Babak terakhir yang merupakan babak penentuan pertandingan bola basket Liga Champions antara Manila Warriors dan Global Kniks, berlangsung alot. Angka demi angka saling mengejar. Kadang Manila Warriors yang memimpin, tapi Global Knicks bisa menyusul . Sekarang kedudukan adalah 108 – 107 untuk kemenangan Manila Warrior, selisih satu angka itu bisa langsung berbalik, bila Global Knick berhasil memasukkan bola di ring Manila Warrior.
Saat ini, pemain Global knicks mulai mendrible bola. Pemain bernomor 7, yang Sandra ketahui bernama Leonardo. Salah satu pemain yang pernah Sandra approach agar bisa tanda tangan dengan Trust Management, tapi Leonardo menolak dan memilih perusahaan Alexander dengan alasan, perusahaan Alexander merupakan perusahaan franchise dari Amerika dan telah memiliki banyak pengalaman menjadi agent atlit, dibandingkan dengan perusahaan Sandra, yang masih merupakan perusahaan lokal dan tidak memiliki atlit sebanyak yang dimiliki perusahaan Alexander.
Memang perusahaan Sandra belum sebesar perusahaan Alex, tapi seiring waktu, Sandra yakin bisa membesarkan perusahaannya sebesar perusahaan Alex. Sandra rajin mendekati pemain-pemain berbakat baru dari sekolah-sekolah SMA. Mereka direkrut untuk pindah ke Manila dari seluruh pelosok Filipina dan Sandra akan mencarikan mereka team yang mengontrak mereka,lengkap dengan pemberian beasiswa untuk kuliah. Meskipun hanya menjadi team B dari suatu Club, tapi mereka sudah memulai langkah pertama untuk bisa menjadi pemain professional. Sandra mengharapkan semua anak-anak berbakat dalam permainan bola basket bisa mendapat fasilitas terbaik. Kalau perusahaan Alex lebih memilih, pemain yang sudah dipoles untuk menjadi pemain basket profesional. Sandra yakin, personal touch yang selama ini selalu dilakukannya, bisa membuat para pemain yang tergabung di agencynya menjadi pemain bintang dan mereka akan setia karena Sandra lah yang merekrut mereka dari bukan siapa-siapa dan Sandra yang berjuang sekuat tenaga agar klub mau mengontrak mereka sebagai awal menjadi pemain basket profesional, meskipun hanya dibayar biaya kuliah saja.
Teriakan penonton yang menggema,membuyarkan lamunan Sandra. Sandra kembali mengarahkan pandangannya ke arah lapangan basket. Kali ini bola berada di Global Knicks. Leonardo mendrible bola, mendekati area pertahanan Manila Warrior. Seluruh penonton yang merupakan fans fanatik Manila Warrior. berteriak sambil menghentakkan kaki mereka dengan lantunan nada.
‘ Defence-…..defence ….., defence...’
Kata-kata penyemangat untuk bertahan itu mereka ucapkan berulang-ulang , agar pemain Manila Warrior tidak kendor pertahanannya dan membiarkan pihak Global Knicks menjebol ring mereka.
Leonardo mempassing bola dengan kencang ke arah teman se teamnya yang menempati posisi centre dan mempunyai tinggi badan hampir 2.meter. Pemain tinggi itu dengan lincah membalikan badannya dan melompat lalu melempar bola menuju ring. Dan Cuss, bola bundar warna orange itu berhasil menambah point buat Global Knicks. Sekarang kedudukan menjadi 108-109 untuk keunggulan Global Kniks.
Hati Sandra mulai kebat-kebit. Aduh.. tinggal tiga menit lagi pertandingan ini akan berakhir.Apakah mungkin Manila Warrior berhasil membalikkan keadaan. Sandra meremas-remas tangannya dengan gelisah. Hatinya sibuk berdoa. Tuhan. tolong supay Timmy bisa menghasilkan angka agar Manila Warrior bisa menang. Sandra berdoa dengan sepenuh hatinya. Hanya itu yang bisa dia lakukan dalam keadaan segenting ini. Semua penonton yang merupakan fans Manila Warrior juga tampak terdiam, pasti mereka juga sibuk berdoa agar Manila Warrior bisa membalikkan keadaan dan menjadi pemenang di pertandingan yang sangat seru ini.
Sekarang Timmy, yang mendrible bola. Dia tampak menjerit kepada teman-teman teamnya untuk mencari posisi yang tepat. Pemain Global Knicks juga tidak mau kalah. Mereka bertahan dengan penuh semangat, karena merasa telah unggul satu angka. Mereka cukup bertahan sekuat tenaganya, menjaga dengan ketat seluruh pemain Manila Warrior agar tidak bisa menembakkan bola ke ring basket dan menghasilkan angka. Maka kemenangan sudah pasti menjadi milik mereka. Tiga menit lagi pertandingan akan segera berakhir. Peluit panjang akan segera dibunyikan, dan kalau itu terjadi, sungguh sangat disayangkan karena Manila Warrior akan kalah dengan hanya selisih hanya satu angka.
Timmy masih sibuk menunjukan jarinya untuk mengatur posisi teman-temannya. Dua menit tiga puluh sembilan detik adalah angka yang ditunjukkan jam digital di papan besar di tengah lapangan. Strategi dan timing harus segera dimantapkan, agar tidak salah langkah. Bola tidak boleh terlalu cepat di tembakkan, karena kalau tidak masuk, pihak lawan akan kembali mendapatkan bola dan ada kemungkinan menghasilkan angka. Jadi Timmy dengan kemampuan mendriblenya mengayunkan bola ke kiri dan ke kanan sambil meliuk-liukan tubuhnya dengan lincah. Sekarang pertahanan yang dilakukan adalah one by one. Satu orang pemain Manila Warrior, menjaga satu orang pemain dari Global Knicks.
Leonardo yang menjadi penjaga Timothy, menjaganya dengan penuh tekad. Leonardo sudah tahu kehebatan Timmy. Leonardo tahu Timmy adalah pemain hebat. jadi dia berusaha menjaga Timmy agar tidak menghasilkan angka untuk Manila Warrior. Timothy mendrible bolanya dengan lincah berpindah tangan dari kiri ke kanan. Jam digital sudah menunjukkan angka 1 menit 39 detik. Timothy mengambil keputusan, sekarang saatnya, teman-temannya harus berdiri di posisi yang tepat, agar bisa mendapatkan bola dan ditembakkan ke ring lawan.
“ Ayo teman-teman!” Jeritnya sambil melakukan trik menghindar kiri tapi lalu berpaling ke kanan dan melewati Leonardo yang sekarang tertinggal dua langkah di belakangnya. Melihat sekeliling, tidak ada seorangpun temannya yang bebas dan bisa menerima bola. Pertahanan Global Knicks , memang sungguh tangguh. Tangan mereka selalu teracung tinggi untuk menghalangi lemparan bola dari Timothy. Salah satu teman se team Timoth y,ternyata masuk ke area kotak three second. Dan sang wasit mulai menghitung.
Timmy tahu, dia harus mengambil keputusan, untuk menembakkan bola meskipun jarak ke ring sangat jauh. Timmy berdiri di area setengah lapangan. Tinggal dua detik tersisa , Timmy harus segera mengambil keputusan dan kalau dia tidak menembakkan bola ke ring, bola akan berpindah menjadi bola lawan. Sekarang saatnya bola bundar itu harus segera melayang ke ring basket. Timothy yang mendrible bola lalu melompat tinggi di area three point. Dia melemparkan bola sambil membidik ke ring basket. Sekali lagi, kemenangan timnya akan ditentukan oleh lemparan jitunya ini. Sekuat tenaga dan penuh perhitungan, lemparan bola Timoty melambung tinggi,
Bola berputar di ring basket dan CUSSSS..... masuk dengan mulus.
Tapi ……… Sebelum Timothy mendaratkan kakinya kembali, bertepatan dengan bunyi pluit panjang ditiupkan wasit tanda pertandingan telah berakhir, sebuah kaki lainnya menjegal kaki Timothy dan Timothy terhempas kencang, jatuh terlentang di arena basket itu.
Jerit membahana Sandra melihat Timothy yang jatuh terlentang, meredam semua hiruk pikuk tepuk tangan para penonton yang bersorak kesenangan karena Timothy berhasil membawa timnya menjadi pemenang di perlombaan basket Liga Champions Filipina dengan selisih angka hanya dua point . Kemenangan fenomenal yang didapatkan Manila Warrior karena Timothy berhasil menembakkan three point dengan tepat di ring lawan, di detik-detik terakhir pertandingan, tapi berakhir dia harus jatuh kesakitan karena tidak mendarat dengan mulus di lapangan.
Sandra segera berlari ke tengah arena. Dia tidak mempedulikan wasit yang meniup peluit dan memberikan fault pada Leonardo, pemain tim lawan yang menjegal Timoty. Dia berteriak kepada semua orang supaya jangan mendekati sahabatnya sekaligus atlitnya yang saat ini tidak bisa bergerak dan sedang merintih kesakitan . Sandra menjerit panik dan menyuruh mereka mundur untuk tidak mendekati Timmy karena sebagai agent Timothy, dia tidak ingin hal buruk memperparah kondisi Timothy yang sekarang mengerang kesakitan sambil mengenggam erat tangan Sandra.
“ Sakit San.. Sakit banget. ” Kata Timothy mengerang.
“ Panggil paramedis! Panggil Paramedis!” Jerit Sandra kalut dan semua petugas lapangan langsung menelepon paramedis yang bertugas.
Dua orang paramedis datang membawa tandu. Timothy masih tetap merintih kesakitan. Mereka mengangkat Timothy dengan tandu dan bersama Sandra yang setia mendampingi langsung berlari menuju ambulance yang melaju kencang menembus kegelapan malam, menuju rumah sakit terdekat.
Pelatih Timothy, Coach Louis, tidak memperbolehkan pemainnya untuk melakukan celebrasi kemenangan. Semua berkerumun memberi dukungan kepada Timothy. Semua penonton berdiri dengan tatapan kalut, karena pahlawan mereka cedera sampai tak bisa bergerak dan dilarikan ke rumah sakit. Semoga cedera Timothy, tidak parah. Semoga cederanya hanya terkilir biasa, bukan patah kaki parah, karena untuk atlit basket seperti Timohty, cedera kaki , bisa mengakibatkan karirnya terhenti.
Tidak ada celebrasi kemenangan yang dilakukan oleh teman-teman se team Timothy. Mereka hanya berdiri di tengah lapangan lalu memberi hormat. Pelatih meminta doa kepada seluruh penonton untuk mendoakan Timothy agar tidak mengalami cedera hebat, karena dia adalah pahlawan bagi Manila Warrior. Berkat lemparan three point Timothy yang akurat, Manila Warrior bisa memenangkan pertandingan sengit hari ini meskipun untuk itu Timothy mengalami cedera karena di jegal oleh Leonardo, pemain tim lawan yang bertugas menjaga Timothy dengan ketat sepanjang permainan ini.
Mobil ambulance yang membawa Timothy dan Sandra memasuki halaman rumah sakit dan berhenti di ruang IGD.
Lutut kiri Timoty kelihatan membengkak dan memerah. Hati Sandra sangat kalut, melihat keadaan lutut tersebut. Sandra langsung menelepon dokter Ferry yang merupakan konsultan bedah tulang dan sport doctor yang bekerja khusus untuk Trust Agency. Sandra berbicara cepat ke dokter Ferry dan dokter Ferry mengatakan agar segera memberikan handphone ke dokter IGD supaya bisa diberi instruksi untuk penangangan sementara Timmy. Mereka harus melakukan pertolongan pertama dengan memberikan obat penahan nyeri untuk Timothy dan tidak melakukan tindakan apapun sampai dokter Ferry tiba.
“ Tenang ya, Tim. Tenang ya, Aku sudah menelepon dr. Ferry. Setengah jam lagi, dr Ferry akan tiba.” Kata Sandra dengan tetap mengenggam erat tangan Timoty.
“ Sakit.. San.. Sakit banget”. Erang Timothy, tampak menahan kesakitan yang sangat di lututnya. Sandra seakan ikut merasakan sakitnya Timmy. Sandra tahu sakit yang Timmy rasakan, karena dulu Sandra juga pernah mengalaminya.
Sandra hanya bisa mengelus-elus lengan Timothy untuk menenangkannya. Sandra berharap elusannya itu bisa mengurangi rasa sakit Timmy.
Dokter IGD segera memberikan suntikan penahan nyeri kepada Timothy dan obat itu segera bekerja. Tidak berapa lama kemudian, Timothy tidak lagi mengerang dan diapun tertidur dengan tangannya tetap mengenggam erat tangan Sandra.
Melihat lutut Timmy yang membengkak , Sandra berharap, Cedera Timmy tidak sama seperti cedera yang dialami Sandra dulu, saat dia harus menghapus mimpinya untuk menjadi pemain basket nasional, karena terjatuh dan keadaan lututnya sama persis dengan keadaan lutut Timmy. Bengkak dan memerah. Ya Tuhan. Jangan biarkan Timmy mengalami cedera yang sama denganku, sehingga dia tidak lagi bisa bermain basket, di saat karirnya sedang menanjak . Di saat kontraknya akan berakhir di Manila Warrrior. Ya Tuhan.. Tolong aku, Tuhan.. Doa Sandra berulang kali, dan tanpa sadar air matanya mengalir. Hatinya sakit melihat Timmy yang sekarang terbaring lemah dan tertidur dengan lutut yang membengkak dan memerah.
Akankah Timmy baik-baik saja? Apa diagnosa dokter Ferry untuk Timmy? Apakah Timmy juga mengalami cedera ACL ( Anterior Cruciate Ligament) seperti dulu pernah dialami Sandra dan mengakibatkan Sandra menghapus impiannya menjadi pemain bola basket?