When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Kali ini dan masa depan, dapat kupastikan ada jurang gelap menunggu datangnya hati rapuhku. Menunggu dengan kepastian yang semu. Sesuatu begitu angkuh seakan menantang dengan cukup lantang memberikan suatu pandangan padaku. Kemarin baru saja aku disentakkan pada keadilan padahal kuyakini takkan kutemukan diwaktu manapun itu, nanarnya awan yang tak dapat kugapai takkan pernah ingin ku genggam lagi tetapi nyatanya sulit kupertahankan. Rasanya, dunia masih saja tak ingin merestui apa yang memang diperuntukkan untukku selalu saja menarik ulur dengan sangat angkuh seakan-akan dialah yang menang. Menciptakan senyum diwajahku saja tak ingin takdir lakukan lalu bagaimana mungkin kurasakan kata bahagia yang sesungguhnya. Aku hanya sekeping kaca yang sedang berserakah tak ada satupun yang ingi