Bisma duduk menunggu Mala membuatkan teh hangat untuknya. Ia menggosokan minyak angin cap pembelah kayu ke bahunya. Mala ke luar dari dapur, dengan secangkir kecil teh hangat di tangannya. Diletakan teh hangat itu di atas meja. "Ini, sudahkan. Tidak perlu apa-apa lagikan?" Ucapnya ketus. "Tidak, terimakasih. Maaf mengganggu tidurmu" "Hmmm" Mala hanya memggumam sebelum meninggalkan Bisma sendirian. Mala kembali ke kamar, dengan perasaan dongkol di dalam hati, karena Bisma sudah mengganggu tidurnya. Bisma hanya menatap punggung Mala, dengan rasa lega di dalam hati. Meski Mala ketus padanya, tapi itu tidak masalah bagi Bisma, yang penting sudah terurai kegelisahan yang dirasakan hatinya. Bisma menghirup tehnya, menikmati teh buatan Mala untuk pertama kalinya. Memang tidak seenak teh bua