Bab 1 ~Perselingkuhan

1647 Words
“Frenda?” Frenda berdiri mematung di depan pintu ruangan suaminya sendiri. Jantungnya berdetak dengan kencang, mengirimkan signal tanda bahaya bahwa sebentar lagi air matanya mungkin akan menetes. Kejutan ulang tahun untuk Ervan justru mengejutkan Frenda sendiri. “Siapa?” Wanita yang kini sedang ada dalam rangkulan Ervan menatap pria itu dengan raut penasaran, juga sempat memberikan lirikan sinis ketika tidak sengaja menatap Frenda yang tengah berdiri di hadapan keduanya. Frenda menarik napas singkat. Tidak ada hal yang perlu ia lakukan, bahkan ia juga tidak perlu menegaskan statusnya di hadapan selingkuhan suaminya. Sebab, sepertinya Ervan sudah bersiap untuk mengenalkan istrinya kepada selingkuhannya sendiri. “Dia Frenda, istriku.” Namun, tidak seperti dugaan Frenda bahwa wanita tersebut akan membelak terkejut seperti reaksinya beberapa detik lalu ketika pertama kali melihat Ervan bersama wanita lain, tampaknya wanita cantik bertubuh sintal tersebut sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan apapun. Bahkan ia sempat menatap penampilan Frenda dari atas hingga ke bawah seolah sedang memberikan penilaian. “Oh, perkenalkan… aku Talisha, pacar Ervan.” Katanya sambil mengulurkan tangan tanpa rasa bersalah. Ervan segera melepaskan rangkulannya, kini ia maju selangkah untuk mendekati Frenda yang tentu saja memundurkan langkahnya dengan senang hati demi menunjukkan rasa tidak sukanya. “Kita bicara di rumah aja.” Kata Frenda sebelum Ervan sempat mengucapkan kata-kata khas seorang pria yang ketahuan selingkuh, ‘aku bisa jelasin, ini nggak seperti dugaanmu.’ Sungguh, kalau Ervan sampai mengatakan kalimat tersebut, maka Frenda tidak akan segan berbalik dan mengabaikan pria itu begitu saja. Sebab, tidak perlu mengatakan pengelakan ketika bukti sudah terpampang dengan jelas. “Fren, kita bisa bicara sekarang.” Ervan menahan lengannya, tapi tentu saja Frenda langsung menolak. “Kita bicara di rumah.” Frenda menegaskan keinginannya yang tidak ingin dibantah. “Aku anter kamu pulang.” “Nggak perlu.” Sekali lagi, Frenda kembali menunjukkan penolakan. “Ervan, katanya kamu kamu anter aku pulang!” Wanita yang baru saja mengenalkan diri sebagai pacar Ervan di hadapan istri sahnya, mengeluh dengan tidak tahu malu. Frenda meliriknya sekilas, tapi ia tidak menunjukkan reaksi apapun. Statusnya jauh lebih tinggi dari wanita tersebut, tapi membuat keributan di kantor suaminya bukanlah hal yang pantas Frenda lakukan. Ia tidak ingin berbuat hal murahan yang memalukan. “Aku pulang.” Frenda berbalik tanpa peduli pada perdebatan antara Ervan dengan Talisha. Bahkan ia mengabaikan panggilan pria itu, ia tetap melangkahkan kaki menuju ke dalam lift yang untung saja dikhususnya untuk Ervan sendiri sebagai pemimpin perusahaan sehingga Frenda tidak perlu repot-repot menunggu terlalu lama ataupun bersikap canggung seandainya ia harus berada dalam satu lift yang sama dengan orang lain di tengah situasi yang tidak menyenangkan. “Frenda…” Ervan bergumam singkat. Kakinya sudah berada di depan lift, tapi seakan tidak memiliki keberanian untuk kembali melangkah, pria itu memilih berdiri mematung di hadapan Frenda yang kini sudah menekan tombol lantai paling bawah. “Ervan.” Katanya satu detik sebelum pintu lift tertutup. *** Frenda memang tidak menangis ketika berhadapan dengan Ervan dan selingkuhannya, tapi kali ini ia tidak sanggup menahan kepedihan dalam hatinya. Sekarang, di dalam mobilnya yang masih terparkir di depan lobi kantor Ervan, Frenda memilih untuk menumpahkan air matanya. Rasanya sungguh menyakitkan. Penghianatan Ervan seakan menyayat hatinya, membuat Frenda tidak henti bertanya dan meragukan dirinya sendiri. Apa yang kurang darinya? Apa yang salah dengan dirinya? Bahkan berulang kali Frenda memperhatikan penampilannya, mencoba membandingkan dengan wanita yang ia temui di depan pintu kantor Ervan. Sebab, selama dua tahun menjalin hubungan asmara dengan Ervan setelah perjodohan yang diajukan oleh orang tua angkatnya, dan juga satu tahun hidup bersama dalam bahtera rumah tangga, baru kali ini Frenda melihat penghianatan suaminya sendiri. “Ya, halo?” Sahutnya dengan suara parau. Frenda menghela napas, mengusap air matanya sekilas ketika mendengar ponselnya bergetar. Mau tidak mau Frenda harus mengangkat panggilan tersebut setelah melihat nama peneleponnya, salah satu orang paling penting dalam hidupnya. “Kamu di mana?” Frenda menarik napas singkat. Mengingat hari ini adalah ulang tahun Ervan, seharusnya ayah mertuanya sudah tahu bahwa Frenda sedang berada di kantor putranya. “Di kantor Ervan, Pa.” “Ya sudah kalau begitu. Nanti Papa telepon lagi.” Sekali lagi Frenda menarik napas, “ada apa, Pa?” Jujur saja Frenda masih ingin menangis sendirian untuk meluapkan emosi di dalam hatinya. Namun, Frenda tidak mampu mengabaikan panggilan dari ayah angkatnya yang kini telah menjadi ayah mertuanya juga. “Kalau urusanmu dengan Ervan sudah selesai, bisa kamu datang ke tempat biasa?” Frenda ingin menolak permintaan tersebut. Sangat ingin. Sebab, saat ini penampilannya terlalu kacau untuk datang menemui ayahnya. Ia tidak ingin ada orang yang tahu bahwa Ervan baru saja membuatnya menangis. Tapi lagi-lagi Frenda tidak mampu menolak. “Aku udah mau pulang kok. Sebentar lagi keluar dari kantor Ervan. Papa kenapa?” “Ada Ervan di sana?” Frenda melirik roti coklat yang ia letakkan di jok penumpang belakang, juga beberapa paperbag yang ia gunakan untuk membungkus kado. Ketika air matanya hampir mengalir lagi, Frenda buru-buru mengalihkan tatapan dari benda-benda yang menyebabkan perasaan sentimentilnya, terlebih saat ia kembali mengingat Ervan dan wanita asing dalam rangkulannya. Frenda segera mengusap air mata untuk memastikan bahwa penampilannya kembali terlihat baik-baik saja sekalipun ia baru saja selesai menangis. Bahkan sebenarnya tangisannya belum sepenuhnya usai ketika ayah mertuanya menghubungi ponselnya dengan tiba-tiba untuk yang kesekian kalinya dengan alasan yang selalu sama. “Nggak, dia nggak ada di sini.” “Jangan sampai Ervan tahu, Fren.” “Nggak akan. Dia nggak akan tahu.” Sekali lagi Frenda merasa berdosa kepada suaminya karena telah menyembunyikan hal besar dari pria itu. Namun, tentu saja Frenda tidak memiliki hak untuk membeberkan segala kebenaran tentang keadaan ayah mertuanya, sekalipun pada suaminya sendiri. Untuk yang kesekian kalinya, Frenda kembali berada dalam kebimbangan besar, dan sayangnya ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk memilih. *** Urusan dengan sang ayah mertua baru selesai pada pukul 5 sore dan Frenda memutuskan untuk langsung pulang ke rumah yang telah ia tinggali bersama dengan Ervan sejak mereka menikah satu tahun yang lalu. Rumah yang dibeli Ervan sebagai hadiah ulang tahunnya, satu minggu sebelum pernikaha mereka digelar. Saat itu Frenda merasa seolah hidupnya benar-benar sempurna. Ia hanya seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan. Jangankan untuk sekolah dan memiliki mimpi bekerja di sebuah perusahaan, untuk makan sehari-hari saja pantinya sering kekurangan biaya. Hingga suatu ketika, pasangan suami istri berhati mulia datang berkunjung dan mulai menjadi donatur tetap di panti tersebut. Bukan hanya itu, mereka juga mengangkat Frenda menjadi anak angkat, menjadikan dia sebagai salah satu anak paling beruntung di panti asuhan karena memiliki orang tua angkat yang amat sangat baik. Setelah menjadi anak angkat, Frenda tidak langsung tinggal di rumah orang tuanya, ia tetap tinggal di panti asuhan, tapi segala kebutuhannya selalu dipenuhi oleh mereka. Baru saat usianya menginjak 18 tahun, dimana setiap anak diharuskan keluar dari panti untuk mulai hidup mandiri, orang tua angkatnya memberikan hadiah berupa unit apartemen yang ada di dekat lokasi kuliahnya. Frenda tahu ia beruntung karena mendapat orang tua angkat yang amat sangat baik. Bukan hanya memberikan donasi ke panti asuhannya, tapi juga membiayai pendidikan hingga membuat Frenda mendapat kesempatan mengenyam bangku kuliah S2. Bahkan, pernikahannya satu tahun lalu juga direncanakan oleh orang tua angkatnya. Sebuah perjodohan klasik yang tidak masuk akal antara anak angkat dengan putra kandung sematawayangnya. Ervan… adalah pria pertama yang pernah menjalin hubungan asmara dengannya. Frenda minim pengamalam mengenal kehidupan asmara karena terlalu fokus dengan pendidikan, tapi ia tahu bahwa pria seperti Ervan pasti sudah sering melompat dari satu hubungan ke hubungan yang lain melihat bagaimana lihai pria itu ketika awal pernikahan mereka. Dan Frenda sama sekali tidak keberatan dengan kehidupan masa lalu Ervan yang katanya dikenal sebagai playboy dengan sejuta mantan kekasih. Namun, kali ini Ervan telah melewati batas hubungan yang sebenarnya tidak pernah Frenda tetapkan secara jelas dan gamblang. Perselingkuhan adalah sebuah kesalahan yang tidak bisa dimaafkan. Tidak, tidak ada yang sanggup memaafkan sebuah penghianatan serta kecurangan yang menyakitkan tersebut. Namun, sejak awal Frenda tidak pernah memiliki sebuah pilihan. Sama seperti saat orang tua angkatnya memilih untuk membiayai hidupnya, mereka pula yang memilih Frenda untuk menjadi istri anaknya. Sementara Frenda sendiri juga mengakui bahwa sejak awal dikenalkan dengan Ervan, ia tak kuasa untuk menolak pria itu karena selalu merasa terkesan dengan setiap perlakuannya. Dan sekalipun mengetahui banyak cerita berkonotasi negatif tentang Ervan, Frenda tetap memutuskan untuk menikah dengannya. Bahkan sekalipun tahu bahwa ia bukan wanita pertama Ervan di malam pertama mereka, ia sama sekali tidak merasa keberatan. Tidak sedikitpun. Karena Frenda bukan wanita naif yang memandang dunia berdasarkan kisah dongeng, ia seorang wanita mandiri yang telah mengenyam kerasnya kehidupan. Namun, tidak ada yang bisa dibenarkan dalam perbuatan Ervan kali ini. “Bapak sudah pulang, Mbak?” Frenda bertanya pada seorang pelayan yang menyambutnya di depan pintu. “Belum, Bu. Mau saya buatkan makan malam?” Frenda menggeleng pelan. Ervan tidak pulang, bahkan juga tidak menghubunginya padahal pria itu sendiri yang sempat mengatakan bahwa mereka perlu bicara. Kira-kira pembicaraan macam apa yang akan terjadi? Haruskah Frenda menangis histeris sambil menyalahkan pria itu? Pantaskah ia melakukannya? Sebab, sekalipun saat ini statusnya adalah istri sah Ervan, tentu saja ia tidak bisa menutup fakta bahwa sejak dulu hingga sekarang, tidak ada kesetaraan antara dirinya dan Ervan, seorang anak angkat yang tiba-tiba dijodohkan dengan putra kandung orang tua angkatnya. Begitu masuk ke dalam kamar yang ia tinggali bersama Ervan selama satu tahun belakangan ini, tangis Frenda kembali pecah. Bahkan ia masih bisa melihat sisa kekacauan semalam di atas ranjang milik mereka. Kekacauan yang belum sempat Frenda bereskan karena ia sibuk menyiapkan kejutan untuk dibawa ke kantor pria itu. Setelah ini, haruskah ia bercerai dengan Ervan? Atau haruskah ia tetap bertahan demi memenuhi permintaan orang tua angkatnya? Dua orang yang telah membesarkannya, yang telah membiayai sekolahnya, juga telah memberikan kehidupan baru untuk seorang anak yatim piatu seperti dirinya. Mampukah Frenda melukai hati orang tua angkatnya dengan memutuskan menyerah atas pernikahannya? Atau mampukah Frenda bertahan di tengah luka hati dari pernikahan seumur jagung yang sedang berada di ambang kehancuran?

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD