnya. “Hei nona. Memang kamu mau duduk di rumput?” tanya Febby. “Ck. Gak mau lah. Kamu saja yang duduk di rumput.” Jawabnya sedikit kesal. “Maka dari itu pengertian lah meski sedikit saja.” Ucap Febby minta pengertian. Ruby sudah cekikikan melihat Febby dan Anggun seperti Tom and Jerry. Selesai berkemas mereka bertiga bergegas ke taman menggelar tikar dan menaruh berbagai makanan ringan dan minuman. Dan mereka duduk di atas tikar itu dengan berbagai canda dan tawa. Hingga memasuki waktu shalat maghrib. Selesai sholat mereka menyiapkan bersiap menyiapkan makan malam. “Lily.. kamu mau makan malam apa?” tanya Febby. Ruby berpikir sambil melihat isi kulkas. “mmm.. bagaimana jika sup ayam dan sayur?” jawab Ruby. Sambil mengambil ayam dan sayur dari kulkas. “Oke baiklah tuan putri.” Sahut Febby sambil membantu memotong dan mencuci ayam dan sayur. Sementara Ruby menyiapkan bumbunya. “kau tidak bertanya pada ku Feb. Sungguh terlalu kau tak pernah menganggap ku meski aku ada di dekatmu.” Rajuknya. “Oh.. ayolah Angle kau jangan cemburu begitu.” Ejeknya. Sambil membersihkan daging dan sayuran. Karena dagingnya memang sudah di potong-potong jadi hanya tinggal dibersihkan saja. “Cemburu? Jangan mimpi! Percaya diri sekali anda Tuan.” Sahutnya melipat dua tangan di dadanya. Dengan wajah di sombong kan. “Hahaa.. percaya diri itu penting nona.” Sahutnya. Sambil mengiris kol dan beberapa campurannya. “Tapi jika terlalu percaya diri tidak bagus tuan.” Selan Anggun. “Ya. Tapi jika tidak ada rasa percaya diri tidak akan hidup dengan baik nona. Coba anda pikirkan seperti ap...” “Tuan anda pandai sekali berbicara seperti anda pernah mengalaminya.” Ruby memotong kalimat yang di ucapkan Febby dengan cepat. Diikuti selesainya bumbu yang dia buat dan tinggal memasaknya hingga matang. “Ya. Aku selalu berbicara dengan benar dan sesuai fakta.” Sahutnya cepat. Dan mencuci sayuran yang siap dimasak. Wajah Anggun seketika berubah matanya menjadi berbinar menatap Febby dan Ruby. Febby terkejut ekspresi yang Anggun berikan. Berusaha untuk mencerna kembali ucapannya. “Hm.. M..Maksud ku, bukan berati terjadi padaku langsung. Tapi bisa jadi aku hanya mengamati yang terjadi.” Belanya. Mengambil nasi dirancang dan menaruhnya di atas meja dan meletakkan tiga piring di meja. kemudian duduk di meja makan tepat didepan Anggun dan menatap mata Anggun. “Bagaimana kau bisa berpikir fakta itu sesuai dengan pemikiran mu? Maksudku, Bisa saja apa yang kita pikirkan belum tentu sama dengan kenyataan.” Sela Anggun kemudian, mata yang masih saling tatap. Sementara Febby tengah asik berdebat dengan Anggun. Terdengar suara merdu Ruby. “Akhirnya selesai juga.” Gumamnya. Dan menaruh mangkok berisi sup ayam sayur di atas meja. “ Ayo kita makan dulu.” Ajaknya pada kedua temannya itu. “Wah.. menggoda sekali masakan mu nona. Pastilah nikmat.” Puji Febby. “Tentu saja. Siapa dulu yang masak?” sahut Ruby merasa banga. “Ya. Harus diakui kerja kerasmu.” Ucap Anggun memegang sendok dengan mata yang berbinar. “Ya. Tidak sepertimu cerewet hanya bicara saja dari tadi tidak membantu.” Omel Febby pada Anggun. “Tapi sepertinya aku juga bisa hanya belum terbiasa.” Gumamnya. “Memang apa yang kau lakukan, eh?” tanya Angggun dengan wajah cuek. “cih.. bisa? Seorang Angle.” Gumamnya dengan wajah mengejek. “Jelas kau dari tadi disini nona apa kau terserang amnesia tiba-tiba?” tanya Febby. “Sudah kita jadi makan tidak?” tanya Ruby. Tengah perdebatan itu terdengar suara azan isya berkumandang. Kompak terdiam sejenak. “Kita makan dulu atau shalat isya dulu.” Tanya Ruby pada kedua temannya. “Aku mau shalat dulu.” Jawab Febby beranjak meninggalkan meja makan. “Aku juga setelah itu baru makan.” Ucap Ruby. Dan pergi meninggalkan meja makan. “Aku ikut.” Pekik Anggun. “Memang mau pergi kemana?” tanya Febby. “Ish.. menunaikan kewajiban.” Sahut Anggun Selesai shalat Febby, Anggun dan Ruby kembali ke meja makan dan menyantap menu makan malam. “Ahh.. Kenyang. Angle.. bertanggung jawablah sedikit.” Seru Febby. “Maksudnya?” tanya Angggun bingung. “Kami menunggu mu di taman. Selesaikan cuci piring dan rapihkan meja makan.” Perintahnya. Sambil berjalan keluar menarik tangan Ruby. “Apa? Kalian mau ninggalin aku disini sendiri? Jahat sekali?” rajuknya dengan wajah memelas. “Jangan banyak mengeluh.” Ucapnya tanpa melirik dan terus berjalan meninggalkan ruang makan. “Jahat banget sih Febby kalau tahu begini mending aku yang bantu dari tadi.” Gumamnya sambil merapihkan meja makan dan bergegas mencuci piring.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD