Cold Man

1773 Words
Kinan dan Romi masih menikmati pizza di hadapan mereka dengan saling diam. Keduanya tampak tidak saling bicara. Kinan kesal karena Romi di ajak bicara juga menjawab sekenanya saja atau singkat padat dan jelas. Kinan juga merasa sebenarnya Romi ini manusia atau robot. Entahlah, yang pasti Kinan tahu Romi adalah asistennya yang cekatan. "Kamu gak bisa panggil aku Kinan saja!" ucap Kinan sambil menyantap makanan di hadapannya. Bukan menjawab, Romi malah menyodorkan tisu ke arah wajah Kinan, ia mengelap saus yang berada di ujung bibir Kinan. Kinan terdiam kaku, Romi ini punya mata berapa sih, perasaan Kinan Romi selalu makan tanpa menatapnya, tapi ia bisa tahu saat saus ada di bibir Kinan. "Romi!" panggil Kinan kesal. "Hemm!" jawab pria itu sambil menyendokkam sup ke dalam mulutnya. "Nyebelin banget sih, kamu itu dari tadi aku ajak bicara kenapa jawabnya hah, heh, hah, heh." sungut Kinan merasa kesal. "Kalau makan jangan bicara Non, gak baik!" Kinan memutar bola matanya jengah mendengar ucapan Romi. "Ya gue tahu, tapi kan gue ngomong gak panjang kali lebar!" jawabnya kesal. Romi beranjak dari duduknya mencuci tangannya di wastafel lalu mengelapnya dengan kain yang disediakan. Ia menatap Kinan di hadapannya lalu duduk di depan Kinan. "Tau gak kenapa gak boleh ngomong kalau lagi makan?" Kinan menghela nafasnya kesal melihat ke gaje an asisten ayahnya ini. "Kenapa?" "Nanti keselek!" Kinan seketika ingin tertawa dan membuat Kinan tersedak makanan di mulutnya. Ia terbatuk- batuk membuat Romi dengan cepat menyodorkan air putih kehadapan Kinan. Kinan menerimanya menenggaknnya dengan cepat. "Tuh kan, apa saya bilang!" Kinan menatap Romi kesal. "Kamu sih, ngomongnya begitu. Kan jadi tersedak gue!" Romi terkekeh membuat wajahnya yang jarang tersenyum semangkin tampan. Kinan bisa melihat itu, asisten ayahnya tertawa dan tersenyum sesuatu hal yang langkah. Wanita itu menatapnya mengabadikan dalam ingatannya. Namun Romi mengubah mimik wajahnya serius kembali membuat Kinan yang melihatnya menghela nafasnya. Ya nafas, soalnya baru di lihat tampannya malah kembali mode datarnya. "Romi!" panggil Kinan tanpa menatap Romi. Romi yang sudah selesai makan menatap Kinan di hadapannya. "Ya, kenapa Nona?" "Kamu pernah suka sama cewek?" pertanyaan Kinan membuat Romi mengerutkan dahinya. Ia menatap Kinan lekat, lalu menarik nafasnya kasar. "Kenapa?" tanya Romi bukan malah menjawab. "Ihhh, di tanya malah balik nanya, ya jawab dulu pertanyaan gue!" kesal, Kinan kesal. Kenapa bicara sama Romi rasanya pegal sekali. "Sudah malam Nona, saya balik sekarang. Tidurlah, besok kita akan berangkat pagi untuk mengantar Mr. Xavier dan Ms. Mira ke Bandara!" Kinan sedikit kesal, pertanyaannya tak di jawab. Ucapan Romi memang ada benarnya, ini memang sudah lewat tengah malam. "Romi!" panggil Kinan membuat pria itu berbalik menatap Kinan kembali. "Loe nyebelin banget!" ucap Kinan menatap Romi dengan tatapan permusuhan. Romi tidak bereaksi, pria itu berbalik lalu berjalan mendekati pintu keluar, ia menarik sudut bibirnya tersenyum. Kinan semangkin cantik ketika sedang marah. Pria itu keluar dari apartemen Kinan lalu pergi menuju tempatnya sendiri. *** Pagi hari Kinan sudah berada di mobilnya menuju bandara di kota Italia. Ia hari ini memiliki waktu yang cukup padat. Kinan akan kembali ke kampus saat selesai mengantarkan Mira dan Xavier. Ia benar- benar merasa sendiri di kota besar ini. Tapi tenang saja, Kinan sudah memiliki kontak Marcel dan ia sudah memiliki janji dengan sepupu Xavier itu. Mengingat ingin berkeliling dengan Marcel Kinan seketika semangat 45 ia akan menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu. Baru menghubungi pria bule itu. Ia akan mengajak Lisa bersamanya, untuk teman ngobrol, tentu saja Romi tidak mengijinkannya berdua bersama Marcel. Ia pasti melarang Kinan pergi jika hanya berdua saja. Jadi, Kinan mencari aman untuk mengajak Lisa, teman satu kampusnya. Kinan keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam bandara internasional itu. Romi setia mengikutinya berjalan di samping Kinan. Kinan masih kesal dengan Cold Man ini, sungguh kesal. Karena tidak bisa di ajak bercengkrama. Mira melambaikan tangannya saat melihat Kinan dari kejauhan. Kinan langsung berlari mendekati pasangan pengantin baru tersebut. "Miraaaa! huhuhuh, kamu beneran pergi?" Kinan memeluk Mira erat sambil menangis dramatis. "Yah, sesuai sing kamu bilang iku lo Nay, namanya udah duwe suami yo koyo ngene iki, ndak bisa suka- suka. Harus ikut kemana suami pergi, kui jaga diri sing apik yo Nan, iki negara besar loh, aku jauh, Naya jauh. Kamu harus bisa jaga diri!" Kinan menatap Mira dengan mata berkaca- kaca. "Aku akan berusaha sebaik mungkin. Kamu tenang aja, gak ada yang bisa nyakitin Kinan." Mira mengangguk mengerti, yah, diantara mereka bertiga hanya Kinan yang suka main kasar. "Yowes, Mas Romi, jaga temen aku ini yo. Awas loh kalau Kinan sampai kenapa- kenapa?" ancam Mira membuat Kinan terkekeh. "Kalau sampai kenapa- kenapa kamu mau apa sayang?" tanya Xavier menggoda istrinya. "Ya iku loh, ya tak marahi dong. Enak aja jagain konco aku gak bener!" Kinan tertawa renyah, sementara Romi hanya menatap dengan gaya coolnya. Kinan mah sudah biasa, Romi kalau di luar sudah kaya robot tidak berbicara. Kadang Kinan juga ragu, itu pria atau barang buatan made in China. "Ya udah, kamu juga hati - hati ya Mir, cepet kasih kabar, aku udah gak sabar punya keponakan." Mira mengangguk malu- malu. "Kamu tenang aja Nan, setelah balik dari sini, aku pastikan Mira hubungin kamu kalau dia udah positif!" ucap Xavier lagi- lagi membuat Mira kesal. Ia mencubit perut suaminya kuat membuat Xavier mengaduh. "Sudahlah, jangan di dengerin omongane Mister, aku pulang ya Nan!" pamit Mira untuk yang kesekian kalinya. Kinan memeluk Mira erat sambil memejamkan matanya. "Hati- hati Mir!" ucap Kinan saat Mira mulai beranjak dari tempatnya. "Kamu juga Nan, hati- hati!" Kinan mengangguk sambil melambaikan tangannya menatap kepergian Mira. Kinan mengusap ujung matanya yang berair, ia menatap Mira hingga menghilang. Selesai dari ngampus, Kinan benar- benar menghubungi pria bernama Marcel itu. Ia juga kembali ke apartemennya dan menunggu Romi pulang dari tempat itu. Lisa sendiri sudah ikut bersamanya. Kinan akan keluar dari sana setelah Romi juga kembali. Ia akan pergi tanpa ijin Romi, ayolah, Kinan sudah dewasa dan ia tahu baik dan buruknya pergaulan. Jadi, ia bisa menjaga dirinya tanpa Romi di sampingnya. Saat hari mulai sore Romi audah kembali kekediaman nya. Kinan dan Lisa mulai bersiap untuk pergi. Ponsel Kinan berdering menunjukkan nama Marcel di sana, Kinan menerimanya dengan cepat. "Hallo, Marcel!" "Ya Kinan, aku sudah sampai, dan ada di bawah ini!" ucap Marcel memberitahu keberadaannya. "Oke baiklah, kami akan turun lima belas menit lagi!" ucap Kinan bersiap. "Oke baiklah!" panggilan itu di tutup oleh Marcel yang sudah menunggu di bawah dengan mobilnya. Kinan dan Lisa bersiap lalu turun menemui Marcel. Bunyi siulan menjadi sambutan keduanya. Kinan menggunakan jins robek- robek yang menunjukkan paha putihnya. Meskipun jins itu berukuran panjang namun robekan nya langsung terlihat jelas. Ia menggunakan sepatu boots berwarna hitam dan menggunakan kaos putih serta jaket berbahan denim. Kinan menggerai rambutnya membuat wajahnya yang manis terlihat semangkin sexy. "Waoww! Kalian mau pada kemana?" tanya Marcel pada kedua gadis beda keturunan itu. "Bersenang- senang!" teriak Kinan dengan menggerakkan tubuhnya. "Marcel kenalkan ini Lisa, dan Lisa ini Marcel!" ucap Kinan memperkenalkan keduanya. "Hai Marcel!" Lisa melambaikan tangannya dengan tersenyum cantik. "Hai, senang bertemu denganmu!" jawab Marcel sama ramahnya. "Oke ladies, lets goo!" Marcel menggunakan kaca matanya, lalu masuk kedalam mobil diikuti Kinan dan Lisa. Mereka mengunjungi tempat- tempat yang biasa di kunjungi para wisatawan. Dan itu membuat Lisa dan Marcel bosan. Tentu saja mereka bosan, karena mereka berada sudah lama di negara ini. Namun Kinan dengan bahagianya berlari kesana kemari berfoto ria bersama keduanya. Mereka memilih mampir sejenak di sebuah cafe. Kinan menikmati kopi disana, begitu juga Marcel dan Lisa. "Kita mau kemana lagi?" tanya Marcel yang memang menjadi penunjuk arah. "Terserah, tempat yang enak dan asik dimana?" Lisa dan Marcel saling menatap satu sama lain. "Gue sih pinginnya ke suatu tempat yang belum pernah gue kunjungi!" "Dimana?" tanya Marcel menatap Lisa di hadapannya. Disini lah mereka, disebuah klub yang berada di negara Itali. Kinan baru kali ini menginjakkan kakinya kedalam sebuah klub malam. Sungguh, klub di Indonesia saja sudah membuatnya takut. Apa lagi klub di negara luar seperti ini. Kinan memegang erat baju Marcel yang mulai berjoget saat masuk kedalamnya. "Hey, gerakan tubuhmu Kinan!" ajak Marcel agar Kinan ikut berjoget mengikuti irama musik. Ia tidak nyaman, terlalu banyak pria disana yang bisa saja mengambil kesempatan. Lisa dan Marcel sudah asik dengan mengikuti irama musik dugem yang memekakkan telinga. Kinan merasa ingin keluar dari tempat ini. "Marcel, kita kembali aja yuk?" ucap Kinan dengan keras di telinga Marcel. "Apa?" teriak Marcel tidak dengar. "Keluar, out!" Kinan menggerakkan tangannya mengajak keluar. Marcel menggelengkan kepalanya, tanda tak setuju. "Sebentar lagi Kinan, nikmatilah!" Marcel malah mengajaknya bergoyang membuat Kinan mengusap wajahnya kesal. Ia berjalan mendekati meja bartender melihat Lisa dan marcel saling menggoyangkan tubuhnya. Kinan menatap pintu keluar, sepertinya ia bisa pulang sendiri dan meninggalkan keduanya disini. Kinan berjalan perlahan menghindari keramaian itu, ia menunduk takut melihat tatapan pria- pria bule disana, namun ia tidak melihat jalannya membuat pelayan yang membawa nampan berisi minuman menabraknya, dan membasahi baju seseorang yang baru saja masuk kedalam klub tersebut. Kinan terkejut menatap seseorang di hadapannya ini. Pria bertubuh tinggi dengan tato di bagian dadaanya terlihat jelas tercetak karena baju kemeja yang ia kenakan setengah basah akibat Kinan menabrak pelayan di yang berlalu lalang. "Cosa stai facendo, Cagna?" seorang pria yang berdiri di samping pria itu memegang lengan Kinan dengan erat, bertanya dengan bahasa Itali. Kinan tidak mengerti apa maksud ucapan itu. "Sorry, I'm in a hurry!" Kinan memohon di hadapan pria itu dengan wajah takut. 'Maaf aku terburu- buru! para pria itu saling menatap dan berbicara satu sama lain dengan tatapan masih menatap Kinan. Pria yang tampak seperti bos di antaranya menatap Kinan dengan tatapan tajam menilai dari atas hingga bawah tubuh Kinan. "Kamu bukan orang Italia?" tanya pria yang setengah bajunya basah dengan berbahasa Inggris. Kinan mengerti dengan ucapannya mengangguk seketika. Pria itu menarik sudut bibirnya menatap Kinan tersenyum. "Portami questa donna stanotte!" ucap pria itu menatap Kinan dengan senyum smirk. Ia hendak memegang dagu Kinan namun sebuah tangan menepisnya cepat. "Non toccarlo!" ucap Romi yang juga berada disana. Kinan terkejut mendapati Romi berada disana tanpa sepengetahuan dirinya. Kinan tidak bisa mengerti bagaimana bisa Romi menemukannya disini. Romi langsung menggeret Kinan keluar dari klub tersebut. Kinan mengikuti langkah lebar Romi dengan wajah takut bercampur lega. Ia lega lepas dari pria aneh tadi. Pria Italia itu menatap Romi dan Kinan dengan tatapan marah, ia mengeraskan rahangnya menatap Romi yang membawa Kinan dari hadapannya. Anak buahnya berniat mengejar namun pria itu menghentikannya dengan gerakan tangan. Kinan melangkah cepat mengikuti langkah lebar Romi, ia tidak tahu, apa yang terjadi saat ini. Pikirannya terus bertanya- tanya, mengapa Romi bisa ada disini bersamanya. _____________________________ Note: "Cosa stai facendo, Cagna?" "Apa yang kamu lakukan, jalang? "Portami questa donna stanotte!" "Bawa wanita ini untukku malam ini! "Non toccarlo!" "Jangan menyentuhnya!" Jelas ya, ini bahasa Italia...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD