19. Kerakusan Ibumu “Mas! Buka pintunya!” Kami sedang berkumpul di ruang keluarga, ketika suara itu begitu keras terdengar, sambil menggedor-gedor pintu paling depan rumah kami. Aku mendesah menatap Mas Gibran. Aku tahu siapa yang datang. “Mas dulu nemu dari mana sih itu mahluk ajaib?” Kesal aku bertanya asal ke Mas Gibran. Bukan tanpa alasan aku menyebut demikian, karena wanita bernama Yona Komalasari itu memang benar-benar sungguh ajaib. “Wanita sakit jiwa tepatnya, Bund.” Haura menimpali sambil terbahak. Hubungan kami sudah kembali membaik setelah semua kesalahpamahan terurai. Bahkan ibu mertuaku pun menelepon dan meminta maaf kepadaku. Setidaknya, untuk saat itu, sudah terasa melegakan, meskipun sakit hati itu akan terus bersemayam. “Hush!” Hamish menghentikan Haura. Mas Gibran ti