Kinan memandang kearah pria yang berdiri di hadapan Romi, ia tak menyangka Satya datang ke apartemennya. Kinan terpaku di tempat melihat pria yang ia hindari kehadirannya kini malah muncul di hadapan Kinan.
“Chef Satya, kenapa bisa ada disini?” Kinan menatap terkejut Satya yang berdiri di depan pintu terhalang Romi yang berdiri di hadapannya. Satya tersenyum kearah Kinan, lalu berjalan masuk kedalam apartemen Kinan, namun langkahnya seketika terhenti karena Romi mendorong dadaanya dan membuat Satya mundur keluar. Satya menatap Romi heran dengan dahi berkerut dalam.
“Loe siapa sih? Gak di Jakarta, gak di Itali loe kenapa ada di dekat Kinan terus, gue mau masuk!” ucap Satya dengan wajah kesal menatap Romi. Kinan mendekati keduanya lalu menggeser tubuh Romi yang ada di antara pintu masuk.
“Romi, tidak apa-apa, biarkan dia masuk, dia teman ku di Jakarta, jangan khawatir!” ucap Kinan menjelaskan kewaspadaan Romi terhadapnya. Romi bergeser masih berdiri disana, Satya tersenyum lebar dan mendekati dengan cepat Kinan, hendak memeluknya. Namun lagi-lagi Romi menghalangi Satya dengan berdiri di hadapan Kinan menutupi tubuh Kinan dengan cepat membuat Satya terkejut lalu menjauhi Romi.
“Bersikaplah sopan,” Satya tersenyum miring cukup geram melihat sikap pria yang berada bersama Kinan.
“Ini itali bro, gue hanya ingin memeluknya. Gue rasa itu tidak ada yang salah!” Satya kesal dan memilih masuk dari pinggir tubuh Romi, menarik tangan Kinan masuk kedalam apartemennya. Romi masih berdiri di ambang pintu ikut masuk kedalam apartemen Kinan tidak jadi kembali ke tempatnya. Kinan melirik Romi yang berjalan kearah dapur, sebenarnya Kinan merasa tidak enak jika situasinya seperti ini. Romi pasti akan selalu menjaganya meskipun ia bersama Satya, pria yang ia cintai. Kinan duduk di sofa atas bujukan Satya yang menariknya dan membawanya duduk disana. Satya memegang tangan Kinan menatap wajah manis itu dengan senyum manisnya.
“Maafkan aku!” ucap Satya pertama kali sambil mengusap tangan Kinan dengan lembut, Kinan tersenyum kaku sambil mengusap rambutnya. Ia masih merasa terkejut bagaimana mungkin Satya tahu Kinan ada disini.
“Maaf Chef, tapi aku sudah memaafkan kamu. Bagaimana bisa Chef ada disini?” Satya hendak bicara namun Romi mendekati mereka meletakan dua gelas jus di meja yang berada di hadapan Kinan dan Satya. Satya terdiam melirik Kinan membuat gadis itu mengerti dan menatap Romi yang berdiri di dekatnya.
“Romi, kamu bisa pulang sekarang!” Kinan menatap Romi yang juga menatapnya tanpa berekspresi, Kinan sudah biasa dengan tatapan datar itu. Untung tampan, kalau tidak Kinan sudah merasa kesal disini.
“Masih ada pekerjaan yang harus saya lakukan, Nona!” Kinan mengerutkan dahinya mendengar ucapan Romi, pekerjaan, sepertinya tadi Romi sudah pamit pulang dengannya.
“Apa? Perasaan tadi kamu sudah pamit sama aku mau kembali!” Kinan menatap Romi yang tetap diam berdiri disana. Jujur saja, Satya mulai kesal dengan Romi, Kinan seperi tidak memiliki privasi lagi.
“Kinan, bisa kita bicara berdua saja?” Satya menatap Kinan yang tampak bingung dengan situasi ini, ia memejamkan matanya lalu menatap Romi kembali,
“Romi, pergilah, aku akan bicara dengan Chef Satya dulu!” ujar Kinan namun Romi tampak tak menjauh darinya. “Romii!” bentak Kinan cukup keras, Romi hanya meliriknya dengan mata elangnya.
“Aku harus memastikan Nona aman, itu pesan Pak Juna!” Kinan memutar bola matanya kesal mendengar ucapan Romi, Satya terkekeh mendengar hal itu. Apa maksud dia Satya ini adalah ancaman untuk Kinan.
“Apa loe pikir gue akan mencelakai Kinan begitu? Loe tahu siapa gue ?” Satya mulai geram membuat Kinan meredakan emosinya mencegah Satya agar tak membuat masalah.
“Chef tenanglah aku akan urus ini,” Kinan menatap Romi melipat kedua lengannya di d**a. “Baiklah Romi, kamu tetap disini menjagaku, tapi bisakah kamu meninggalkan kami berdua saja, ada yang peru kami bicarakan. Penting!” Romi beradu pandang dengan Kinan, Kinan tak mengeri dengan sikap Romi yang terlalu protektif, tapi ia juga merasa kesal jika berteman saja harus selalu di awasi seperti ini. Romi memutus pandangannya lalu menatap Satya.
“Waktumu tidak banyak!” ucap Romi berlalu menuju balkon ruang tamu yang berbataskan dinding kaca sebagai pintunya. Romi menunggu di luar sesekali menatap kedalam melihat Satya dan Kinan yang tampak berbicara serius. Sesekali Satya mengusap kepala Kinan saat Romi menatap keduanya, Romi bukan tidak mengetahui jika Satya adalah mantan pacar Kinan, namun mereka berakhir dengan tidak baik, dan menurut Romi itu sangat tidak nyaman.
“Kenapa kamu pergi tanpa memberitahuku?” Satya tetap setia memegang tangan Kinan di sampingnya, mengusap punggung tangannya dengan sentuhan lembut.
“Chef, aku rasa itu tidak perlu dijelaskan, kamu sendiri yang mengatakan jika akan menikahi Sarah, untuk apa aku bertahan disana. Lebih baik pergi!” Satya mengangguk mengerti.
“Tapi sekarang semuanya berubah Kinan, seketika berubah dan itu membuat aku sangat terkejut.” Kinan mengerutkan dahinya mendengar ucapan Satya.
“Maksudnya, berubah bagaimana?” Tanya Kinan dengan dahi berkerut.
“Orang tuaku sudah menyetujui hubungan kita, bahkan aku kesini atas permintaan mereka untuk menjemputmu, membawamu kembali!” Kinan menahan nafasnya, menatap Satya di hadapannya dengan wajah tak percaya. Tidak mungkin orang tua Satya setuju begitu saja, pasti mereka mengetahui satu hal yang penting.
“Chef tidak salah bicara kan?” Satya menggeleng cepat, ia tidak salah bicara dan semua itu benar adanya.
“Tidak Kinan, kamu bisa lihat sendiri kalau aku ada disini karena kemauan mereka, mereka bahkan membatalkan pernikahan aku dan Sarah.” Kinan semangkin tidak mengerti dengan apa yang Satya katakana, orang tua yang begitu membenci dirinya kini berubah secepat itu merestui hubungan mereka. Aneh, sungguh aneh, tapi ini semua mungkinkah ada hubungannya dengan pertemuan mereka saat berada di rumah Kinan bersama ayahnya. Orang tua Satya memang bertemu dengannya namun Kinan tidak menyangka mereka langsung mengirim putranya untuk Kinan.
“Dan Chef menyetujui keinginan mereka memutuskan pernikahan dengan Sarah?” Satya mengangguk pelan menatap Kinan yang masih tampak tak percaya.
“Aku masih mencintaimu Kinan, aku tidak akan menyia- nyiakan kesempatan ini. Kamu adalah pilihanku, bukan karena orang tuaku, tapi karena kamu memang seseorang yang sedang berada di sini!” Satya meletakkan tangan Kinan di d**a Satya, Kinan tersenyum kaku. Mengapa ia tidak merasakan perasaan berdebar seperti dulu, apa yang sedang hatinya inginkan. Bukankah Satya adalah orangnya selama ini, orang yang sedang bertahta di hatinya.
“Ya, aku percaya!” jawab Kinan lirih, Satya tersenyum lalu menarik Kinan agar memeluk tubuhnya.
“Apa kamu juga merasakan hal yang sama!” Kinan terdiam memeluk tubuh Satya, bukan pertanyaan Satya yang membuatnya terdiam, seseorang di hadapannya yang tengah menatapnya disana, dengan kedua tangannya yang berada di dalam sakunya. Romi menatap Kinan dengan tatapannya yang tegas, pria itu berdiri di luar, di balkon apartemennya yang tampak dari diding kaca. Romi menatapnya dengan lekat membuat Kinan tak mampu mengalihkan tatapan itu, posisi Kinan memeluk Satya yang membelakangi Romi, sementara Kinan di hadapan Satya berhadapan langsung dengan Romi saat memeluk Satya. Kinan merasakan jantungnya berdebar, mengapa ia malah berdebar ketika menatap Romi, bukankah Satya yang tengah mengungkapkan rasa cintanya. “Kinan!” Satya mengusap punggung Kinan membuat gadis itu tersadar.
“Ahh, iyaa, aku merasakannya Chef,” jawab Kinan cepat tanpa memalingkan wajahnya dari tatapan Romi.
“Aku juga, aku merasakan jantungmu berdebar melebihi biasannya!” Kinan mengangguk didalam pelukan Satya, ia juga merasakan hal itu, namun ia tak tahu untuk siapa jantung itu berdebar.