10. Mama

547 Words
Setelah menerima telfon dari Kara tadi, Samuel langsung pergi ke rumah sakit dengan terburu-buru. Masa bodo dengan guru BK yang melihat kepergian nya tadi, karna itu sama sekali tak penting bagi nya. Dengan langkah kaki yang panjang Samuel bisa dengan cepat berlari menuju ruang inap Kara. Dapat Samuel lihat, di depan pintu ruang inap Kara terdapat beberapa laki-laki berpakaian jas hitam yang berdiri dengan tegas layaknya seorang bodyguard. Tanpa memperdulikan para bodyguard itu, Samuel langsung masuk ke dalam ruang inap Kara dan menutup kembali pintu nya dengan kasar, membuat dua orang yang ada di sana terkejut. "Ar--" Ucapan Kara terhenti saat Samuel berteriak dengan raut wajah yang super datar. "Pergi!" "Lo tuli?.... Gue bilang pergi!" Ulang Samuel saat orang yang di teriakinya hanya diam dan menatap ke arahnya dengan penuh kesedihan dimatanya. "Ar. Dia Ma--" "Gue gak kenal dia." Tukas Samuel ketus. "Tapi Ma--" Kara menghentikan ucapannya saat orang yang duduk di samping ranjangnya menyentuh tangannya dan menggelengkan kepalanya pelan dengan air mata yang menetes di pipinya, kemudian berdiri dan menghampiri Samuel. "Maafin Mama. Mama tau kam--" "Gue gak kenal sama lo. Orang tua gue udah mati!" Ketus Samuel seraya menepis pelan lengan orang itu yang hendak menyentuh pipinya. Walaupun Samuel memperlakukan nya dengan sedikit kasar. Orang itu tetap menunjukan senyuman manisnya pada Samuel. "Mama tau, kamu masih belum bisa maafin Mama, Mama juga sadar kalo kesalahan yang Mama sama Papa lakuin ke kamu, itu udah bikin hati kamu hancur." "Mama sayang sama kamu. Mama harap kamu bisa selalu bahagia sama pilihan kamu." Lanjut orang itu, yang tak lain adalah ibu kandung Samuel yang sudah bertahun-tahun meninggalkan Samuel hanya demi bisnis. "Pergi!" Ucap Samuel untuk terakhir kali nya dengan penuh penekanan. Tanpa berbicara lagi. Mama Samuel segera keluar dari ruang inap Kara dengan membekap mulutnya sendiri saat tangisnya tak bisa terbendung lagi. Sakit. Sangat sakit ketika anaknya sendiri menganggap dirinya sudah tiada. Setelah kepergian Mama nya, Samuel langsung menghempaskan badannya ke sofa dan menutup setengah wajahnya dengan tangannya. Kara sebenarnya tak terlalu tau, bahkan mungkin tak tau tentang masalah keluarga yang di alami Samuel, tapi melihat sikap Samuel tadi Kara merasa itu sedikit berlebihan. Tapi Kara juga tak bisa menyalahkan Samuel karna ia sendiri tak tau apapun tentang masalah yang terjadi antara Samuel dan keluarga nya. "Ar." Panggil Kara pelan setelah mengumpulkan keberanian nya untuk berbicara. "Kenapa?" "Emm.... Itu a-aku.... Aku mau ke kamar mandi, bisa bantuin dulu gak." Ucap Kara. Padahal tadi niatnya ingin bertanya, tapi karna mendengar nada bicara Samuel yang dingin membuat nyali Kara menciut seketika. Samuel segera bangun kemudian langsung membantu Kara untuk berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, dengan amat hati-hati. "Hati-hati, jangan sampe kepeleset." Ujar Samuel setelah membuka kan pintu kamar mandi nya. Kara mengangguk lalu segera masuk kedalam, sedangkan Samuel berdiri diam disana menunggu Kara selesai. Dan tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, dengan sigap Samuel langsung merangkul bahu Kara dan mendorong perlahan tiang infusnya. "Kamu gak mau balik ke sekolah lagi?" Tanya Kara setelah kembali berbaring di tempat tidurnya. Samuel yang baru akan duduk langsung menoleh pada Kara kemudian menggeleng. "Males. Gue disini aja.... Sekalian nemenin lo." Ujar Samuel, mengeluarkan ponselnya kemudian membuka aplikasi mobile legends dan mulai bermain. Melihat itu Kara hanya bisa menghela nafas dan mulai memejamkan matanya hingga perlahan alam mimpi mulai menjemput kesadaran nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD