BAB 15. Permintaan Anak Tiri Rasanya, rumah ini sudah seperti neraka bagiku. Aku tidak lagi merasakan kenyamanan tinggal di sini. Lalu, masihkah aku perlu melanjutkan niat berbisnisku? Entahlah, hatiku gamang. Sepertinya aku pun tidak lagi ingin tinggal di kota ini. Haruskah aku kembali ke Jakarta seorang diri? Atau membawa anak-anakku? Menyerah kalah dan putus asa, atau terus berjuang hingga di titik kemenangan? "Dik." Mas Gibran muncul saat aku sedang duduk termenung di belakang rumah. Hari ini aku memang menghindarinya. Menghindari semua orang. Namun aku enggan bepergian. Tubuhku rasanya lemas tidak tahu sebab apa. Mungkin juga karena terbawa suasana hati yang sedang terluka. Mas Gibran pasti lebih percaya kepada ibunya. Pada poto-poto yang ibu dapatkan entah dari mana. Aku tidak ingi