PERJODOHAN LANA

1130 Words
Hari pertama Alicia bekerja sebagai pengasuh Malik, sangatlah berat buatnya. Malik anaknya sulit dikendalikan, dia selalu membangkang teriak dan menangis setiap saat. Padahal usianya sudah tujuh tahun, tapi dia masih secengeng anak berusia empat tahun. Terkadang Alicia merasa putus asa dan ingin berhenti saja. Tapi setiap kali mendapat dua belas keping logam di akhir pekan, dia mengurungkan niatnya. Malik selalu merasa tubuhnya amat ringan, dia senang melompat dan berlari bagaikan terbang lalu terjatuh berguling dan berakhir penuh luka. Alicia lah yang pada akhirnya menjadi sasaran kemarahan semua orang ! Hidup sebagai anak sebatang kara membuatnya diremehkan semua orang. Semua orang selalu memperlakukannya semena-mena. Tidak jarang Alicia berlari ke pemakaman dan menangis di sela-sela waktu kerjanya. Pemakaman adalah tempat paling indah di lembah rawa, tempat paling tenang untuk menyendiri. Malik menjadi satu-satunya orang yang tidak suka mendengar suara Alicia. Bukan karena jelek, tapi dia tidak suka Alicia menjadi pusat perhatian banyak orang menyaingi dirinya. Yang dilakukan Malik selalu saja mengerjai Alicia. Tn. Hasan dan Ny. Lyan kesulitan mendapatkan izin anak semata wayang mereka untuk bepergian. "Papi bilang kita akan ke Kota. Paul bersurat padaku" Tn. Hasan berdecak "Si tua itu" Paul, adalah seorang pekerja di kastil milik Hasan yang ada di Kota. Paul sudah sangat renta "Papi tidak akan ke kota Malik, Papi dan Mami akan pergi menggunakan pesawat" Malik bersimpuh memegang tangan Papinya "Aku ikut papi, papi janji akan mengajakku terbang. Aku mau terbang" Disanalah Alicia melihat air mata Ny. Lyan tumpah. Dia terisak melihat anaknya. Memang Malik sakit apa ? Hingga sejauh itu Nyonya dan Tuan harus pergi untuk mencari obat buat Malik. Hasan mengecup pipi Malik "Papi, Mami akan kembali. Setelah Papi kembali, kita akan terbang berdua saja" Hasan melihat Lyan "Jangan ajak Mami, dia suka marah-marah" "Kami tidak akan lama Malik" jelas Lyan Suara rengekan Malik terhenti, dia melihat orang tuanya bergantian "Benarkah ?" Meski sudah berpamitan, Malik tetap pundung keesokan harinya. Dia membuat Alicia kewalahan dengan sikapnya. Waktu akan makan Malik melempar supnya tomatnya ke gaun Alicia. "Malik.." Alicia syock melihat gaun putih yang amat spesial buatnya berubah warna jadi merah. Alicia sangat yakin warna merahnya tidak akan pernah hilang di gaun putih ini. "Mereka membuangku karena aku sakit" isak Malik Lucia bersimpuh dan memeluk Malik "Tidak sayangku, tidak, mereka akan kembali" "Bagaimana kalau tidak ? Bagaimana kalau aku tidak punya papi dan mami lagi" "Aku akan bersamamu" bisik Lucia dengan penuh kasih sayang, merengkuh Malik lebih erat. *** Alicia berjalan pulang ke rumah dengan pakaian penuh saos tomat. Billi selalu menunggu adiknya di dermaga ketika hari sudah sore. "Dia melempar makanannya padaku" Jelas Alicia, tidak bisa menyembunyikan kesedihannya pada Billi, tapi dia pantang menangis. "Oh, bocah tengik. Ku goreng saja dia" Billi sudah siap untuk mengahampiri Malik. Tapi Alicia menahannya, menunjukkan lima belas keping logam yang di dapatkannya hari itu "Lucia melebihkan bayaranku, dia memintaku beli kain untuk gaun baru" Billi tidak bisa berkata-kata "Dia cuma bocah Billi, sebentar lagi dia akan dewasa dan tidak membutuhkanku lagi. Aku harus melewati hari-hari seperti ini, aku harus belajar untuk terbiasa" Alicia menanamkan itu pada dirinya sendiri "Memang tidak pernah ada orang yang baik pada anak yatim" Billi tidak berkata-kata, dia lompat ke rakit. Mengangguk pada ALicia. Alicipun lompat. Billi terlihat tidak peduli, tapi amarah Billi tentu berkecambuk di hatinya "Masa depanmu masih panjang Alicia, berkenalanlah dengan banyak orang di kastil itu. cobalah untuk memilih laki-laki" "Billi hentikan ! aku masih empat belas tahun" Billi tertawa dingin "Tumbuhlah yang cantik Alicia.." "Seperti Lili, bukan hanya cantik tapi juga kuat dan bertahan" Alicia tersenyum menatap hamparan danau yang di arunginya sore itu bersama Billi "Sekarang aku sedang berusaha bertahan Billi, untuk bisa menjadi seindah bunga Lili" *** Kakek Pulang dengan sebuah berita hari itu. Dia meminta cucu-cucu kesayangannya, Billi, Lana, Sakina dan Alicia untuk berkumpul. Mereka meminum teh jahe nikmat bersama kue beras kesukaan semua orang. "Aku menemukan seorang peria untuk Lana" ujar kakek pada mereka semua "Lana kamu harus berumah tangga" Lana menunduk, ada kekelaman dalam pandangannya, dia mendesah putus asa. Kakek Didi mengetahui hal yang ditakutkan Lana. Dia menyentuh tangan Lana, menepuk-nepuknya "Cobalah untuk membuka hati dan berkenalan" Lana tidak berkata apa-apa "Setidaknya berkenalan Lana, tidak sukses juga tidak apa-apa. Anggap saja kamu sedang mencoba berkirim surat tanpa tahu burung dara yang berkirim akan kembali padamu atau membawa jawaban untukmu" Lalu Lana membalas tatapan penuh harap kakeknya, dia mengangguk sedikit sekali karena masih ada keraguan. Kakek Didi terkekeh, bertepuk ke udara "Nah Sakina, kamu harus kepasar besok. Bawalah Alicia bersamamu, buatkan gaun putih untuknya. Gaunnya penuh noda, kulihat sore tadi" "Baik kek" Esoknya, gaun biru Lana sudah siap dengan renda yang cantik. sangat cantik. Alicia dan Sakinalah yang merajut renda-renda itu untuk Lana. Alicia rela begadang meski esoknya dia harus menghadapi tingkah polah Malik yang aneh. Tapi kabar tak selalu baik, harapan hanyalah harapan. Lana pulang dengan penuh tangis, wajahnya yang biasanya kaku terlihat tak berdaya. Alicia dan Sakina hanya bisa menatapnya. Sementara Billi memeluk adiknya, menenangkan Lana di salah satu teras gedung utama. Alicia melihat Sakina, meminta kepastian dari kebingungannya "Tidak berakhir baik, tentunya.." Sakina memberikan jawaban setelah menghela nafas panjang Alicia melihat pundak Lana yang terguncang karena tangis. Dia tidak pernah terlihat setidak berdaya itu "Memang apa yang mereka lakukan ?Lana keliatan sangat sedih" "Apapun itu pasti menyakitkan Lana" Alicia tahu Sakina menahan emosinya, suaranya sudah sumbang karena amarah. Tangannya mengepal. Tatapannya masih terpaku pada punggung Lana yang duduk membelakangi mereka. "Apa bercita-cita menikah dengan laki-laki biasa, melahirkan anak-anak dengan dua penggal nama terlalu tidak mungkin buat kita ?" Alicia kasian pada Lana, ini sungguh tidak adil. Padahal dia begitu cantik mengenakan gaun berwarna biru yang sepotong demi sepotong dijahitkan untuknya "Sakina apa kita pada akhirnya akan mendiami panti ini sampai mati ?" "Apa salahnya ?" Sakina menyapu air matanya "Maksutmu ?" Alicia tampak tidak mengerti "Apa salahnya berakhir di panti ini, hanya dengan satu penggal nama ? aku sih tidak keberatan" dia menelan liur yang terasa membakar di tenggorokannya "Karena terkadang laki-laki datang menjadi sebuah musibah di kehidupan para wanita" Alicia mendengarkan, meski hatinya terasa sedih mendengar ucapakan Sakina "Percintaan itu seperti permen gula yang manis di awal dan meninggalkan rasa pahit setelahnya, rasa pahitnya tidak bisa hilang bahkan dengan tegukan air sekalipun, sampai-sampai kamu akan melupakan rasa manis di awal ketika kamu pertama kali mengecapnya. Untuk apa ?" tanya Sakina sengit "Aku lebih baik tidak pernah makan permen" Sakinapun pergi kembali ke dapur Jadi Sakina memutuskan untuk tidak menikah ? padahal musim panen tahun depan kakek Didi pasti punya calon untuknya. Itu artinya dia akan menolak calon kakek. Bisakah seperti itu ? tapi Sakina akan hidup hina sepanjang hidupnya, tidak melahirkan anak-anak dan terkubur tanpa batu nisan, bahkan tidak di restui Juru Kunci. Air mata alicia menetes. Bagaimana dengan nasibnya ? Apa lagi dia adalah orang Chang. Siapa peria yang akan menginginkannya ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD