Ikan

2510 Words
Kembar ABC terkapar di atas karpet lembut, berwarna kuning neon—warna kesukaan Princess. Wajah mereka penuh dengan polesan make up yang tak beraturan. Tubuh mereka juga dibasahi keringat yang ke luar dari setiap pori-pori kulit mereka. Jelas terlihat raut kelelahan di setiap wajah tampan kembar ABC yang ditutupi make up. Jujur saja Aio, Benny serta Cenndric tak menyangka jika menemani Princess bermain, tanpa direcoki Farrell akan semelelahkan ini. Kembar ABC membayangkan seberapa lelah mama mereka saat mengasuh Princess sendirian. Pasti tiap harinya, wanita yang sangat mereka sayangi itu sangat kelelahan. Fakta bara lainnya adalah, ternyata setelah pulih dari sakitnya, Princess bertambah aktif malah bisa dikategorikan hiperaktif. Seperti saat ini, Princess tengah berlarian mengejar El-el yang tampak ketakutan karena Princess mengacung-ngacungkan sebuah kuas make up. Kembar ABC yang melihatnya hanya bisa menghela napas. Untung saja Princess bermain tak menggunakan alat make up mama mereka, jika iya mungkin mereka harus menyiapkan p****t mereka untuk dipukul gagang sapu. "El-el belenti! Kalo ndak belenti, Inces ndak mau maen lagi sama El-el!" Ancaman Princess sukses membuat anak singa jantan itu menghentikan larinya dan segera berbalik untuk duduk dengan patuh di hadapan Princess. El-el nama singa jantan itu memang sangat mematuhi dan seakan-akan mengerti dengan setiap apa yang dikatakan oleh Princess. "Nah pintel!" seru Princess senang bukan main. Princess kemudian segera duduk dengan nyaman di depan El-el dan mulai menyapukan make up di wajah El-el yang seharusnya sangar dan menakutkan. Sementara itu Hendrik dan Gwen yang baru saja kembali dari acara belanja mereka, sontak terkejut dengan keadaan rumah yang telah kacau balau. Semua ornamen-ornamen penghias rumah telah berpindah tempat dan tak lagi terlihat manis. Jejak-jejak kaki kecil yang berlumpur terlihat di lantai marmer krem. Gwen hampir menangis melihat semua ini, ia mengalihkan pandangannya dan melihat para pelayan muda tengah bersembunyi dengan raut cemas mereka. Tentu saja Gwen merasa aneh dan mengerutkan keningnya saat melihat itu semua. Gwen mendekati mereka dan bertanya dengan kesal, "Kenapa kalian malah bersembunyi seperti ini? Apa kalian tidak melihat jika rumah kacau dan kotor?" "Gwen, kami tidak bisa bekerja saat ini. Nona Princess sangat menakutkan, ia akan mengejar-ngejar kami dan mendandani kami dengan alat make up miliknya." Suara pelayan wanita itu terdengar bergetar seakan-akan menunjukkan betapa dirinya sangat takut saat ini. Gwen memijit pelipisnya yang terasa pening. Tadi pagi, nyonya dan tuan besarnya memang pergi menuju negeri kincir angin untuk menemui Dave yang tak lain adalah ayah dari Farrell. Nona muda tidak bisa ikut serta karena masalah kesehatannya, nona baru saja pulih dari sakitnya, dan tidak diperbolehkan untuk berdekatan dengan orang sakit. Sedangkan tuan-tuan mudanya secara kompak meminta untuk menemani Princess di mansion yang berada di Indonesia. Hendrik dan Gwen ditugaskan untuk menjaga kembar ABC serta Princess. Namun Gwen tak menyangka jika nona mudanya akan berubah menjadi sangat liar seperti ini, apalagi kini Riri dan Farrell yang merupakan pawangnya, telah berada bermil-mil jauhnya dari sini. Gwen mengikuti langkah ayahnya—Hendrik—yang telah lebih dulu menuju ruang bermain Princess yang besarnya bahkan melebihi kamar utama, yang ditempati oleh Farrell dan Riri. Ruangan tersebut berada di lantai tiga, satu lantai diatas kamar pribadi keluarga Dawson. Mansion milik Farrell yang berada di Indonesia ini, memang hanya terdiri dari tiga lantai. Lantai satu diisi oleh kamar tamu, ruang tamu, ruang makan, serta dapur. Lantai dua, terdiri dari kamar pribadi serta ruang baca dan perpustakaan, jangan lupakan ruangan khusus milik kembar ABC. Serta lantai tiga terdiri dari ruang bermain Princess, serta bioskop mini yang bergabung dengan ruang karaoke. Mulut Gwen menganga saat melihat keadaan kembar ABC yang telah terkapar serta El-el yang tengah pasrah didandani oleh Princess. "Auntie Gwen! Liat Inces pintel, ‘kan!" Princess meloncat dan ditangkap oleh Gwen dengan sigap. "Iya, Nona Princess memang pintar. Tapi sepertinya Nona harus berhenti bermain dulu. Sekarang waktunya makan siang, dan tidur siang. Setelah itu, bisa kembali bermain," jawab Gwen pelan. Mencoba untuk memberikan pengertian pada nona mudanya itu. Sementara Gwen membujuk Princess agar berhenti bermain, Hendrik membantu tuan-tuan mudanya untuk bangkit. Senyum tipisnya terukir saat melihat raut kelelahan di wajah ketiga putra kembar dari tuan yang telah ia layani sejak lama. Ini baru tengah hari, dan mereka sudah terlihat selelah ini? Ke mana perginya kepercayaan diri mereka tadi pagi yang mengatakan akan sanggup menemani dan merawat Princess selama orang tua mereka tengah berada di Belanda untuk menjenguk Dave yang memang dikabarkan tengah sakit. "Bagaimana, Tuan? Bukankah lebih baik Tuan Farrell ada di sini? Kalian bisa bekerja sama merawat nona muda dan tak akan selelah ini," Hendrik memberikan wejangan. Tentu saja, Hendrik yang merupakan salah satu orang yang sudah mengetahui seluk beluk keluarga Dawson ini, merasa sudah waktunya kembar ABC berdamai dengan ayah mereka, Farrell. "Tidak, kami tidak lelah. Ini jauh lebih baik, karena Princess hanya bermain dengan kami," Aio menolak gagasan kepala pelayan yang telah ia anggap seperti opahnya sendiri. Aio tentu saja masih merasa sanggup untuk kembali menemani Princess bermain dan menjalankan harinya. "Ya, jika Papa ada, Princess pasti dimonopoli." Benny mengerucutkan bibirnya dan menyeka lipstik yang memoles bibir tipisnya. Ah, jika saja bukan Princess yang melakukan ini padanya, Benny pasti sudah mematahkan tangan orang yang berani membuatnya seperti ini. "Iya! Princess adik kami, jadi kami yang paling berhak bermain dengan Princess," Cendric menimpali. Ketiganya teringat bagaimana wajah Papa mereka tadi pagi, betapa tidak relanya dia saat Princess tak bisa ikut dalam perjalanan menuju Belanda. Dan Princess harus ditinggalkan bersama kembar ABC untuk beberapa waktu, ah pasti papanya itu sangat kesal karena tak bisa melihat wajah putri kesayangannya. Tentu saja kesempatan yang sangat jarang seperti ini tak bisa mereka sia-siakan. Maka dari itu, kembar ABC berjanji akan bermain sepuasnya dan memenuhi semua keinginan Princess. Jadilah mereka rela saja ketika wajah mereka didandani seperti badut oleh Princess. Aio, Benny, serta Cendric beranjak menuju Princess yang kini kembali naik ke atas punggung El-el dan berniat untuk turun ke lantai satu untuk makan siang. Ya, mereka harus mengisi tenaga dengan makanan yang enak. Apalagi kembar ABC yang harus mengimbangi keaktifan adik mereka. *** Princess meloncat-loncat di kasurnya yang luas. Ia terus menolak untuk tidur siang dan terus merengek untuk kembali diizinkan bermain. Kembar ABC kewalahan untuk membuat adiknya diam dan segera tidur siang. Tentu saja, Princess harus tidur siang, agar nanti malam tidak rewel. Salah satu peraturan yang memang ditetapkan oleh Lea adalah tidur siang bagi Princess. Karena itu, dengan cara apa pun kembar ABC harus membuat Princess tidur. "Princess jangan melompat-lompat seperti itu! Atau Bang Ai marah!" Suara Aio terdengar meninggi. Seketika Princess menghentikan aksinya dan duduk diatas ranjang dengan patuh. Manik matanya yang kecokelatan menatap kakak sulungnya dengan lekat. Lalu sedetik kemudian tangis Princess pecah. Benny serta Cendric yang berdiri di samping Aio segera memukul punggung Aio dengan keras. Tak habis pikir, kenapa kini Aio malah membuat adik mereka menangis seperti itu. Aio hanya meringis merasakan sakit, kedua adiknya memukul dengan tenaga yang tak tanggung-tanggung. Aio juga baru sadar jika tadi sudah meninggikan nada bicaranya. Pasti Princess sangat terkejut hingga menangis seperti ini. Ketiganya akhirnya naik ke atas ranjang untuk menenangkan adik kecil mereka yang malah bertambah menggemaskan dengan air mata serta ingus yang berlomba berjatuhan. "Maafin Abang Ai ya, Abang tidak berniat membentak sepert tadi," ucap Aio berusaha mendapatkan maaf dari adik cantiknya. Namun, Princess menepis tangan Aio yang akan menyeka air matanya. Ia memilih berbalik dan naik keatas pangkuan Cendric. Ia mendusel-duselkan wajahnya yang basah di d**a Cendric, menyebabkan bagian kaos yang digunakan Cendric, berubah kotor karena ingus Princess. Tapi yakinlah, bukannya marah, Cencen kini tengah bahagia karena Princess lebih memilih bermanja-manja pada dirinya. Betapa bahagia dirinya karena bisa mengalahkan kedua kembarannya. Princess mengintip dan menatap polos pada Aio, sebelum berseru, "Inces malah cama bang Aio. Kita mucuhan!"  "Tapi Princess gak marah sama bang Benny, ‘kan? Bang Benny kan sama kayak Cendric, gak ikut-ikutan ngebentak Princess," Benny merengek dan menoel-noel pipi tembam Princess. Tentu saja dirinya tidak ingin mendapatkan kemarahan dari adik kecil kesayangannya ini. Aio yang mendengar perkataan Benny, hanya bisa melotot tak percaya. Kedua adik kembarnya memang kurang ajar. Bukannya membujuk Princess untuk memaafkan dirinya dan berhenti merajuk, mereka malah mengompori Princess agar Princess semakin menjaga jarak dengannya.  "Abang Beben baik, Inces cayang. Kalo bang Aio, ndak baik, jadi Inces endak sayang," jawab Princess polos membuat Benny dan Cendric menahan tawa, sedangkan Aio melotot tak percaya. Hanya karena ia meninggikan suaranya sedikit, dan itu berhasil menghapus kasih sayang Princess untuknya? Aio tentu saja mulai merasa resah. Aio takut jika Princess tidak akan memiliki kasih sayang pada dirinya. Jika saja di sini ada neneknya Tapasya, pasti Aio sudah mengikuti perkataannya. Demi Dewa! Namun, Aio yang memang memiliki kecerdasan, yang di atas rata-rata telah mampu mengidentifikasi masalah dengan cepat dan mengambil solusi terbaik. Kini ia memasang wajah memelasnya, dan itu sukses membuat kedua adik kembarnya merinding bukan main. Bagi mereka ekspresi Aio begitu menakutkan. Ayolah, Aio itu tidak pernah menunjukkan ekspresi seperti itu di hadapannya. "Princess beneran marah sama Abang? Gak mau ngomong lagi sama Abang? Kalo gitu Princess jahat sama Abang. Orang jahat, gak bisa masuk surga loh!" Princess menoleh, manik matanya terlihat berkilat indah. "Inces ndak jahat. Tapi Inces malah sama Bang Ai," sanggah Princess.  "Kalo gitu, Princess bilang mau apa sama Abang. Nanti, Abang kasih apa pun yang Inces pengen. Tapi ...," Aio menjeda kalimatnya dan membuat Princess penasaran dan otomatis turun dari pangkuan Cencen, tanpa sadar gadis kecil itu menepuk-nepuk paha Aio dengan tidak sabar. "Tapi apa?" tanya Princess tidak sabar dengan perkataan Aio yang menggantung. Aio menipiskan bibirnya, merasa gemas dengan apa yang dilakukan oleh Princess saat ini. Ah, Aio ingin menyakui Princess dan menyimpannya untuk dirinya sendiri. "Princess harus maafin abang, oke?" tanya Aio memberikan penawaran. Aio harus menyadarkan dirinya, kini yang lebih penting adalah mendapatkan maaf dari adik kecilnya itu.  Princess memasang pose berpikir. Lalu tak lama ia mengangguk. "Setuju! Tapi abang Ai halus caliin Princess ikan. Ikan kecil yang walna-walni itu loh!" seru Princess dengan suaranya yang manis. "Tenang, abang bisa suruh Opah Hendrik untuk membelinya," ucap Aio dengan nada tenang yang berusaha ia pertahankan. Padahal, kini Aio sudah sangat senang karena Princess sudah memberikan maaf padanya. "Ndak! Abang Aio yang harus beli cendili! Hus-hus sana pelgi, Inces mo tidur cama Abang Beben terus cama Abang Cencen. Iya kan Bang?" tanya Princess sembari mengalihkan pandangannya kepada kedua kakak kembarnya, Benny dan Cendric. Dan pertanyaan Princess dijawab dengan anggukan cepat oleh keduanya. Princess segera berbaring, Benny dan Cendric dengan kompak mengeloni Princess. Sedangkan Aio hanya menghela napas dan segera beranjak untuk mencari apa yang diminta oleh adik kesayangannya. *** Hari mulai sore, dan Princess telah bangun dari tidur siangnya. Ia kini tengah berlarian di taman samping rumahnya dan tertawa saat El-el tak berhasil menangkap kupu-kupu yang mereka kejar. Princess telah seperti ini sejak satu jam yang lalu, Benny dan Cendric sampai kelelahan mengikuti langkah Princess. Namun yang mereka ikuti tampak tak merasakan lelah sama sekali. Gwen serta Hendrik mengamati tingkah laku mereka dari jauh, sesuai dengan perintah kembar ABC yang tak mau mereka ikut campur selama Farrell tak berada di sana. "Princess, liat apa yang Bang Aio bawa!" seru Aio. Mendengar seruan Aio tersebut, Princess menghentikan larinya dan menoleh kepada Aio yang membawa satu buah plastik bening berisi ikan-ikan mas hias berwarna-warni yang begitu cantik. Aio yang melihat Princess yang mulai mengambil ancang-ancang untuk berlari, tentu saja segera berlutut untuk menunggu kedatangan adik bungsunya. "Wah, ikan!" Princess menghambur dengan begitu riangnya menuju Aio, namun Aio segera mengangkat kantung plastik itu tinggi-tinggi sebelum Princess bisa meraihnya. "Sebelum Abang kasih, Princess harus maafin Abang dulu," ucap Aio. Princess segera mengangguk cepat dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi mencoba menggapai tangan kakaknya. Aio menggeleng, ia tersenyum tipis masih dalam kondisi dirinya yang berlutut.  "Cium dulu." Aio menyodorkan salah satu pipinya untuk mendapatkan sebuah kecupan ringan dari Princess. Tentu saja, Princess dengan patuh memberikan sebuah kecupan manis pada pipi Aio. Pemuda itu menyeringai kepada kedua adik kembarnya yang tengah menekuk bibir mereka karena tak mendapatkan kecupan dari Princess. Baru saja Benny dan Cendric akan protes, Aio lebih dulu memberikan kantung plastik dan diterima dengan riang oleh Princess. Gadis kecil itu segera berlari menuju mansion, diikuti oleh El-el yang berlari ringan. "Tidak adil!" seru Benny dan Cendric sembari mengerucut kan bibir mereka dan protes kepada Aio. Keduanya terlihat begitu kompak dalam hal ini. "Ini pelajaran untuk kalian. Jangan pernah bertingkah di hadapanku lagi!" Aio memberikan peringatan keras. Seketika Benny dan Cendric bungkam. Mereka tak bisa membela diri lagi, mereka memang merasakan telah bersikap salah. *** Princess terlihat cantik dengan gaun tidurnya yang berwarna kuning lembut. Rambutnya yang berwarna hitam legam digerai dan jatuh dengan lembut di punggungnya. Setelah meminum s**u, Princess berkali-kali menguap lebar. Setelah seharian puas bermain, dan membuat ketiga kakaknya kelelahan, kini giliran Princess yang kelelahan. Princess perlu tidur dan mengisi energinya kembali. Melihat Princess yang menguap, kembar ABC sadar bahwa Princess pasti sangat lelah dan mengantuk karena seharian sibuk berlarian kesana kemari, apalagi tadi ia mendapatkan hewan peliharaan baru dan membuatnya semakin aktif. "Tuan muda, sudah saatnya Nona Princess tidur." Gwen mengingatkan. Hendrik tampak memperhatikan sembari membereskan piring kotor di atas meja di ruang keluarga. Kepala pelayan itu juga mengarahkan para bawahannya untuk merapikan meja makan segera. "Ya, kami akan meninabobokan Princess dulu. Ingat jika Papa menelepon lagi, katakan Princess sudah tidur dan tidak bisa dibangunkan. Aku akan mengirimkan foto Princess sebagai balasannya," ucap Aio memberikan perintah. Seharian ini, Aio dan kedua adik kembarnya memang sangat kesal karena Farrell terus mengganggu dengan cara menelepon terus. Farrell berusaha ingin melakukan video call dan melihat wajah putrinya. Namun kembar ABC tentu tidak mau melakukan hal itu. Gwen menyanggupi perintah Aio. Sedangkan Aio beranjak pergi dengan Princess di dalam gendongannya, kepala Princess bersandar di pundak Aio, tampak begitu mengantuk. Langkah Aio diikuti oleh Benny dan Cendric. Tak butuh waktu lama, setelah Aio merebahkan tubuh Princess di atas ranjang, Princess jatuh terlelap dengan senandung dari ketiga kakak kembarnya yang meninabobokan dirinya. Princess memang sudah terbiasa tidur dengan cara seperti ini. Harus ada satu atau doa orang yang menyanyikan senandung tidur dan membuatnya terlelap dengan nyenyak. "Selamat tidur Princess kesayangan Abang." Aio mengecup kening Princess dengan penuh kasih sayang. Ia mundur perlahan lalu digantikan oleh Benny yang mencium pipi kanan Princess. "Mimpi yang indah ya, Princess manis," ucap Benny sembari menatap wajah manis adik kecilnya. Cendric maju setelah Benny mundur. "Mimpiin abang Cencen aja, pasti Princess mimpi indah." Ucapan Cencen mengundang kekesalan kedua kakaknya, dan Cencen sukses mendapatkan dua toyoran di kepalanya. Cencen terkekeh dan memilih mengecup pipi kiri Princess. "Good night my Princess." Ketiganya ke luar dari kamar Princess, setelah memastikan semua jendela tertutup rapat, dan Princess tidur dengan nyaman. Sebelum itu, Aio lebih dulu mematikan lampu kamar agar Princess tidur lebih nyenyak. Aio ke luar paling terakhir dan kembali memastikan jika tidak ada hal aneh yang terjadi di kamar Princess. Aio mengulas senyum karena melihat Princess yang terlelap dengan nyenyaknya. Hanya saja, kembar ABC tidak akan pernah tahu, jika sebenarnya Princess sebenarnya tak akan bisa tidur dengan nyenyak tanpa sebuah pelukan hangat. Dan sosok misterius yang kini berbaring di samping Princess lah, yang akan memberikan pelukan hangat tersebut hingga pagi menjelang. Mengantarkan Princess semakin nyenyak dalam tidur cantiknya.  "Tidur dengan nyenyak sayang. Tumbuhlah dengan cepat, dan saat itulah aku akan datang menjemputmu my little Princess."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD