Bisma berdiri di balkon kamar di rumah barunya, biasanya rokok yang setia menemani dalam jepitan jemarinya. Tapi kini, permen kakilah yang setia menemani dimanapun ia berada. Tatapannya jauh ke depan, seakan ingin menembus pekatnya malam, dan mencari rumah tempat di mana istri, dan calon anaknya tinggal. Bisma merapikan letak peci di kepalanya, ia baru saja selesai sholat malam tadi. Perasaannya lega setelah menumpahkan semua kegelisahannya pada Sang Maha Pencipta. Bisma sudah ikhlas apapun yang akan terjadi nanti dengan hidupnya. Bisma percaya, Allah pasti punya cara yang tidak terduga untuk mempersatukannya dengan Mala, dan anak-anaknya, jika takdir mereka adalah bersama. Jika takdir tidak berpihak padanya, Bisma sudah siap, dan akan berusaha untuk ikhlas menerimanya. 'Mala, hatimu s