Selamat membaca karya baruku.
Sebelum mulai membaca di tap lovenya dulu ya. Terima kasih.
Seorang pria dengan mobil sportnya yang edisi terbatas, baru saja tiba di basemen parkir apartemen elit yang ditempati oleh beberapa aktris terkenal dan beberapa kalangan atas.
"Aku harus segera bersembunyi sebelum orang-orang suruhannya berhasil menemukan keberadaanku," gumam pria itu saat memakai masker untuk menutupi wajahnya, sebelum turun dari mobil miliknya.
Baru saja pria bernama Luke Myers itu turun dari mobil mewahnya dengan menggunakan masker hitam, dan tengah berjalan menuju pintu lift, ada sekelompok orang-orang berpakaian serba hitam turun dari mobil van berwarna hitam dan membekap seorang pria yang terlihat sama persis sepertinya yang tengah berdiri di samping mobil miliknya. Namun, Luke memilih untuk tidak menoleh dan berpura-pura tidak melihatnya, ia hanya memperhatikannya dari bayangannya yang terpantul di pintu lift.
Napas Luke tercekat di tenggorokan melihatnya. Kemudian ia bergegas melangkahkan kakinya masuk ke dalam pintu lift yang baru saja berdenting dan terbuka.
Bruk!
"Hei! Apa kau tak punya mata, huh?" omel Joyce pada Luke saat dirinya tiba-tiba ditabrak.
Pria itu tak sengaja menabrak seorang wanita cantik nan stylish yang tengah memakai kacamata hitamnya.
"Maaf maaf!" ucap Luke. Dengan tergesa, ia berlutut di hadapan wanita tersebut, lalu meraih tas tangan wanita yang terjatuh, dan memberikannya pada sang pemilik.
Wanita itu adalah Joyce Stewart, seorang aktris yang dinobatkan sebagai aktris tercantik dan terpopuler dua tahun belakangan karena kecantikan dan bakatnya yang multitalenta.
Joyce menatap pria yang baru saja menabraknya itu.
Kedua mata pria itu terbelalak saat melihat sosok Joyce.
"Bukankah dia Joyce Stewart?" batinnya berpikir sambil terus menatap wanita di hadapannya itu.
Melihat Luke yang tengah memakai setelan jas berwarna hitam yang dipadupadankan dengan kemeja berwarna putih tanpa menggunakan dasi itu, terlihat persis seperti para bodyguardnya saat baru pertama kali bekerja dengannya, membuat Joyce berpikir bahwa pria itu adalah bodyguard barunya.
Tanpa bicara apa pun, Joyce melemparkan remote kunci mobilnya pada pria itu, dan langsung ditangkap oleh pria yang masih berdiri mematung menatapnya itu. Karena berpikir pria itu adalah Bryan, bodyguard barunya.
Karena sebelum dirinya keluar dari apartemen, manajer sekaligus sahabatnya, Allen, mengatakan jika ada seorang bodyguard baru yang menunggunya di basemen.
Allen mengatakan, bodyguard itu yang akan menggantikan Richard, bodyguard yang sudah bekerja dengannya dua tahun belakangan yang tiba-tiba mengundurkan diri tanpa berpamitan pada Joyce.
Melihat reaksi pria itu, Joyce sudah merasa tidak aneh. Karena setiap pria yang baru pertama kali bertemu dengannya secara langsung, pasti mereka selalu terpana melihat pesona kecantikannya, dan menatapnya dengan tatapan seperti Luke tengah menatapnya sekarang.
Setelah beberapa langkah, ia menyadari jika pria itu masih berdiri mematung sambil menatap bingung remote mobilnya.
"Hei! Kenapa kau masih diam? Kau bodyguard baruku, 'kan?"
"Huh?" Pria itu mendongakkan wajahnya menatap Joyce yang menurunkan sedikit kacamata hitamnya. "Bo-bodyguard?" tanya pria itu dengan dahi yang berkerut, ia sungguh tak mengerti dengan perkataan Joyce.
"Ya! Kau Bryan bodyguard baruku, 'kan?" tanya Joyce lagi memastikan.
Pria itu tertegun, nampak tengah mencerna perkataan Joyce sambil memindai tatapannya pada pakaian yang tengah dikenakannya.
Tiba-tiba ia teringat dengan sosok pria yang berpakaian sama persis sepertinya, yang tadi dibekap dan ditangkap oleh sekelompok pria bertubuh kekar dan besar berpakaian serba hitam, lalu dimasukkan ke dalam mobil van berwarna hitam, tepat sebelum Joyce keluar dari dalam lift.
Karena dirinya pun tengah berusaha melarikan diri dari sang paman yang berniat melenyapkannya, akhirnya ia pun memutuskan untuk menggantikan posisi pria itu saja.
"Hallo?" Joyce mengibaskan tangannya di depan wajah pria itu. "Kenapa melamun? Apa aku salah orang?" tanya Joyce lagi yang mulai curiga.
"Hum? Ti-tidak, Nona ... Ya, benar! Aku bodyguard barumu," jawabnya tegas bersikap seperti seorang pengawal.
"Ya sudah. Ayo, antar aku!" titahnya pada pria bertubuh atletis dan pemilik rahang tegas itu.
"Antar? Antar ke mana?" tanyanya tak mengerti.
"Sudah, jangan banyak bertanya! Cepat bukakan pintu mobilnya untukku!" titahnya ketus pada pria itu.
Joyce memang memiliki karakter yang sedikit ketus dan sombong jika pada orang yang baru ditemuinya. Terkecuali pada penggemarnya, ia selalu bersikap ramah pada mereka.
Alih-alih mendahului Joyce, pria itu justru malah mengekorinya. Membuat Joyce kesal dan kembali menatapnya, "Kenapa kau malah mengekor di belakangku? Kau tidak berpikir m***m tentangku, 'kan?"
"Ti-tidak! Aku tidak tahu yang mana mobilmu, Nona," jawab pria itu.
"Kau tekan saja remote itu, maka kau akan tahu yang mana mobilku," omelnya pada pengawal barunya itu. "Stupid," gumamnya pelan. Namun, masih bisa terdengar jelas oleh pria itu. Kemudian ia berjalan menuju mobilnya sambil menelepon kekasihnya, Aaron.
Luke hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal saat mendengar umpatan Joyce padanya. Ia mengakui jika dirinya benar-benar terlihat seperti orang bodoh sekarang.
“Hai, Sweetheart!” sahut Aaron dari seberang teleponnya.
“Kau jadi kan menyusul ke rumah mommy? Dia kemarin sudah berpesan kepadaku bahwa kau harus datang,” tutur Joyce to the point pada sang kekasih dengan nada yang agak ketus. Kesal karena beberapa hari ini kekasihnya itu jarang sekali menghubunginya.
“Maaf, Sweetheart. Aku belum selesai shooting, masih ada beberapa kali take lagi. Aku titip salam saja pada mommy ya, katakan padanya, nanti disaat aku sedang free, aku akan berkunjung ke rumahnya,” tutur Aaron.
Joyce mendengus kesal, “Sampaikan saja sendiri!” ketusnya, kemudian mengakhiri panggilannya sepihak.
“Selalu saja membuat alasan! Menyebalkan!” gerutunya sambil menatap layar ponselnya seolah sedang mengomel pada kekasihnya itu.
Belakangan ini, Joyce merasa ada yang aneh dengan Aaron, biasanya kekasihnya itu selalu menuruti keinginannya, terlebih jika itu adalah keinginan dari calon ibu mertuanya, Aaron pasti akan membatalkan jadwalnya demi memenuhi keinginannya.
Akan tetapi, satu bulan belakangan ini Aaron mulai berubah, dia bukan seperti Aaron yang selama ini dikenalnya.
Bahkan di saat Joyce sedang merajuk seperti ini, tidak ada upaya dari Aaron untuk membujuknya, padahal selama ini Aaron selalu mementingkan dirinya di atas segalanya, bahkan jika dirinya sudah merajuk seperti ini, Aaron akan meninggalkan pekerjaannya dan menyusul ke tempat di mana Joyce berada, walau Joyce sedang shooting di luar negeri sekalipun, pria itu akan menghampirinya.
Sudah satu minggu ini saja, Aaron belum pernah menemuinya, padahal Joyce sudah sangat merindukannya.
Tanpa sadar, air mata menetes dari sudut matanya, namun dengan cepat ia menyekanya.
Ketika Joyce hendak masuk ke dalam mobil, gadis itu tak sengaja melihat sekilas seperti ada mobil yang tak asing baginya yang terparkir di ujung basemen yang tempatnya lebih gelap karena lampunya yang tengah padam dan belum diperbaiki oleh orang maintenance apartemen elit itu.
“Sepertinya itu salah satu mobil Aaron?” gumamnya dalam batin sambil mengernyitkan dahi menatap mobil sport Porche Cayman GT4 berwarna biru metalik itu.
“Nona, tidak jadi pergi?" ucap pria yang sudah membukakan pintu mobil untuk Joyce itu.
“Wait,” sahut Joyce mengangkat sebelah tangannya sambil melangkahkan kakinya hendak menghampiri mobil Aaron.
Akan tetapi, saat baru saja beberapa langkah, tiba-tiba ada panggilan dari Richard, mantan bodyguardnya.
Akhirnya, gadis itu pun mengurungkan niatnya untuk menghampiri mobil itu, lalu bergegas masuk ke dalam mobilnya sendiri.
Pria yang dikira bodyguardnya itu langsung melajukan mobilnya keluar dari apartemen elit itu.
Ia menggunakan fitur lokasi yang ada di mobil itu untuk mengetahui di mana lokasi rumah orang tua Joyce, setelah ia mendengar percakapan Joyce bersama seseorang di ponselnya.
“Hei, Richard! Kau kenapa mengundurkan diri tanpa mengatakan apa pun padaku?” omel Joyce pada bodyguard lamanya itu, saat menjawab panggilannya.
“Allen yang sudah memecat ku, Joyce. Kau berhati-hatilah padanya!” tutur Richard dari seberang teleponnya.
“Dia bilang padaku kau yang mengundurkan diri," kata Joyce dengan alis yang menukik.
“Itu bohong, Joyce! Aku memergoki dia berciuman di ruang make up dengan kekasihmu saat kau sedang perform. Karena dia takut aku mengadu padamu, jadi mereka membuatku dipecat oleh tuan Victor dengan memfitnahku,” jelas Richard dengan nada yang emosional.
“What’s? Kissing? Kekasihku? Aaron maksudmu? Are you kidding me?” pekik Joyce tak percaya.