Kami memasuki halaman sebuah bangunan sederhana berlantai dua. Ruangannya didominasi dinding kaca di kedua lantai, bisa terlihat dari luar beberapa lukisan yang terpajang cantik di dalamnya. Ada tiga mobil terparkir di sana dan beberapa motor. Kulihat, motor sport Bima ada di barisan paling depan. Gerry meraih tanganku dan menggenggamnya. Mengajakku melangkah memasuki galeri mini ini. Jantungku mulai berdetak liar. Aroma cat minyak dan kanvas menyambut kami begitu masuk. Seorang perempuan muda yang berdiri di meja resepsionis berdiri, wajahnya tersenyum ramah. "Mau ketemu Bima, saya temannya." Gerry berkata to the point. "Oh ke Mas Bima, baik. Silahkan masuk, Pak. Saya antarkan ke ruang Mas Bima." Resepsionis dengan tag nama 'Rindy' menuntun kami memasuki galeri. Ternyata bagian dal